CHAPTER 1 : BETRAYED
Cuaca hari ini cerah, udara kota Incheon terasa hangat di pertengahan bulan Juni. Sehangat hati Byun Baekhyun. Sejak semalam ia tak sabar menunggu saat ini tiba. Hari ini, Kim Jongin akan pulang. Kekasihnya itu ditugaskan kantornya ke London untuk mendapat pelatihan manajemen toko modern selama 2 bulan. Ia ingat pembicaraan terakhirnya dengan Jongin, sebelum kekasihnya itu pergi. Jongin berjanji akan melamarnya sepulang dari sana. Baekhyun sudah membayangkan indah dan romantisnya momen lamaran Jongin nanti, karena itu ia tak sabar menunggu pertemuannya dengan Jongin hari ini.
Pukul 14.50 KST, tapi Baekhyun belum juga melihat tanda tanda kemunculan Jongin dari terminal kedatangan pesawat internasional di Incheon International Airport ini. matanya mulai lelah sedari tadi memperhatikan setiap orang yang lalu lalang. Dalam email nya terakhir dua hari yang lalu, Jongin bilang akan tiba pukul 13.45 KST di bandara ini. Mungkinkah Jongin berganti jadwal pesawat tanpa sepengetahuan Baekhyun?.
Sekali lagi Baekhyun melihat papan digital pengumuman kedatangan pesawat. Korean Air dari London memang tela tiba sejak pukul 13.45 tadi. Tapi, dimana Jongin? Berkali-kali ia mencoba menghubungi ponsel Jongin, tetapi ponselnya tidak aktif. Apakah Jongin telah mengganti nomor ponselnya ke nomor lokal korea? Baekhyun memutuskan masih ingin menunggu. Ia harus sabar. Ia telah menunggu dua bulan lamanya. Apalah artinya menunggu beberapa jam lagi.
Beberapa jam lagi itu mulai menjadi berjam jam yang meresahkan. Waktu telah menunjukkan pukul 19.35 KST. Dan masih belum ada tanda tanda kehadiran Jongin. Tentu saja ini aneh sekali. Jika memmang Jongin membatalkan kepulangannya hari ini, harusnya ia mengabarkannya kepada Baekhyun. Sungguh keterlaluan Jongin membiarkannya menunggu selama ini tanpa kepastian, tapi Baekhyun sendiri adalah lelaki yang keras kepala. Ia penasaran. Berharap pesawat Jongin terlambat datang, ia masih ingin menunggu. Mungkin satu atau dua jam lagi.
Baekhyun pergi ke salah satu cafe yang tersedia di dalam airport. Ia memesan segelas soju. Malam ini terasa dingin. Ia ingin menghangtakan tubuhnya sedikit. Pukul 21.25 KST. Baekhyun menghela nafas panjang. Sepertinya penantiannya harus berakhir sekarang. Ia harus kembali ke Seoul. Di luar bandara ia masih melihat taksi berjajar menunggu penumpang. Baekhyun masuk ke salah satu taksi
"Jongin, apa maksudmu menelantarkan aku seperti ini?" Baekhyun mengetik cepat pada ponselnya dan menekan tombol send ke nomor yang ia beri nama 'Babe Jongjong'. Walaupun ia tak tahu apakah nomor tersebut masih aktif atau tidak.
Sudah tiga hari Baekhyun menunggu kabar dari Jongin, SMS, Telepon, Line, Bahkan Email. Tapi belum diterimanya juga. Membuatnya benar benar cemas. Apa yang terjadi pada Jongin? Apakah pesawatnya kecelakaan? Tapi ia telah mencari di semua berita baik onlnee, cetak atau televisi, ia tak mendengar ada kecelakaan pesawat pesawat dalam 3 hari ini. penantian ini sungguh membuat pikiran Baekhyun kalut. Pagi ini ia berdandan rapi seperti biasanya. Siap berangkat kerja tepat pukul 7 pagi. Melahap sarapan yang disiapkan ibunya bersama adik perempuan dan ibunya. Setelah selesai ia berpamitan lalu melangkah keluar rumah.
