DUNIA BARU KITA

Disclaimer Masashi Kishimoto Sensei

Cand hanya pengagum berat Naruto-kun saja

… xxx …

Pairing Utama : SASUKE x SAKURA, NARUTO x HINATA

Pairing Tambahan : ShikaTema, SaiIno, GaaMatsu, NejiTen, KakaShizu

Warning : AU, Romance, Rate T, Sedikit OOC, Mencoba untuk tidak ada typo karena Cand orang yang sedikit ceroboh.

Don't Like Don't Read

But Thank for your important reviews

… xxx …

Agar tidak bingung, Cand suka membedakan tanda kutip untuk percakapan.

'blablabla'Cand gunakan untuk percakapan dalam hati.

"blablabla" Cand gunakan untuk percakapan langsung dengan lawan bicara.

"blablabla" Cand gunakan untuk mengulang flashback percakapan langsung

Semoga fanfic ini berkenan dihati para readers.

Happy Reading Minna-san ^^

…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…xxx…

Prolog 1

Uchiha Sasuke, 1 bulan.

Tuk. Tuk. Tuk.

Seorang anak laki-laki berusia sekitar 6 tahunan, Uchiha Itachi, mengulum senyuman tipis sembari memainkan jari telunjuknya di atas kening adik laki-lakinya yang terbuai mimpi. Rasanya begitu membosankan memiliki adik yang tak bisa diajak bermain karena adiknya yang lucu itu hanya tahu bagaimana caranya tertidur lelap.

"Nnngghhh…" Adik laki-lakinya yang baru menginjak usia 1 bulan menggeliat tak senang. Bukannya berhenti, Itachi justru semakin bersemangat untuk membangunkan adik kecilnya.

"Sasuke, bangunlah." Lirih Itachi.

"Temani kakak bermain," Itachi ganti mempermainkan bibir mungil nan imut bayi Sasuke.

"Nggghh…" Bayi Sasuke kembali menggeliat tak suka karena Itachi tak mau berhenti mengganggu tidurnya yang begitu berharga.

"Itachi-kun, jangan ganggu adikmu." Suara lembut seorang wanita menghentikan keasyikan Itachi bermain-main dengan bibir mungil Sasuke yang mulai menghasilkan gelembung-gelembung kecil. Itachi mendongakkan kepala dan bangun dari posisi tidur telungkupnya.

"Aku bosan sekali, ibu." Adu Itachi.

"Kapan aku bisa bermain dengan Sasuke? Dia tak pernah bosan tidur." Kepolosan Itachi membuat ibunya tak bisa menahan senyum geli.

"Nanti saat Sasuke sudah besar, kau yang akan kewalahan diajaknya bermain, Itachi-kun." Uchiha Mikoto mengelus lembut kepala anak sulungnya dengan salah satu tangannya.

"Benarkah?" Itachi terlihat meragukan kata-kata ibunya.

"Bagaimana ibu tahu? Apa ibu seorang peramal?" Tanya Itachi sangat penasaran.

"Ya… Ini namanya insting seorang ibu." Jawab Mikoto yang masih menyungging senyuman geli.

"Bawalah semangka ini keluar dan makanlah bersama ayahmu." Ucap Mikoto segera sebelum Itachinya yang jenius ini mengajukan pertanyaan lain.

"Baiklah ibu," Itachi berdiri untuk mengambil semangka yang diletakkan Mikoto dalam sebuah nampan tak jauh dari tempatnya duduk.

Mikoto memutuskan untuk terus mengawasi Itachi yang berjalan dengan langkah berat. Bukan karena beberapa potong semangka yang dibawanya dengan kedua tangan kecilnya, namun lebih kepada alasan dia tak bisa lagi mengganggu tidur Sasuke.

"Buuu…" Mikoto menolehkan kepalanya cepat saat pendengarannya menangkap suara kecil Sasuke.

"Ya ampun, Sasuke-kun." Mikoto segera mengelap air liur yang meleleh memenuhi bibir kecil Sasuke dengan jari-jarinya.

