Chapter 1
Preparation
Seorang pria dengan rambut pirang pendek terlihat duduk di kasurnya dan dapat terlihat dengan jelas dirinya sama sekali tidak dapat tidur karena memikirkan sesuatu. Di tangannya terdapat sebuah buku dengan berbagai coretan di satu hari. Ia langsung berkata,
"Ah... Ini... Ini..."
Ia langsung melempar buku tersebut ke lantai dan berteriak,
"Mengapa aku sama sekali tidak memikirkan hal ini !"
Ia kemudian menarik nafas panjang dan kemudian langsung ke kamar mandi. Ia kemudian bersiap-siap untuk bekerja hari ini di bawah arahan dari Viltus Amarov, atasannya di Kure. Namanya adalah Frederich Willhelmson, salah satu kru di kapal komando Viltus yang terkenal sangat tenang dalam memikirkan beberapa hal.
Namun, satu kejadian kecil membuatnya tidak dapat berpikir dengan jernih. Ia langsung keluar dari ruangan dan menemukan Anastasia Konoplyanka dan Magyar Libyet yang baru saja selesai membereskan diri mereka. Ia langsung menyapa mereka berdua,
"Selamat pagi, Anastasia, Magyar."
"Ah... Selamat pagi, Frederich." jawab Anastasia
"Pagi, Frederich." ujar Magyar sembari jalan lebih dahulu
"Kalian berdua ingin menemui Kapten Amarov sekarang ?" tanya Frederich
"Iya... Huh ?" ujar Anastasia yang langsung terdiam melihat ke arah Frederich
"Ada apa, Anastasia ?"
"Ummm... Kau..."
"Ada apa ?"
"Tumben sekali dirimu lupa menyisir rambutmu." ujar Anastasia
"Eh ?"
Frederich melihat ke arah jendela dan sangat terkejut. Ia langsung kembali untuk menyisir rambutnya, sementara Anastasia memanggil Magyar untuk menunggu Frederich sebentar. Setelah Frederich keluar, Anastasia langsung menunjuk Frederich dan berkata,
"Aku yakin... Ada sesuatu di dalam kepalamu saat ini."
"Eh ? Apa maksudmu ?" tanya Frederich
"Aku sudah dengar dari Anastasia..." ujar Magyar
"Huh ?"
"Kau yang membuat kesalahan itu... Sangat tidak mungkin." ujar Anastasia
"Tepat sekali. Kau sangat sempurna. Terlalu sempurna." ujar Magyar
"Hei... Hei... Aku pun juga dapat membuat kesalahan..." ujar Frederich
Frederich dikagetkan dengan ekspresi dari kedua rekannya yang kemudian langsung menunjuk ke arah Frederich sembari berkata bersama-sama,
""Jika dirimu yang merupakan Carbon Copy dari Viltus... Hal itu sangat mustahil !""
Mendadak kedua rekannya dipukul di kepala oleh seseorang dari belakang. Pada saat mereka melihat ke belakang, mereka menemukan Marcos Luiz De Souza. Ia merupakan salah satu kru di kapal komando Viltus Amarov dan merupakan orang di posisi kedua jika terjadi masalah dengan Viltus. Ia langsung berkata kepada ketiga koleganya,
"Kalian ini... Jika Viltus mengetahui apa yang kalian lakukan, ia akan sangat marah."
"Kami tahu... Ahahahaha." ujar Anastasia
"Memangnya dia berani dengan Beruang... Ah..." ujar Magyar yang langsung memalingkan wajahnya
"Apa maksudmu dengan Beruang, Magyar ?" tanya Anastasia yang langsung tersenyum ke arah Magyar
"Bu... Bukan demikian..."
"Magyar..."
"Marcos... Tolong aku !"
"Kau terima semua apa yang kau katakan..." ujar Marcos sembari menghela nafas.
Marcos kemudian melihat ke Frederich untuk mengalihkan perhatiannya dari Anastasia dan Magyar. Ia langsung berkata,
"Aku yakin ini semua karena dirimu, Frederich."
"Maafkan saya..." jawab Frederich
"Sudahlah... Memangnya apa yang menjadi masalahmu ?" tanya Marcos
Frederich langsung melihat ke kiri dan kanannya. Anastasia langsung berhenti sebentar dan menarik Magyar untuk mendekati Marcos. Mereka bertiga melihat ke arah Frederich dan kemudian mendengarkan masalah dari Marcos. Setelah selesai, reaksi yang ditunjukkan oleh mereka bertiga berbeda-beda. Magyar yang melihat ke arah Frederich dengan wajah tidak percaya, Anastasia yang menahan tawa, dan Marcos yang tertawa kecil mendengar itu semua. Marcos kemudian berkata,
"Sekarang itu menjelaskan mengapa Viltus terlihat seperti itu... Dan itu menjelaskan mengapa pintu di kantornya..."