Tak ada yang tahu, sesungguhnya hari ini ia tidak pergi ke tempatnya biasa bekerja. Sudah hampir 2 minggu ini tidak lagi bekerja di sebuah galeri pakaian kecil di pusat kota Seoul. Toko itu menjelang bangkrut. Kini hanya menjual pakaian produksi pabrik. Artinya, keahliannya sebagai perancang mode pakaian tidak dibutuhkan lagi di tempat itu. Ibu dan adiknya tidak boleh tahu ia sudah tak bekerja lagi. Mereka pasti akan khawatir. Sejak ayahnya meninggal, Baekhyun bertugas menjadi tulang punggung keluarga. Butuh banyak biaya untuk membayar uang sewa rumah dan biaya sekolah adiknya.
Baekhyun menghela nafas pasrah. Hidupnya benar benar sempurna. Sempurna kacaunya. Kehilangan pekerjaan dan sekarang ia kehilangan kekasihnya. Lenyapnya Jongin tanpa kabar memang telah mengantarkan firasat buruk dalam hati Baekhyun bahwa kekasihnya itu meniggalkannya. Ia berjalan perlahan. Sengaja ia memilih berjalan kaki untuk sekedar menghabiskan waktu. Rute perjalanannya sejak hampir 2 minggu ini masih tetap sama. Dari rumah ia menaiki bus ke arah tempat kerjanya dulu. Melewati tempat kerjanya sebuah galeri pakaian yang kini berubah nama menjadi Pinky Store. Kemudian ia berjalan menyusuri pertokoan sekitar, Ia sampai di ujung kompleks pertokoan dan masuk ke area taman kota yang sering dijadikan tempat berbagai acara. Seperti konser musik atau pameran. Taman ini dilengkapi oleh pepohonan yang sudah tinggi,maupun perdu yang dipangkas rapi, beserta kolam dengan air mancur yang tiap jam nya menampilkan permainan air, jembatan jembatan yang melintasi aliran air dari kolam air mancur. Tempat ini menjadi tempat ideal untuk bersantai. Seperti yang dilakukan oleh Baekhyun saat ini. ia duduk disalah satu bangku taman. Menghirup udara segar pagi hari dalam dalam. Lalu menghembuskannya perlahan. Bunga warna warni musim panas tampak bermekaran menambah semarak suasana di tempat ini. suasana damai ini cukup menenangkan pikirannnya yang sedikit kalut saat ia melangkah keluar rumah tadi.
Setelah puas beristirahat, Baekhyun melanjutkan perjalananya sembari sesekali menikmati dekorasi unik yang terdapat di taman tersebut. Ia melanjutkan lagi langkahnya. Sengaja ia mengukur jalan seraya merenungi nasibnya. Ia masih tak tahu apa yang akan dilakukannya. Ia belum terpikir ingin segera mencari pekerjaan baru. Ia ingin bertemu Jongin dahulu. Membicarakan rencana masa depan, barulah kemudian ia akan putuskan ingin mencari pekerjaan baru dimana. Sembari menyusun pikiran didalam kepalanya, tak terasa langkah Baekhyun sampai juga ke daerah kawasan Shopping Modern yang letaknya sekitar 30 menit berjalan kaki dari daerah tempat kerjanya tadi. Lagi lagi nia menghabiskan waktu dengan jalan jalan berkeliling kawasan itu. Rasanya ia sudah cukup banyak berjalan. Tapu waktu baru menunjukkan pukul 12 siang. Saatnya beristirahat makan siang. Sebenarnya Baekhyun merasa malas jika ia berhenti beristirahat, karena pada saat beristirahat seperti itu, ia semakin merasakan kehampaan. Ia masih tak mengerti mengapa Jongin bisa nenghilang begitu saja. Apakah Jongin memang sengaja menghindarinya? Tetapi mengapa? Tak ada tanda tanda sedikitpun Jongin berniat lari darinya. Ataukah Baekhyun yang kurang peka?