Tanpa sadar Mikoto menggelengkan kepala akan tingkah kedua anaknya yang bagi Mikoto benar-benar sangat lucu dan menggemaskan. Setelah yakin bibir Sasuke sudah bersih dari air liur, dengan gerakan perlahan Mikoto menggangkat tubuh kecil Sasuke ke dalam gendongannya.

Cup.

"Aishiteru, Sasuke-kun." Mikoto mengecup gemas pipi gembul bayi Sasuke yang lagi-lagi menggeliat karena tidurnya terganggu, kali ini oleh gerakan Mikoto.

Mata onyx Sasuke yang terpejam terbuka pelan. Sangat pelan karena bayi itu harus membiasakan matanya dengan cahaya yang terasa sangat menyilaukan.

"Wah, apa ibu membangunkanmu, Sasuke-kun?" Tanya Mikoto.

"Eh, ibu. Apa Sasuke sudah bangun?" Mikoto menolehkan kepala sejenak memandang Itachi kecilnya yang sudah kembali ke dalam rumah bersama Fugaku.

"Jagoan kecil kita sudah bisa melihat, Mikoto?" Tanya Fugaku yang berjalan santai di belakang Itachi yang berlari menghampiri Mikoto. Mikoto hanya menjawab pertanyaan Fugaku dengan senyuman kecil.

"Jangan memaksakan dirimu, sayang." Nasehat Mikoto yang kembali menatap Sasuke, saat bayi Sasuke terlihat berusaha sangat keras membuka mata kecilnya.

"Ibu dia tak mau diam. Pasti dia akan jadi anak keras kepala nanti." Komentar polos Itachi, yang mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi, membuat Fugaku mendengus geli.

"Kau ada-ada saja, Itachi." Tanggap Fugaku.

"Oooeeekkk…" Bayi Sasuke yang merasa usahanya membuka mata tak juga membuahkan hasil, menangis keras-keras.

"Eh, kok nangis Sasuke-kun?" Mikoto dibuat sibuk Sasuke dengan tangisannya. Mikoto menimang-nimang bayi Sasuke berusaha menghentikan tangis anak bungsunya itu.

"Hey, Sasuke. Apa kau kesal tak bisa membuka matamu?" Tanya Fugaku konyol.

"Kau ini ada-ada saja, Fugaku." Mikoto terkikik geli, merasa heran bagaimana bisa Itachi begitu mirip dengan Fugaku.

"Ibu. Ibu. Aku ingin menggendong Sasuke." Itachi yang jauh lebih pendek daripada Mikoto, menarik-narik baju Mikoto sepanjang jangkauan tangan kecilnya.

"Ooooeeekk… Oeeekk…" Tangis Sasuke semakin menjadi.

"Cup. Cup. Jangan menangis, Sasuke-kun." Bujuk Mikoto seoalah Sasuke tahu apa yang dikatakannya.

"Ibu, biarkan aku menggendongnya." Rengek Itachi yang merasa tak dihiraukan oleh Mikoto.

"Jangan, Itachi. Kau masih belum kuat menggendong Sasuke." Fugaku melepaskan tangan kecil Itachi yang menggenggam erat baju Mikoto.

Fugaku selanjutnya mengangkat Itachi dalam gendongannya dan mendekatkan anak sulungnya itu pada adiknya yang masih menangis manja.

"Kenapa kau menangis, Sasuke?" Tanya Itachi yang hanya dibalas tangisan lebih keras oleh adiknya.

"Apa ada hantu yang menakutimu sekarang, Sasuke?" Tebakan Itachi membuat Mikoto dan Fugaku saling memandang untuk sweatdrop bersamaan.

"Cup. Cup. Berhentilah menangis, Sasuke. Jangan takut, apapun yang terjadi kakak akan ada untuk melindungimu." Itachi mengelus-elus pipi gembul Sasuke yang basah oleh air mata Sasuke. Fugaku dan Mikoto yang mendengar bujukan Itachi mengulum sebaris senyuman bangga pada anak sulung mereka.

oOo oOo oOo

Sasuke, 6 Tahun.