"Huh ?" ujar Frederich dengan wajah terkejut
"Sudahlah... Walaupun kau menceritakannya kepada kami, kami tidak dapat memberikan bantuan sedikit pun kepada dirimu, Frederich." lanjut Marcos.
"Aku tahu..." ujar Frederich
"Namun, jika kau bertanya kepada Viltus... Aku yakin komentar yang akan dia berikan adalah 'Kau benar-benar mencari mati, ya... Frederich.' Aku berani bertaruh dengan Vodka yang kusimpan mengenai hal tesebut."
"Uuuuhhhh..." ujar Frederich
"Jadi, sebaiknya jangan bertanya kepada Viltus."
"Baik... Lalu, diriku bertanya kepada siapa ?" tanya Frederich
Marcos, Anastasia dan Magyar melihat satu sama lain dan langsung berpikir. Mendadak Frederich berkata,
"Bagaimana jika aku bertanya kepada Laksamana Yanagi ?"
"Heh ? Kau bertanya kepada wanita yang tidak memiliki masa lalu untuk berkencan ? Kau pasti bermimpi !" ujar Magyar
"Magyar... Kau benar-benar mencari mati, ya." ujar Anastasia sembari menghela nafas
"Tenang saja... Dia tidak ada di sini." ujar Magyar sembari tertawa
"Apa yang dikatakan oleh Magyar ada benarnya. Sebaiknya jangan bertanya kepada Shiro-san." ujar Marcos
"Entah mengapa semenjak dirimu berkencan dengan Shigure... Kau jauh lebih tenang Marcos." ujar Magyar
"..."
"Apa jangan-jangan karena hal spesial di waktu malam bersama dengan diri... Ugh." ujar Magyar yang langsung dipukul kembali di kepala.
Marcos langsung menghela nafas dan kemudian berpikir kembali. Hingga akhirnya ia ingat sesuatu. Ia langsung melihat ke arah Frederich dan berkata,
"Aku rasa... Aku tahu siapa yang dapat kau ajak bicara."
"Huh ? Siapa ?" tanya Frederich
"Kebetulan sekali mereka akan bertemu dengan Viltus nanti. Sebaiknya, kau menunggu kami nanti malam di gudang sana." ujar Marcos sembari menunjuk ke arah gudang
"Ah... Baik."
"Baiklah. Mari kita bekerja sekarang. Aku yakin Viltus pasti bertanya-tanya kemana perginya kita semua. Ahahaha." ujar Marcos sembari mengajak semua berjalan
Semuanya melihat satu sama lain dan kemudian langsung mengangkat bahunya. Setelah itu, mereka semua bersama-sama berjalan mengikuti Marcos untuk kembali bekerja.
Malam pun tiba dan semua aktifitas di Markas Angkatan Laut Kure pun mulai berkurang. Hanya mereka yang memiliki tugas malam saja yang berkeliaran di Kure, ditambah dengan Viltus yang masih bekerja di ruangannya tentunya. Eh... Tidak. Saya harus meralatnya. Dia baru saja ditarik keluar oleh seseorang.
Baiklah, kembali ke narasi awal. Di dalam gudang yang sunyi terdapat satu ruangan yang menyala. Ruangan tersebut menggunakan lampu yang redup untuk mengikuti suasana di dalam sana. Selain lampu, di sana pun juga terdapat sebuah papan putih, beberapa kursi, sebuah meja, dan sebuah televisi yang dilengkapi dengan slot USB.
Selain itu, di sana terdapat empat sosok pria. Dua pria yang duduk dengan dua pria lain yang berdiri. Pria yang berdiri memiliki rambut pirang dan memiliki warna mata biru terlihat tidak enak di dalam ruangan tersebut, sementara pria lain yang memiliki rambut hitam sedikit ikal dan memiliki kulit coklat. Mereka berdua adalah Frederich dan Marcos yang bertemu dengan 'malaikat' yang akan membantu Frederich nanti. Dan kedua orang yang mungkin akan membantu mereka adalah Kouga Haruto dan Amami Yuuya.
Frederich langsung berkata,
"Marcos... Mengapa lampunya..."
"Jangan pikirkan." ujar Marcos
"Tapi..."
"Itu hanya ilusi."
"Baiklah..."
Marcos kemudian melihat ke arah dua orang di hadapannya dan kemudian berkata,
"Apakah anda sekalian tahu mengapa diriku meminta kalian datang kemari ?"
"Bukankah dirimu yang meminta kami ?" tanya Haruto
"Sampai kau berlutut dan memohon-mohon saat itu." ujar Yuuya
"Marcos..." ujar Frederich dengan wajah kasihan
"Sudahlah ! Aku akan memberitahukan alasannya !" ujar Marcos dengan wajah merah.