Baekhyun mulai mencari tempat untuk makan siang. Pilihannya jatuh pada sebuah minimarket dengan tempat duduk didalam nya, ia berjalan kearah tempat makanan instan dan menemukan kimbap segitiga di rak paling atas. Ia mengambil 2 bungkus kimbab segitiga isi ikan tuna. Kimbap merupakan makanan paling enak dan paling murah di tempat ini. jadi sedikit banyaknya akan menghemat pengeluarannya bulan ini. Karena uang nya pun hanya tersisa beberapa puluh ribu won di dompetnya. Baru saja ia berniat memasukkan kimbap yang telah ia bayar ke dalam mulutnya, ia melihat sosok yang sangat di kenalnya berjalan didepan minimarket itu, melewati baekhyun yang sedang duduk didalam dan hanya di batasi oleh kaca transparan.
Baekhyun mengerjapkan matanya. Penglihatannya tidak salah. Itu adalah Kim Jongin! Kekasih yang ditunggu nya 3 hari lalu di Bandara Incheon! Ternyata ia ada disini! Baekhyun membelalakkan matanya. Dan Jongin tidak sendiri, ia berjalan mesra dengan seorang lelaki 'cantik' yang mempunya proporsi tubuh hampir sama seperti Baekhyun. Dengan mata yang bulat, bibir yang merah dan bentuknya juga indah, lelaki itu cantik sepenuhnya, pikir Baekhyun.
"Kurang ajar!" maki Baekhyun dalam hati.
Ia kembali mengarahkan pandangannya ke sosok lelaki setinggi kurang lebih 182 cm dan berkulit agak gelap itu. Lelaki itu terlihat menawan dalam setelan jas lengkap dengan dasinya. Rambutnya tampak baru saja dicukur rapi. Baekhyun tidak mungkin salah mengenali orang. Itu benar benar Jongin.
"Apa yang dilakukannya di sini? Bersama lelaki itu?"
Baekhyun mendadak merasakan sakit dalam hatinya. Jongin telah tega membuat nya khawatir selama 3 hari ini, mengira ia kecelakaan pesawat, ternyata Jongin sudah berada di Seoul dan terlihat bahagia bersama orang lain. Apa arti semua ini?
"Jongin ... Awas kau Jongin! Berani beraninya kau menghianati aku!" ujar Baekhyun dalam hati. Perasaannya kacau seketika.
Apakah ada penjelasan lain dari pemandangan yang dilihatnya ini? Jongin dan lelaki itu memang tidak berangkulan, bahkan tidak bergandeng tangan, tapi merka saling menatap, tersenyum dan berbicara satu sama lain seperti sepasang kekasih. Tidak, rekan bisnis tidak akan saling memandang dengan cara seperti itu, Baekhyun yakin sekali ada hubungan spesial diantara keduanya.
"Jongin mengkhianati aku?" kata itu diulanginya lagi, kali ini ia ucapkan dengan suara berbisik pada dirinya sendiri.
Lalu matanya menatap tajam kearah Jongin yang kini berjarak 10 meter darinya. Kemarahannya tiba tiba saja meluap
"Lelaki itu berani beraninya bermain dibelakangku? Setelah pengorbanan ku selama ini untuknya? Keterlaluan! Awas kau Kkamjong!" bisiknya lagi dengan nada geram.