"Tik. Tok. Tik. Tok." Sasuke kecil, yang berbaring malas diatas meja makan, menirukan bunyi jam yang terpasang pada dinding dapur. Mikoto tak menghentikan kegiatannya memasak karena gangguan suara malas Sasuke.

"Aku bosan, ibu!" Protes Sasuke. Sasuke melompat turun dari atas kursi makan dan berlari menghampiri Mikoto yang masih sibuk memasak di dapur.

"Kapan kakak pulang?!" Tanya Sasuke. Mikoto menundukkan kepalanya membalas tatapan tajam Sasuke padanya.

"Hari ini setelah pulang kakakmu harus berlatih basket, Sasuke-kun." Jawab Mikoto yang kembali meneruskan kegiatan memasaknya.

"Lagi?!" Suara Sasuke mengeras karena kesal.

Mikoto mengulum senyum tipis. Tebakannya 6 tahun yang lalu benar terjadi. Setelah Sasuke besar, Itachi benar-benar kewalahan menemani Sasuke bermain sepulang sekolah. Itachi masih harus menemani Sasuke bermain dengan sekotak penuh mainan Sasuke yang masih baru, walaupun tubuhnya terasa lelah setelah berlatih basket yang hampir tiap hari diadakan latihan sebagai persiapan lomba antar sekolah.

Ting Tong. Ting Tong.

Mikoto dan Sasuke memutar kepala hampir bersamaan untuk menatap pintu masuk rumah keluarga mereka yang terhalang tembok ruang makan.

"Bisa ibu minta tolong kau lihat siapa yang datang, Sasuke-kun?" Mikoto memanfaatkan kesempatan ini untuk mengalihkan kekesalan Sasuke. Sasuke yang memang tak punya kesibukan lain, tak punya pilihan kecuali menuruti permintaan Mikoto.

"Baiklah, Ibu." Sasuke melangkah dengan malas menuju pintu masuk, membuat Mikoto menggelengkan kepala heran dengan sikap manja Sasuke. Jika harus menyalahkan seseorang, maka salahkan Itachi dan Fugaku yang hampir selalu menuruti kemauan Sasuke sedari kecil, membuat anak bungsunya itu terkadang menjadi sangat egois dan menyebalkan.

Cklek.

Sasuke membuka pintu masuk rumahnya dengan berjingjit tinggi-tinggi. Saat pintunya terbuka lebar, Sasuke menemukan seorang anak perempuan yang hanya sedikit lebih pendek darinya berdiri dengan membawa sepiring penuh cookies. Sasuke menatap anak perempuan bersurai merah muda di depannya dengan tatapan penuh selidik.

Sasuke entah bagaimana merasa bahwa ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan anak perempuan yang mengenakan dress biru, dengan kepala berhiaskan bandana biru pula, dengan motif bunga Sakura putih. Anak perempuan itu memiliki iris emerald yang berkilat-kilat indah seolah memberitahu Sasuke jika dia adalah anak perempuan yang menarik. Entah untuk alasan apa, setiap memandang iris emerald anak perempuan di depannya, Sasuke merasa dadanya menjadi begitu sesak.

Merasa diperhatikan dengan sangat intens oleh Sasuke yang memang memiliki wajah diatas rata-rata, anak perempuan bersurai permen kapas itu sedikit tersipu malu.

'Tampan sekali,' Batin anak perempuan yang terpaku sesaat oleh onyx gelap Sasuke.

"Konnichiwa," Salam anak perempuan itu malu-malu. Sasuke bergeming, namun ditatapnya anak perempuan di depannya dengan pandangan tidak suka. Semakin lama melihatnya, perasaan Sasuke semakin kacau tanpa sebab yang jelas.

"Siapa kau?!" Tanya Sasuke tanpa membalas sapaan anak perempuan di depannya.

