a little universe

Ansatsu Kyoushitsu - Yuusei Matsui; tidak mengambil keuntungan pribadi selain untuk menyalurkan kegemaran pribadi, multipairings, romance-stuff (more fluffy drabbles), untuk ankyou anthology project dan 30 Day's Write Challange 2018 (Line Challange). #30DWC2018, day 1, prompt: food.

(Semesta kecil mereka adalah hal-hal kecil tentang bahagia.)

i.

Beberapa hal trivial tentang pagi Megu adalah: aroma segar luruhan kelopak omasthus, hangat sinar mentari yang menyelusup masuk melalui tirai tipis kusen jendela, cangkir porselen berisi teh hitam yang berada di nakas ranjang, senyum simetris Yuuma yang tengah berdiri di pinggir pintu kamar—dengan balutan kemeja tipis yang dilapisi apron juga bagian lengan panjangnya yang digulung hingga siku, serta aroma harum masakan yang mengudara begitu saja dari luar kamar. Ucapan selamat pagi favoritnya selalu merupakan ujaran milik Yuuma yang disertai tepuk pelan di puncak kepala, lalu Megu membiarkan jari-jari pria itu menjepitkan helai-helai rambut panjangnya dalam satu ikatan dengan lembut dan menggiring tubuh mungilnya ke arah dapur.

Yuuma tidak pernah membiarkannya memasak sarapan, bahkan sejak awal mereka hidup bersama. Aku sudah terbiasa memasak, Megu, ujarnya sedari dulu—dan Megu selalu tidak diberi kesempatan untuk menginisiasi perdebatan karena selalu dibungkam oleh kecup kejutan Yuuma di tepi bibir, dan pria itu akan tertawa pelan mendapati respons gugup Megu yang terlihat lucu. Yuuma akan mendudukkan tubuh Megu di kursi meja makan sebelum kembali menekuni masakannya, membiarkannya menunggu beberapa saat sampai sarapan siap dan tersaji di meja makan. Suara desis minyak, aroma lezat telur dan sosis, juga denting toaster dan setangkup roti beroles mentega mengalihkan perhatian Megu dari rotasi jarum jam dinding di hadapannya.

Mata kecokelatan Megu bergerak perlahan untuk menatap figur tinggi Yuuma dari belakang, menyaksikan punggung tegapnya bergerak-gerak di hadapan konter dapur dan ia mengulas senyum diam-diam sebelum meloloskan sebuah pertanyaan yang sedari dulu sudah memenuhi pikirannya.

"Yuuma, makanan favoritmu apa?"

Yuuma mencuri tolehan kecil, kemudian tertawa pelan, "Mengapa kau tiba-tiba tanya soal hal itu, hm? Kau mau memasakkanku sesuatu?" Senyuman tipis itu tidak pernah lenyap dari wajahnya—dan Megu meremas jemarinya sendiri yang terjalin di atas meja. Senyum itu selalu berhasil membuat pipinya memanas—titik lemahnya terbaca tanpa sengaja.

"Du-dulu kau pernah menanyakan makanan favoritku, jadi kupikir tidak ada salahnya bila sekarang aku ingin tahu makanan favoritmu."

"... Omelet."

Iris Megu membulat perlahan karena kaget, jari-jarinya mengetuk permukaan meja kayu berulang kali—matanya tercenung. "Kupikir kau suka makanan yang ... lebih sulit dibuat?"

Hening sebentar, kemudian, "Tidak, tidak," bahu lebar itu terangkat, tawa geli itu kembali hadir. "Menu pertama yang berhasil kubuat setelah belajar memasak adalah omelet—semua orang yang kutanyai pendapatnya selalu berkata bahwa omelet buatanku itu enak. Karena itu omelet menjadi favoritku."

"... Apapun masakan yang kau buat pasti selalu enak, kok."

Hei, apa itu salah satu bentuk pujian? Yuuma menoleh, mendapati Megu yang memalingkan wajahnya ke arah lain dengan malu seolah baru saja salah bicara. Oh, lihatlah jemari yang meremas ujung pakaian dengan gugup dan wajah yang memerah itu—terlihat sangat cantik, koreksi—Megu-nya selalu cantik di kondisi apapun, lebih cantik lagi ketika ia sedang seperti ini.

"Terima kasih, Megu."

Megu masih menyusun kata-kata di dalam benak, sampai kilau di iris mata Yuuma kembali mengalihkan dunianya—hingga ia mengulum senyum manis dan menghampiri Yuuma di konter dapur. Dibiarkannya Yuuma membelakanginya yang tengah mengoleskan selai di roti panggang yang baru saja matang.

"Kalau begitu, lain kali akan kubuatkan omelet sebagai menu sarapan, Yuuma."

Bola mata Yuuma membesar, namun berganti dengan gurat tipis di tepi bibir dan dunia Megu kehilangan udara untuk beberapa saat.

"Aku menantikannya."

Aroma bumbu masakan yang menguar dari kemeja tipis Yuuma, juga sesapan pada teh hitam dalam cangkir kesukaannya. Dalam waktu singkat Megu dibuat candu dengan dekap Yuuma dari belakang, sebelum sama-sama menyadari adanya aroma gosong dan mereka tergelak bersama.

(Mereka akan selalu seperti ini, di antara kubikel kecil dapur beraroma roti panggang; mereka akan mengajari satu sama lain tentang arti bahagia.)

end.

a/n :

maaf jika terlalu keju ... efek kangen nulis romance di fandom ankyou (kangen anak-anak 3E :"(((() / apa kabar, ankyou? btw saya kangen karuri / hei.