Ia ingin sekali mendatangi Jongin saat ini juga, lalu menampar wajahnya. Hampir saja ia nekat benar benar melakukan itu saat kemudian ia ingat, itu hanya akan merugikan dirinya sendiri. Setelah mengatur nafasnya yang memburu, menghirup udara dalam dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Baekhyun mulai sedikit tenang, logika nya mulai berjalan lebih jernih. Sebuah rencana tiba tiba saja terbetik dibenaknya. Lebih baik ia pura pura belum melihat Jongin. Ia akan mendatangi Jongin seolah olah bertemu disini tanpa sengaja. Baekhyun ingin tahu bagaimana nanti reaksi Jongin jika mendadak melihatnya disini.
Terpaksa Baekhyun meninggalkan kimbap yang baru dimakannya sepotong. Ia bangkit dari duduknya dan mengikuti Jongin dan lelaki cantik itu yang tampaknya baru selesai makan siang. Mereka berdua melangkah perlahan sambil mengobrol akrab hingga masuk ke sebuah butik, SM Collections
"Ahh, apa yang akan mereka lakukan disana? Apakah Jongin akan membelikan lelaki itu pakain mahal? Keterlaluan! Hutangnya padaku banyak, dia malah ingin membelikan pakaian mewah kepada lelaki itu?" gerutu Baekhyun dalam hati.
Baekhyun ragu ingin masuk ke butik itu, Akhirnya ia memilih memunggu di luar. Bebarapa menit kemudian, Jongin keluar hanya sendirian! Dimana lelaki tadi? Baekhyun pun segera mencegat Jongin
"Annyeong, Jongin-ah!" ucap Baekhyun tiba tiba muncul didepan jongin.
Jongin segera menghentikan langkahnya, wajahnya tampak sangat terkejut.
"Baek? Sedang apa kau disini?" tanya jongin sedikit kikuk.
Baekhyun tak langsung menjawab, ia tersenyum lebar.
"Harusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kau disini? Bukankah 3 hari yang lalu kau harusnya muncul di bandara Incheon seperti janji mu padaku?" jawab Baekhyun, nada suara nya jelas menyindir.
" Aku...maaf, aku harusnya memberitahumu, aku ada transit di Jepang, karena kantor ku sedang ada meeting dengan koresponden asing di sana, dan aku pulang ke Korea esoknya dan di bandara Gimpo aku turun, aku juga lupa memberitahumu karena aku pulang bersama teman, kami smaa sama dari London, Aku harus langsung menemaninya di Seoul ini"
"Ahhh... teman?Apakah teman lelaki? Kalian bertemu dan berkenalan di London?"
Jongin tak langsung menjawab, bola matanya bergerak ke sana kemari, jelas sekali ia tampak gugup.
"Aku melihat kalian tadi," kata Baekhyun
Kali ini bola mata Jongin behenti bergerak. Pandangan nya menuju satu titik, wajah Baekhyun yang terlihat berusaha tenang.
"Melihatku dengan siapa?"
Baekhyun tersenyum sinis
"Jangan mengelak lagi, Jongin-ah. Aku melihat mu tadi bersama lelaki lain, ia cukup cantik menurutku" Baekhyun berusaha tertawa walaupun ia tak berniat tertawa.
Jongin tak langsung mejawab. Ia masih memperhatikan wajah Baekhyun yang mulai tampak sedikit emosi
"Baek, aku akan jelaskan semuanya padamu. Sebaiknya kita mencari tempat untuk berbicara, Baek!"
"Memang sebaiknya begitu. Kau harus menjelaskan semuanya"
Jongin melangkah cepat menuju jalan raya, diikuti oleh Baekhyun yang juga melangkah cepat. Jongin menghentikan taksi. Di dalam taksi, Baekhyun hanya diam. Ia enggan bertanya kepada Jongin hendak mengajaknya kemana. Yang jelas Baekhyun tahu, Jongin ingin membawa nya jauh dari lelaki yang bersamanya tadi. Taksi meluncur dan berhenti di sebuah restoran. Baekhyun memesan secangkir teh ginseng. Sepertinya ia perlu meminumnya untuk menenangkan emosinya. Ia masih mengunggu Jongin bicara sesuatu. Tapi Jongin malah sibuk memutar mutar gelas wine nya.