"Watashi wa Haruno Sakura desu." Sakura memamerkan sebaris senyum manis yang tipis, berharap anak laki-laki tampan di depannya akan terpesona dengan keimutannya. Tak mendapat tanggapan dari Sasuke, Sakura memutuskan untuk segera menyambung obrolan.

"Aku baru pindah rumah di sebelah. Jadi aku tetangga barumu," Sakura masih tak mau menghilangkan senyuman manis di wajahnya.

"Apa itu untukku?" Sasuke menunjukkan cookies yang dibawa Sakura. Sakura menggulirkan iris emeraldnya mengikuti arah telunjuk Sasuke.

"Oh iya, ini untukmu." Jawab Sakura segera.

"Ano, boleh aku tahu siapa namamu?" Tanya Sakura malu-malu.

"Baiklah terima kasih. Kau boleh pergi."

Blum.

Sasuke segera menutup pintunya setelah berhasil mengambil alih piring cookies yang dibawa Sakura dan meninggalkan gadis cilik itu terdiam tak percaya selama beberapa saat di depan pintu rumah Sasuke yang sudah tertutup rapat. Sakura merasa urat di sekitar kepalanya menegang setelah kesadarannya kembali.

"Apa?!" Pekik Sakura kesal.

"Dasar Uchiha brengsek! Seenaknya saja mengusir orang!" Sakura menendang kasar pintu rumah Sasuke. Sifat asli Sakura mulai ditampakkannya.

"Aku tak akan mau bermain denganmu! Weeee!" Sakura menjulurkan lidahnya panjang-panjang seolah Sasuke masih berdiri dihadapannya.

Sakura memutar tubuh kurusnya dan pergi dari rumah Sasuke masih dengan bersungut-sungut kesal. Menyesali sikap manis yang ditunjukkannya pada Sasuke dan berjanji dalam hati tak akan lagi bersikap manis di depan anak laki-laki paling menyebalkan yang pernah ditemui Sakura sepanjang hidupnya itu.

Padahal Sakura kecil yang saat ini berada dalam pengaruh drama cinta kesukaannya, baru-baru ini memutuskan untuk mencari cinta pertamanya di usia belia. Sakura bahkan berjanji pada dirinya sendiri akan selalu setia sampai dia menikah dengan cinta pertamanya.

Melihat Sasuke yang sangat tampan, Sakura sebenarnya berniat menjadikan anak laki-laki itu cinta pertamanya. Namun sikap menyebalkan Sasuke membuat Sakura segera memasukkan Sasuke ke dalam daftar hitam laki-laki yang tidak boleh Sakura jadikan cinta pertamanya tanpa perlu berfikir dua kali.

Sementara itu Sasuke kembali berjalan menuju dapur membawa piring cookies dengan salah satu tangannya sementara tangannya yang lain sibuk memegangi satu bulatan cookies yang sudah dikunyah separohnya.

"Siapa yang bertamu, Sasuke-kun?" Tanya Mikoto yang saat ini sibuk menata makanan di atas meja makan karena sebentar lagi sudah saatnya Itachi pulang sebelum anak sulungnya itu kembali berlatih basket di sekolahnya.

"Seorang gadis aneh yang memiliki warna rambut aneh," Jawab Sasuke asal.

"Hn?" Mikoto menaikkan sebelah alisnya bingung mendengar jawaban anak bungsunya itu.

"Baiklah. Sekarang darimana kau dapat kue itu, Sasuke-kun?" Tanya Mikoto lagi.

"Dari gadis aneh itu, Ibu. Dia bilang baru pindah di sebelah rumah kita dan membawa sogokan sepiring kue yang tidak enak ini." Sasuke menyodorkan piring cookies yang sudah kehilangan isi hampir setengah dari isi awalnya itu.

"Loh? Tetangga baru kita sudah datang?" Mikoto sedikit terlonjak kaget.

"Lalu dimana dia, Sasuke-kun?" Tanya Mikoto.