Marcos langsung meminta buku yang dipegang oleh Frederich. Namun, sebelum buku tersebut diberikan, Yuuya berkata,
"Daripada itu... Mengapa hanya kami yang dipanggil kemari ?"
"Itu karena... Saya hanya dapat percaya pada kalian saja." jawab Marcos
"Huh ? Kau tidak percaya pada Kaptenmu sendiri ?" tanya Haruto
"Bukan... Bukan demikian. Aku yakin dia pasti akan meminta bantuan kalian juga untuk masalah ini." ujar Marcos
"Jika demikian, mengapa tidak mengajak Misuto ?" tanya Yuuya
"Aku tidak yakin meminta bantuan dari mulut toa seperti dia." ujar Marcos
"Lalu, Shiro-san ?" tanya Haruto
"Itu... adalah pilihan paling buruk di Kure ini." ujar Marcos
Yuuya dan Haruto melihat satu sama lain dan kemudian berpikir. Hal apa yang membuat Viltus tidak dapat membantu anak buahnya sendiri dan tidak ingin meminta bantuan dari Shiro. Apakah ini sesuatu yang sangat berbahaya.
Marcos langsung berkata,
"Aku butuh bantuan kalian... Untuk membantu Frederich."
"Huh ? Membantunya ?" tanya Yuuya sembari melihat ke arah Frederich
"Ini... Merupakan misi yang sangat berbahaya. Satu langkah salah... Dia dapat mati di lapangan nanti." ujar Marcos sembari melihat ke lantai
Frederich melihat ke arah Marcos dan mengingat apa yang dikatakan oleh Magyar tadi siang. Dalam sekejap, apa yang ia harapkan dari Marcos pun hancur seketika melihat tingkah lakunya sekarang. Hingga akhirnya, Yuuya berkata,
"Jika boleh tahu, apakah masalah tersebut ?"
"Eh..."
"Aku pun ingin tahu. Beritahu kami." ujar Haruto
Marcos langsung memberikan buku milik Frederich dan menunjukkan satu halaman. Yuuya dan Haruto terdiam sebentar. Hingga akhirnya, Yuuya berkata,
"Jika seperti ini sih... Bukannya Viltus yang sudah berkencan lebih tahu ?"
"Bukan ini masalahnya... Lihat halaman selanjutnya." ujar Marcos
Yuuya dan Haruto terkejut melihat wajah dari Marcos dan kemudian mengganti halaman dari buku tersebut. Mereka membaca setiap halaman yang ada, hingga akhirnya Yuuya berkata,
"Ini... Sesuatu yang sangat berbahaya."
"Terlalu riskan..." ujar Haruto
"Sekarang kalian mengerti mengapa diriku meminta bantuan kalian, benar ?" ujar Marcos
"Ya... Kami mengerti." ujar Haruto
"Walaupun demikian, mengapa dirinya melakukan ini semua ?" tanya Yuuya
"Ah... Pada saat itu, diriku terlalu sibuk bekerja dengan dokumen yang diberikan oleh Kapten Amarov... Hingga akhirnya..." jawab Frederich
Yuuya, Haruto, dan Marcos melihat satu sama lain dan kemudian berkata bersama-sama,
"Benar-benar Carbon Copy dari Viltus, ya..."
"Eh ? Eh ?" ujar Frederich dengan wajah bingung
Marcos langsung menghela nafas dan kemudian berkata,
"Yang pasti, dia tidak dapat menolak ini semua."
"Aku tahu mengenai hal tersebut." ujar Yuuya
"Frederich, kapan kau akan menjalankan misi ini ?" tanya Haruto
"Eh... Ummm... Besok..." ujar Frederich
Ketiga orang tersebut mengangguk, hingga akhirnya Marcos memegang bahu dari Frederich dan berkata,
"BESOK ?! KAU BILANG BESOK ?!"
"Eh... Iya... Besok." ujar Frederich
Yuuya melihat ke arah Frederich dan kemudian berkata,
"Menonton acara konser bersama... Lalu berkeliling Sea World di dekat sana... Kemudian melihat festival... Dan acara makan malam bersama... Dan semua itu dalam satu hari ?"
"Iya... Bahkan diriku sudah mendapatkan tiket festival dan Sea Worldnya." ujar Frederich
"Kapan kau menyadari situasi ini sangat gawat ?" tanya Haruto
"Kemarin..." ujar Frederich sembari melihat ke bawah
"Dan itu semua dalam satu hari ? Benar-benar satu hari ? Dan itu besok ?" tanya Marcos
"I... Iya..." jawab Frederich
Marcos sama sekali tidak percaya. Ia tahu bahwa Frederich akan menjalankan misi tersebut, namun yang tidak disangka adalah itu semua dalam satu hari. Mendadak mereka semua mendengar Yuuya yang tertawa kecil. Ia langsung melihat ke arah semuanya dan kemudian berkata,
"Kebetulan sekali... Diriku mungkin memiliki sesuatu yang dapat membantumu saat ini. Dan itu ada di dalam kantung ini."