"Kenapa kau tega sekali memperlakukanku seperti ini, Jongin? Apa salahku pada mu hingga kau berbuat sejahat ini? ucap Baekhyun akhitnya setelah ditunggu sekian lama Jongin tidak bicara juga.
"Kau tahu berapa lama aku menunggumu di bandara Incheon? Aku tak sabar ingin melihat wajahmu, tapi berjam jam kemudiaan kau tidak datang juga. Kau tidak memberi kabar, emailku tidak kau, nomor mu tidak kau aktifkan. Sampai kukira kau mati karena kecelakaan pesawat. Kau tau bagaimana cemas nya aku? Kenapa kau tega sekali membuat ku khawatir sementara kau sudah ada disini dan sedang bersenang senang dengan lelaki lain, bisakah kau bayangkan bagaimana perasaan ku, Jongin?"
Ia tumpahkan segala kekesalannya selama beberapa hari ini. Jongin masih menunduk. Ia menghela nafas. Lalu mengangkat wajahnya perlahan dan menatap wajah Baekhyun.
"Maafkan aku, Baek. Ini semua benar benar diluar dugaanku" kata Jongin akhirnya setelah ia mengehla nafas panjang untuk kedua kalinya.
"Apa yang diluar dugaanmu?"
"Aku... aku bertemu dengannya di London. Awalanya kami hanya berteman sebagai sesama orang Korea yang sedang bertugas diluar negeri. Tentu saja aku ingat aku memilikimu di sini, Baek. Tapi cinta seringkali datang tak terduga. Tanpa kusadari tiba tiba saja aku jatuh cinta padanya" jawab Jongin perlahan.
Mendadak Baekhyun bangkit berdiri. Ia menatap tajam Jongin. Jongin mengangkat wajahnya mengikuti gerakan Baekhyun, ia menatap wajah Baekhyun yang tampak marah sekali. Dan itu bukan pertanda baik baginya.
"HAH! Cinta datang tak terduga katamu? Ciih! Begitu mudahnya kau membenarkan perbuatanmu ini dengan alasan cinta? Kau benar benar brengsek, Kkamjong!" ujar Baekhyun dengan suara mulai terdengar keras.
Jongin tampak gusar menghadapi Baekhyun yang mulai emosi
"Kau sadar apa saja pengorbanan yang sudah kuberikan untukmu? Tujuh tahun, Jongon! TUJUH TAHUN! DENGAN MUDAHNYA KAU LUPAKAN TUJUH TAHUN BERSAMAKU HANYA KARENA KAU PIKIR KAU JATUH CINTA PADA LELAKI LAIN LAGI?" ujar Baekhyun lagi dengan suara lebih keras dari tadi. Membuat pengunjung restoran lainnya menoleh kearah mereka.
Jongin mulai terlihat kesal melihat reaksi Baekhyun yang emosional.
"Byun Baekhyun! Duduklah! Semua orang melihat kita"
"Lalu kenapa? Biar saja semua orang tau kau laki laki brengsek! Pengkhianat!"
"Aku sudah bilang maaf, Baek! Aku juga tak menyangka bisa jatuh cinta pada perempuan lain. Maafkan aku"
"Kau pikir cukup hanya dengan dengan kata maaf? Aku tidak bisa menerima ini, Jongin! Aku sangat mencintaimu, kau tau itu. Aku rela berkorban apa saja demi kau, tapi apa ini? mengapa begini balasan mu padaku?" ucap Baekhyun yang air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Sementara Jongin terdiam. Ia tak tahu harus bicara apalagi.
"Jongin-ah, tolong katakan padaku, apa yang harus kulakukan agar kau tetap bersama ku?" pinta Baekhyun dengan wajah mengiba, ia sudah tak waras lagi meminta kepada Jongin layaknya pengemis.