"Aku memintanya segera pulang karena dia mengganggu waktu makan siangku." Jawab Sasuke tanpa beban.

"Apa?!" Mikoto sekali lagi tersentak kaget dengan jawaban Sasuke.

Dengan langkah cepat Mikoto berjalan menuju pintu masuk rumah keluarganya, berharap gadis kecil yang diceritakan Sasuke masih berdiri di sana. Tentu saja harapan Mikoto tak akan terkabulkan, tak ada orang yang mau berdiri diam setelah diusir dengan tidak sopan oleh pemilik rumah.

"Ya ampun, Sasuke-kun," Mikoto menghela nafas berat.

.

.

"Hahaha, tak perlu dipikirkan, Mikoto-san. Kami bahkan tak tahu jika Sakura sampai diusir Sasuke." Haruno Mebuki tertawa canggung, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya kepada bungsu Uchiha yang berdiri dengan mengerucutkan bibir kesal di depannya.

"Aku benar-benar minta maaf, Mebuki-san. Aku tak pernah berfikir Sasuke bisa bersikap seburuk itu pada Sakura." Ucap Mikoto penuh sesal.

"Ayo minta maaf pada Sakura dan bibi Mebuki, Sasuke-kun!" Perintah Mikoto dengan suara tegas. Sasuke menatap kesal Mikoto. Bagaimana mungkin ibunya tega memarahi Sasuke untuk orang asing yang bahkan baru hari ini mereka kenal.

"Maafkan aku, Oba-san." Sasuke menundukkan kepala ravennya dengan tidak ikhlas.

"Maafkan aku, Sakura." Sasuke semakin kesal melihat senyum meremehkan yang diterimanya dari Sakura.

"Sudah, sudah jangan diteruskan lagi. Yang terpenting Sasuke sudah menyadari kesalahannya dan meminta maaf." Haruno Kizashi mencoba mengakhiri ketegangan yang ada.

"Ayo, silahkan dicicipi makanannya, Uchiha-san." Ucap Kizashi selanjutnya.

"Maaf ya kami belum banyak persiapan makanan dirumah." Tambah Mebuki sedikit basa-basi.

"Tidak apa-apa, Mebuki-san. Kami yang merasa tidak enak merepotkan keluarga Haruno." Balas Mikoto.

"Sasuke, temani Sakura bermain." Perintah Fugaku.

"Baiklah, ayah." Jawab Sasuke masih menyimpan kekesalan dalam hatinya.

"Ayo kita bermain diluar, Sakura." Sasuke menggandeng tangan Sakura dan berjalan sedikit menyeret Sakura.

"Ayo, ayo, silahkan masuk." Mebuki menggandeng Mikoto masuk kedalam ruang tamu rumah keluarga Haruno yang minimalis.

"Lepaskan tanganku, pantat ayam!" Sakura mengibaskan tangan Sasuke sedikit kesal setelah berada halaman depan rumahnya, yang berarti mereka berdua aman dari pengawasan kedua orangtua masing-masing.

"APA?!" Sasuke yang selama ini selalu menjadi idola di taman kanak-kanak tempatnya bersekolah menatap Sakura tak terima.

'Bagaimana bisa anak kecil ini menghina rambut kerenku?!' Gerutu Sasuke dalam hati.

"Kau sendiri punya rambut pink yang aneh!" Sasuke kecil menarik ujung surai pink Sakura.

"Lepaskan rambutku, pantat ayam!" Sakura mendorong Sasuke kuat-kuat, hampir membuat Sasuke jatuh terjerembab ke belakang.

"Kau! Wanita menyebalkan!" Bentak Sasuke.

Deg.

Tiba-tiba Sasuke merasakan sebuah de javu jika bukan pertama kalinya dia mengatakan hal yang sama pada Sakura.

"Kau memang menyebalkan!" Dalam bayangan asing tersebut, Sasuke dapat melihat dirinya dalam tubuh dewasa memutar kepalanya kebelakang untuk membuat seringai kepada lawan bicaranya yang tak jelas siapa.