"Eh ? Jangan bilang itu kantung aja..." ujar Marcos yang langsung dipukul di perut oleh Frederich
"Apakah itu, Yuuya-san ?" tanya Frederich dengan wajah serius
Yuuya tersenyum dan dengan perlahan ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantungnya. Sebuah USB. Dengan wajah serius, ia menatap ke arah Frederich dan berkata,
"Di dalam USB ini... Mungkin terdapat jawaban untuk dirimu..."
"..."
"Namun, kita membutuhkan sesuatu untuk menancapkan USB ini." ujar Yuuya
"Tenang saja... Kebetulan sekali di sana terdapat sebuah televisi dengan USB port." ujar Marcos dengan wajah serius
"Jika demikian, akan kuberikan kursi kehormatan ini... Untukmu, Frederich." ujar Haruto
Frederich melihat mereka semua dan ia semakin yakin tidak ada satu pun orang yang beres di Kure ini !
Frederich selesai melihat apa yang diberikan oleh Yuuya dan kemudian berkata,
"Namun, Yuuya-san... Dalam kasus mereka... Mereka gagal."
"Kau tidak perlu khawatir. Kau berbeda." ujar Yuuya
"Tapi..."
"Tenang saja. Jika Yuuya sudah berkata seperti itu, berarti semuanya akan baik-baik saja." ujar Haruto
"Maka dari itu, aku meminta bantuan mereka... Frederich." ujar Marcos sembari
Frederich melihat ke arah ketiga orang tersebut dan semakin tidak yakin dengan hal tersebut. Namun, karena ia merasa tidak enak, akhirnya ia berkata,
"Baiklah... Aku akan mendengarkan... Apa yang harus kulakukan sekarang."
"Bagus. Mari kita mulai, sebelum Hayate-san datang kemari dan menarik kita semua kembali ke kamar masing-masing." ujar Marcos
Mereka berempat mengangguk dengan Frederich yang mengangguk paling pelan. Mereka semua membicarakan beberapa hal untuk keselamatan Frederich. Dan mereka baru selesai saat sudah tengah malam. Mereka semua memperhatikan alur di hadapan mereka dan kemudian Marcos berkata,
"Ini pasti berhasil..."
"Uuuhhh... Mungkin." ujar Frederich
"Tenang saja. Jika dirimu mengikuti ini, semuanya pasti akan berhasil." ujar Yuuya
"..."
Frederich memperhatikan yang ada di hadapannya. Coretan yang sudah tidak jelas untuk rencana keselamatannya. Ia langusng menghela nafas dan kemudian berkata,
"Baiklah... Aku akan mengikuti ini."
"Baguslah. Jika demikian, besok diriku dan Haruto akan pergi lebih dahulu untuk membelikan tiket untukmu." ujar Yuuya
"Lalu... Untuk pakaiannya ?" tanya Frederich
"Maafkan aku... Tapi, aku sudah meminta tolong Misuto untuk itu." ujar Yuuya
"Ugh."
"Tenang saja. Aku dapat membungkam dirinya." ujar Yuuya
Frederich mengangguk dan kemudian mohon ijin untuk kembali ke kamar lebih dahulu. Setelah Frederich keluar, Yuuya langsung berkata,
"Jangan lupa janjimu, Marcos."
"Tenang saja. Aku akan melobi Viltus." ujar Marcos
"Bukannya dia katanya bakal keluar dengan Taihou besok ?" tanya Haruto
"Eh ?" ujar Marcos dengan wajah terkejut
"Maka dari itu... Berjuanglah, Marcos. Kau harus menepati janjimu." ujar Yuuya
Marcos terkejut pada saat mendengar itu. Ia ingin mengatakan sesuatu, namum Yuuya dan Haruto sudah keluar lebih dahulu meninggalkan ruangan tersebut. Pada saat sudah keluar, Haruto melihat Yuuya yang tersenyum. Ia langsung berkata,
"Aku tahu kau memikirkan sesuatu. Jadi, apapun itu... Aku akan ikut dengan dirimu."
"Begitukah ? Aku sih tidak masalah." ujar Yuuya
"Dan rencana yang tadi kau berikan..."
"Itu cukup sulit... Namun, bila ditambahkan dengan ini..."
Yuuya membisikkan rencananya dan itu membuat Haruto tersenyum. Mereka tertawa bersama dan akhirnya berpisah untuk ke kamar masing-masing. Itu semua untuk kelancaran misi Frederich besok pagi.