Jongin masih diam. Ia hanya memandang wajah Baekhyun sesekali seolah tanpa rasa belas kasihan.
"Mianhae, Baek. Aku tidak akan kembali bersama mu, jujur saja, sikap mu yang keras ini semakin menyakinkan aku, bahwa kita sudah tak cocok lagi, aku tahu, mungkin ini membuat mu kecewa dan sakit hati, tapi aku mohon kau memahami perasaanku"
Tangis Baekhyun semakin deras. Ia marah sekali. Saking marahnya ia sampai tak tahu apa yang akan dilakukan untuk melampiaskan rasa marahnya. Jongin benar benar keterlaluan. Dengan mudahnya melupakan tujuh tahun kebersamaan mereka hanya karena ditugaskan selama 2 bulan di London. Keterlaluan!
"Apa hebatnya lelaki itu, Jongin? Apa yang telah diberikannya padamu yang tidak bisa aku berikan? Apakah pengorbananku selama ini tak cukup membuatmu hanya mencintai aku?" ucap baekhyun sembari terisak, mehanan emosi yang rasanya ingin meluap.
Tapi Jongin seakan sudah kehabisan kata kata untuk diucapkan. Ia hanya diam dan menunduukan wajahnya.
"Kenapa kau tega seklai kepadaku? Sebelum kau pergi ke London kau masih berjanji ingin menikahi, mengapa kau berubah pikiran secepat ini? apa yang dilakukannya hingga membuatmu begini, Jongin?"
"Sudahlah, Baek. Jangan membicarakan dia terus. Aku menyesal hubungan kita harus berakhir begini. Tetapi bukankah memang sebaiknya kita akhiri, daripada tetap kita paksakan tetapi hatiku tidak lagi padamu?"
"Lalu, bagaimana dengan hatiku? Hatiku masih padamu, Jongin. Selama tujuh tahun ini aku setia padamu, dan kau balas kesetiaanku ini dengan penghianatan"
"Perasaan tidak bisa dibohongi, Baek. Aku tidak mungkin pura pua masih mencintai mu. Itu hanya akan berdampak kepada mu. Kau yang akan semakin terluka."
"Mungkin perasaan mu pada lelaki itu hanya perasaan sesaat saja, Jongin-ah. Cobalah kau pikir pikir dulu. Mungkin saja besok kau mencintaiku lagi."
Jongin memnadang iba wajah Baekhyun yang masih bersimbah air mata.
"Kau tentu tidak lupa, hutangmu padaku banyak. Kau sering meminjam uang jika kau kehabisan uang untuk membayar kuliah, atau makan,atau sewa kosmu."
"Apakah semua kebaikanmu padaku dulu kau hitung sebagai hutang? Benarkah Baekhyun?"
"Tentu saja tidak, aku berikan semua yang kau minta karena aku mencintaimu, Jongin. Dan ternyata itu semua tak ada gunanya."
"Sekali lagi mafkan aku, Baek. Terserah kau mau menyebutku apa. Kau boleh menyebutku lelaki brengsek, tapi aku tidak bisa berbuat apa apa. Semua ini sudah terlanjur terjadi. Cobalah kau lupkan aku."
Kini berganti Baekhyun yang tak tahu ingin bicara apa, lelaki mungil itu hanya bisa termenung, kata kata Jongin terasa menyakitkan baginya. Saat itu ponsel Jongin berbunyi. Setelah melihat nama di layar ponselnya, Jongin buru buru mengangkatnya dengan wajah bahagia.
"Oh, sayang? Ada apa?"
Baekhyun menatap wajah bahagia Jongin itu dengan rasa kesal, marah, sakit hati, bercampur benci...
"Baekhyun, aku harus pergi sekarang, selamat tinggal." Ucap Jongin, lalu buru buru bangkit dan pergi begitu saja. Meninggalkan Baekhyun dengan rasa sakit hatinya.