"Kau tak boleh kasar pada anak perempuan, Sasuke!"

Kedua anak kecil yang berdiri diam untuk saling beradu mata itu menolehkan kepalanya cepat mengikuti sumber suara.

"Kakak?" Sasuke segera melupakan bayangan asing yang baru saja dilihatnya dan beralih tersenyum sangat lebar melihat kakak kesayangannya sudah berada di halaman depan rumah Sakura dengan memakai baju rapi.

"Wah, tampan sekali." Puji Sakura tanpa sadar. Sasuke dan Itachi yang bisa mendengar pujian Sakura menolehkan kepala mereka cepat dan memandang gadis cantik itu dengan ekspresi masing-masing.

Sasuke yang memandang Sakura dengan ekspresi tak senang entah karena apa. Itachi sendiri tak bisa menahan senyum geli melihat Sakura memandangnya dengan tatapan penuh kekaguman.

"Terima kasih, adik kecil." Itachi membelai kepala pink Sakura tak lupa dengan menyungging sebaris senyum hangat walau sangat tipis.

"Haruno Sakura. Namaku." Sakura tak bisa mengalihkan pandangan kagumnya dari mata onyx kelam Itachi yang menatapnya lembut.

"Uchiha Itachi. Salam kenal, Sakura-chan." Balas Itachi lembut. Kulit wajah Sakura yang putih segera saja ternoda oleh rona merah tipis.

"Kyaaa… Itachi-san, kau tampan sekali."

Itachi dan Sasuke terperanjat kaget saat gadis bersurai pink itu tanpa peringatan memeluk Itachi begitu erat. Wajah Sakura yang memerah karena tersipu malu dengan ketampanan dan keramahan Itachi, tenggelam dalam perut Itachi. Gadis kecil ini segera saja memutuskan jika Uchiha Itachi adalah cinta pertamanya.

"Aku suka padamu, Itachi-san. Kyaaa…" Sakura jejeritan tak jelas dan memeluk perut Itachi semakin erat.

"Hei! Lepaskan kakakku!" Sasuke mencoba menarik tubuh Sakura yang menempel pada perut Itachi dengan sedikit kasar.

"Lepaskan kakakku!" Sasuke masih berusaha sekuat tenaga menarik Sakura yang tak sedikitpun mau melonggarkan pelukannya.

"Jangan menggangguku!" Bentak Sakura tak suka.

"Haha." Itachi hanya bisa sweatdrop dengan kelakuan dua anak kecil yang memperebutkannya sekarang.

oOo oOo oOo

Uchiha Sasuke, 14 Tahun

Untuk kesekian kalinya Sasuke melirik jam yang terpasang di pergelangan tangan kanannya. Sudah hampir jam ½ 3 tapi gadis bersurai pink yang sangat cerewet itu masih belum juga menampakkan batang hidungnya di kamar Sasuke. Biasanya sebelum jarum pendek jam menunjuk angka 2, Haruno Sakura sudah duduk manis di atas ranjang Sasuke dengan membawa sepiring kecil penuh buah strawberry kesukaannya. Sasuke yang kesal menghempaskan tubuhnya kasar di atas kasur empuknya.

Sejak 2 minggu lalu Sakura memang rutin berkunjung di kamar Sasuke untuk memaksa pemuda tampan itu menemaninya melihat anime shouju kesukaannya yang berjudul "Kimi ni Todoke". Sialnya, diam-diam Sasuke ikut menyukai jalan cerita anime yang sempat dicerca mati-matian oleh Sasuke tidak baik bagi perkembangan otak Sakura yang jadi terlalu suka mendramatisir situasi.

"Kemana dia?" Tanya Sasuke pada dirinya sendiri.

Cklek.

Sasuke memutar kepalanya cepat berfikir gadis bersurai pink, temannya sejak kecil itu, yang membuka kamarnya.

