#avii-chan
.
.
.
.
Ini Perintah!
.
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
.
Hinata POV
Tidak seperti biasa, hari ini aku dibangunkan lebih awal. Apa ada event? Tanpa basa-basi, segera kubersihkan tubuhku. Setelah itu, kusisir rambut indigoku sambil menunggu kedatangan seseorang yang bertugas merapikan rambutku.
"Tok.. Tok.. Tok.. Permisi Nona,"
Itu dia.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau terlambat 5 menit, Sasuke-kun!" kata Hinata setelah membukakan pintu untuk pelayan pribadinya, Uchiha Sasuke. Eh? Pelayan pribadi? Seorang Uchiha Sasuke menjadi pelayan pribadi seorang Hyuga? Kenapa bisa? Apa yang sudah terjadi pada dunia?
"Maaf, nona. Saya terlambat karena ditugaskan oleh ayah anda untuk mengambil gaun untuk anda pakai," ujar Sasuke sambil menunduk minta maaf.
Memang benar. Uchiha Sasuke itu ialah pelayan pribadinya Hyuga Hinata. Kenapa bisa? Padahal mereka bersahabat saat masih kecil. Jawabannya karena keluarga Uchiha berjanji untuk menjadi pelayan dari keluarga Hyuga. Hal ini sudah berlangsung sebelum Sasuke lahir. Saat mereka kecil, mereka tidak tau apa-apa. Mereka hanyalah 2 anak kecil yang tidak bisa dipisahkan. Dimana ada Sasuke, disana ada Hinata. Tiada hari tanpa mendengar suara tawa mereka berdua. Tapi semua berubah sejak hari itu.
.
.
.
.
.
.
.
Flashback 7 tahun yang lalu...
"Maaf, Hinata. Kita tidak bisa bergaul seperti biasa lagi,"
"Apa maksudmu, Sasuke-kun? Kau sudah berjanji bahwa kita akan selalu bersama!" teriak Hinata. Ia kecewa Sasuke bisa berkata begitu. Ia kecewa karena Sasuke tidak lagi mengingat janjinya. Janji ia pada Hinata bahwa mereka akan selalu bersama.
"Dunia kita berbeda, Hinata. Kau tidak pantas bermain bersamaku. Aku hanya seorang pelayan! Kau bertugas memerintahku! Bukan membiarkanku terus bersamamu! Karena itu tidak mungkin!" teriak Sasuke tidak kalah keras dari teriakan Hinata. Tanpa ia sadari matanya mulai berair. Namun ia tidak mau hal itu diketahui Hinata, ia memalingkan wajahnya, menunduk. Ia juga tidak mau semua hal ini terjadi. Tapi apa daya, ia hanya seorang pelayan, tidak sama seperti Hinata, seorang Tuan besar. Seorang pelayan seperti dia tidak berhak dekat-dekat dengan Tuan besar seperti Hinata, itulah kesimpulannya.
Hening sejenak. Selama beberapa detik tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Baik itu Sasuke, Hinata ataupun beberapa pelayan dan maid di sekitar mereka. Tak lama kemudian, Hinata pun memecahkan keheningan tersebut.
"Baik. Urusi aku! Jadi pelayan pribadiku!" teriak Hinata.
Keputusannya sudah bulat. Walaupun Sasuke sudah melupakan janji mereka. Hinata bertekad untuk tidak melupakannya. Ia melihat wajah Sasuke setelah mendengar perkataannya. Shok. Hanya kata ini yang bisa melukiskan reaksi di wajah pucat Sasuke. Hinata pun kembali mengeluarkan suara.
"Ini perintah, Sasuke-kun!"
.
.
.
.
.
.
.
"Mengapa aku harus pakai gaun? Kenapa bukan seragam sekolah? Memangnya hari ini aku tidak sekolah?" ujar Hinata banyak tanya.
"Tidak nona, hari ini hari Minggu," jawab Sasuke yang selalu sabar menangani kelakuan Hinata sambil menyisir rambut panjang Hinata.
"Lalu kenapa bukan baju biasa? Kenapa harus gaun?" tanya Hinata lagi.
"Hari ini.. Hari ini beberapa calon tunangan anda akan datang,"
.
.
.
.
.
.
.
"Ayah, sudah kukatakan berapa kali. Aku belum mau menikah," ujar Hinata pada ayahnya setelah acara pemilihan tunangan Hinata selesai.
"Hinata, ayah tidak menyuruhmu menikah, hanya bertunangan. Kau sudah cukup besar untuk bertunangan," ujar Hiashi, ayah Hinata.
"Kalaupun aku ingin bertunangan, aku tidak mau bertunangan dengan orang yang hanya kuketahui namanya. Aku mau bertunangan dengan orang yang kukenal dan kusayang," ujarnya sambil melirik ke Sasuke yang berdiri tegak di samping sofa tempat Hinata duduk. Yang dilirik hanya diam tanpa membalas lirikan.
"Itu alasanmu menolak semua calon? Kaliankan bisa berkenalan sebelum bertunangan. Setelah bertunangan juga bisa,"
"Sudahlah ayah, ayah tidak usah pikirkan tentang masalah ini. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku lelah, sudah malam. Aku mau ke kamar dulu. Selamat malam, Ayah," kata Hinata sambil memeluk Ayahnya lalu beranjak ke kamarnya diikuti pelayan pribadinya. Ia tidak mau membalas hal itu lagi. Ia sama sekali tidak peduli karena sudah ada orang yang mengisi ruang di hatinya.
.
.
.
.
.
.
.
"Sasuke-kun..," ujar Hinata yang sudah kelelahan setelah berdebat dengan Ayahnya.
"Iya, nona?" jawab Sasuke yang masih berada di dalam kamar Hinata.
"Bagaimana pendapatmu tentang acara tadi?" tanyanya sambil menatap mata onyx hitam milik Sasuke.
"Itu..," Sasuke berpikir sebentar lalu menyambungkan ucapannya, "Asalkan nona bahagia, aku juga akan bahagia," jawabnya dengan suara pelan.
Mendengar ucapan itu, Hinata tidak tau harus bagaimana. Apa dia harus senang? Apa dia harus kecewa? Apa dia harus berharap lebih? Ribuan kemungkinan berputar-putar dalam otaknya.
"Kembalilah ke kamarmu, aku sudah mau tidur," ujar Hinata lalu menutupi dirinya dengan selimut, memutarkan badannya menghadap ke arah yang berlawanan dengan tempat Sasuke berdiri.
"Baik nona, selamat malam," ujar Sasuke.
Usai menyelesaikan kalimatnya, Sasuke tidak langsung pergi, ia mendekat sedikit ke tempat tidur Hinata. 1 menit.. 5 menit.. 10 menit.. Sampai ia mendengar dengkuran lembut dari dalam selimut tempat tidur Hinata, ia lalu mengelus kepala Hinata yang masih tertutupi selimut.
"Aku selalu di sini, Hinata,"
.
.
.
.
to be continue...
.
.
.
.
.
.
.
setelah bertahun-tahun setia membaca fanfic, saia akhirnya memutuskan untuk buat fanfic juga. btw ini karya pertama saia. saia aja yang merasa fanfic ini kependekan atau emang kependekan? fanfic ini terinspirasi dari salah satu komik Jepang.
bagaimana pendapat anda? Read and Review yaa~! Arigatou \(^0^) /
.
.
.
.
#avii-chan