"Kkamjong SIALAN!" ujarnya tertahan.
Ia segera menghapus airmatanya. Lelaki brengsek seperti Jongin sungguh tak pantas ia tangisi. Wakti baru saja menunjukkan pukul 3 sore. Ia tak tahu akan pergi kemana lagi untuk menghibur hatinya yang terluka ini. Sampai akhirnya Baekhyun memutuskan menghabiskan waktu ke pasar tradisional di pinggiran Seoul. Dengan menaiki bus ia pergi ke pasar tradisional itu. Begitu keluar dari dalam bus ia langsung disambut suasana pasar yang ramai dan sesak. Baekhyun berharap riuhnya pasar akan menghapuskan rasa sepi dan hampa dihatinya. Ia hanya berjalan jalan menyusuri pasar itu sambil sesekali mendatangi kios yang menarik perhatiannya. Tapi sialnya, berjalan jalan disini malah mengingatkan Baekhyun akan masa lalu bersama Jongin. Dahulu Jongin hanya mahasiswa pas pas an dari kota kecil yang datang ke Seoul untuk belajar. Ia hanya mampu berbelanja di pasar tradisional ini.
Baekhyun mendatangi kios makanan khas korea, ada odeng yang merupakan makanan kesukaan Jongin, juga kue beras yang selalu mereka beli ketika ke pasar. Tak sadar Baekhyun tersenyum mengingat kembali kenangan itu. Entahlah apakah Jongin masih mau menyantap makanan ini. Baekhyun baru sadar, Jongin memang sudah berubah. Ia kini terlihat bukan lagi mahasiswa pas pasan seperti saat bersamanya dulu. Jongin sekarang bekerja di sebuah perusahaan yang terkenal, SM GROUP. Gajinya pasti besar sekali. Karena itu seleranya akan pasangan pun berubah. Jongin sekarang lebih memilih orang yang berkelas seperti lelaki yang Baekhyun lihat tadi.
Baekhyun membeli beberapa tusuk odeng, menyantapnya perlahan sambil meratapi nasibnya yang malang ini. Harusnya ia sadar, Jongin sudah berubah sejak bekerja untuk SM GROUP. Ah, mengapa Baekhyun baru sadar sekarang?
Baekhyun memutuskan menginggalkan pasar. Pasar itu tidak bisa menghiburnya, malah membuatnya teringat kenangan pahit masa lalu. Ia melanjutkan perjalannya ke taman yang tadi pagi telah ia kunjungi. Tapi suasana pagi hari dengan di sore hari tentu saja berbeda. Menjelang malam, suasana taman itu justru makin semarak. Banyak yang sengaja datang ke taman ini sepulang kerja untuk menikmati suasana romantis.
Ini pertama kalinya Baekhyun merasakan patah hati. Maka ia puntak tahu bagaimna cara mengobati rasa sakit hati ini dan melampiaskan marahnya. Sepanjang hari ini ia hanya menghabiskan waktu memandangi orang yang berlalu lalang dihadapannya. Semua berjalan, biasa biasa saja. Seolah hidup orang lain berjalan lancar, hanya Baekhyun sendiri yang merasakan hidupnya hancur.
Saat ia memandang hampa lapangan luas di depannya, disalah satu sudut lapangan Baekhyun melihat sekumpulan anak anak sedang berkermunan mengelilingi seorang laki laki bertubuh tinggi tegap dan berwajah menarik. Anak anak itu seperti memperebutkan sesuatu. Dan laki laki itu dengan sabar seperti menjelaskan sesuatu kepada anak anak itu, hingga anak anak itu menjadi tertib dan duduk rapi mengelilinya. Baekhyun tersenyum melihatnya. Entah mengapa ia merasa terhibur dengan keseluruhan adegan itu. Betapa indahnya dilihat dari kejauhan sosok lelaki itu dinaungi lampu lampu taman yang temaram.