"Sasuke-kun, kau tidak lupa kan? Nanti malam akan ada rekan kerja ayah yang berkunjung ke rumah." Tanya Mikoto memastikan.

"Hn. Aku ingat, bu." Jawab Sasuke malas.

"Baiklah." Mikoto menutup pintu Sasuke sebentar sebelum membukanya kembali.

"Ibu hanya ingin memperingatkanmu untuk tidak bersikap menyebalkan pada Naruto dan Hinata seperti yang kau lakukan pada Sakura dulu. Mengerti, Sasuke-kun?" Sasuke menghela nafas panjang karena Mikoto masih saja mengingat peristiwa menyebalkan bagi Sasuke itu.

"Iya, iya, aku tahu, Ibu!" Jawab Sasuke sedikit kesal.

"Sekarang tutup pintunya, aku mau tidur!" Sasuke uring-uringan sendiri. Mikoto mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum mengerti apa yang membuat Sasuke bersikap menyebalkan seperti ini.

"Hihihi. Jangan marah hanya karena Sakura tak datang, Sasuke-kun." Mikoto terkikik geli melihat anak bungsunya yang terlihat sedikit merona karena godaannya.

"Urusai!" Sasuke membalikkan badan berbaring memunggungi Mikoto.

"Dia tak bisa datang karena harus berlatih basket." Lanjut Mikoto masih dengan senyum geli terpasang di wajah cantiknya.

Blum.

Tak mendapat respons dari Sasuke dalam waktu lama, Mikoto yang masih tak bisa menghilangkan senyumnya memilih untuk kembali menyiapkan makanan di dapur. Karena hari ini adalah hari istimewa pertemuan kembali dengan sahabat sekolahnya, Uzumaki Kushina, yang sejak menikah dengan Namikaze Minato harus ikut suaminya pergi keluar kota Konoha dalam waktu sangat lama dan membuat komunikasi mereka terputus.

Beruntung sekali persahabatan mereka bisa terjalin lagi saat tanpa sengaja usaha baru Fugaku di bidang garmen menjalin kerjasama dengan Minato yang memiliki usaha jasa distribusi dan transportasi terbesar di Jepang. Begitu mendapatkan kembali nomor ponsel Kushina dari Minato, Mikoto segera mengundang Kushina dan keluarganya untuk bertamu di rumahnya sekedar melepaskan rasa rindu yang sudah terpendam lama dalam hati masing-masing.

"Dasar gadis bodoh! Selalu saja mengikuti kesukaan Itachi!" Gerutu Sasuke.

"Apa dia tidak takut menjadi lebih tinggi dari tiang listrik di depan rumahnya?!"

"Bukankah dia baru saja aku belikan handphone?! Apa tidak bisa dia mengirim sms barang 1 menit?!"

"Membuatku menunggu lama sekali! Dia pikir dia siapa?!"

Sasuke masih terus menggerutu sepanjang waktu sampai pemuda tampan itu terlelap dengan sendirinya ke alam mimpi.

oOo TBC oOo

Ne, ne, ne,

Ini baru chapter 1 sequel wish.

Tolong ketik review kalian ya, minna-san. Semoga berakhir dengan indah sekuel ini.

Hehehehe :D

Cand mau nitip salam buat :

Guest : "Owh gitu ya, Haha. Maaf ya Cand kelihatan banget sok tahunya. Tapi Cand kayakx pernah baca suffiks Chan untuk perempuan yang dekat dan disayangi. Benar gak? Terima kasih informasinya, guest-san :D"

Guest : "Hehe, arigatou gozaimasu buat pujiannya, Guest-san. Ditunggu reviewnya lagi di sequel ini. Tolong pake nama indahmu ya "

Ah, Cand mau sedikit konfirmasi.

Buat readers yang punya akun ffn, Cand lebih suka balesnya lewat PM biar bisa dapet lebih banyak feedback. Jadi maaf ya minna-san kalo Cand jadi kelihatan hanya bales beberapa review aja