Our Destiny
Pairing:
Jung Jaehyun x Lee Taeyong
Chibi! Lee(Jung) Jeno
And other member and cast
Warning: Boys Love, Drama picisan, lil bit fluffy, typo(s) everywhere, tidak sesuai EYD, OOC!
.
.
.
CHAPTER 1
"Lee Taeyong! Ayok cepat bangun, pemalas!"
Lelaki yang bernama Lee Taeyong itu mengerang, diliriknya jam dinding yang menunjukan pukul 7 pagi—tunggu, apa!? Ia melotot, gawat! Dirinya kesiangan dihari pertama dirinya masuk kerja. Dengan segera ia pergi mandi dan berpakaian, setelah itu bergegas untuk berangkat.
"selamat pagi ibu!" sapa Taeyong saat melihat ibunya sedang membereskan meja makan. "dimana ayah dan Youngho?" Taeyong mengambil segelas susu yang sudah disiapkan oleh ibunya.
Ibunya memutar bola matanya, "mereka sudah berangkat daritadi."
"dan kenapa ibu tidak membangunkanku?"
"dan siapa yang tidur seperti orang mati?"
Lelaki itu hanya memberikan cengirannya. Setelah selesai minum susu ia bergegas berangkat.
"hey sarapan dul—"
"aku kesiangan! Aku akan sarapan disana nanti. Aku pergi!" Taeyong mencium pipi ibunya dan langsung melesat pergi. Ibunya hanya geleng-geleng melihat putra bungsunya itu.
Taeyong berjalan dikoridor yang sudah sepi itu. Tentu saja sepi, kelas mengajar sudah dimulai pukul 8 dan sekarang sudah hampir pukul setengah sembilan. Bagus Lee Taeyong!
Saat ini ia sedang menuju kantor guru. Taeyong itu baru saja diterima sebagai guru, iya guru taman kanak-kanak. Sebelumnya ia adalah manajer di perusahaan ayahnya, namun ia tidak tahan karena terlalu banyaknya pekerjaan dan rapat yang menumpuk. Apalagi kadang kakaknya, Youngho sering memarahinya karena kerjaannya tidak pernah benar! Huh ia benar-benar kesal dengan kakaknya itu. ketika dirumah Youngho benar-benar brother complex, tapi ketika dikantor dia seperti monster. Akhirnya karena Taeyong anak yang manja, jadilah ia keluar. Dan ibunya mengusulkan untuk mencoba menjadi guru TK. Katanya, biar sifat manja dan kekanak-kanakan Taeyong hilang. Taeyong sih tidak masalah, toh dia juga suka dengan anak kecil kok.
TOK TOK
Lelaki itu membuka pintu setelah mendengar jawaban 'masuk' dari dalam. Lalu setelahnya ia langsung membungkuk minta maaf.
"maafkan aku atas keterlambatan hari ini noona. Aku janji besok dan seterusnya tidak akan terulang lagi!" ia membungkukkan tubuhnya berkali kali dan berbicara dengan cepat membuat seseorang yang disana terkekeh.
"tidak apa Taeyong-ah, ibumu sudah memberitahuku tadi." Ucap Irene, kepala sekolah di TK itu dan juga ia adalah teman ibu Taeyong. Jadi Taeyong diperbolehkan memanggilnya noona.
"Lagipula kebetulan sekali, kau bisa langsung masuk kelas dengan anak ini. Dia anak baru pindahan dari Amerika." Sambungnya. Taeyong memperhatikan seorang anak lelaki dihadapannya. Wah, tampan sekali. Pasti bibitnya pun juga tampan. Batinnya melantur.
"baiklah, aku akan menuju kelas sekarang. Terimakasih banyak noona! Ayok adik kecil, kita kekelas sekarang," Taeyong berpamitan dan menggandeng tangan anak kecil itu. setelah keluar dari ruangan anak itu menghempaskan tangan Taeyong.
"jangan pegang-pegang tanganku!" teriak anak kecil itu kepada Taeyong.
"loh memangnya kenapa?" tanyanya bingung, dan mereka masih terus berjalan. Kelas yang akan Taeyong tempati berada di paling ujung, omong-omong.
"Dad bilang, Jeno tidak boleh nurut dengan orang asing!"
Oh jadi namanya Jeno. Taeyong mangut-mangut. "tapi Jeno, aku akan menjadi gurumu itu berarti aku bukan orang asing."
"tetap saja!" Jeno memberikan tatapan yang menyeramkan, yang sesungguhnya membuat Taeyong gemas dan ingin mencubiti pipi gembil itu.
"baiklah," sampai didepan kelas Taeyong bukannya segera masuk tapi malah mensejajarkan tubuhnya dengan Jeno dan mengulurkan tangannya, "aku Lee Taeyong yang akan menjadi gurumu satu tahun kedepan." Ujarnya dengan senyuman yang amat manis.
Jeno jadi salah tingkah sendiri. Tapi biarpun begitu ia masih menjunjung tinggi harga dirinya. "Jung Jeno." Katanya ketus sambil menjabat tangan gurunya itu.
"anak pintar. Nah kalau begitu ayok kita masuk kelas!" mereka berdua pun masuk kelas dengan tangan Jeno yang berada di gandengannya.
.
.
.
"baiklah, kita akhiri rapat sampai disini." Setelah mengucapkan itu, Jung Jaehyun, CEO dari Jung Corp yang amat sangat terkenal di berbagai bidang dan negara segera menuju ruangannya. Ia membuka jasnya dan menyimpannya di sandaran kursi. Dasinya ia longgarkan dan ia juga menggulung lengan kemejanya sampai siku. Kemudian terdengar suara ketukan dari luar.
"Anda memanggil saya, sajangnim?" tanya sekretarisnya.
"apa jadwalku setelah ini, Yeri?"
Sekretarisnya membuka tabnya dan melihat jadwal boss nya itu. "Anda tidak memiliki jadwal apapun sampai jam 7 malam. Setelah itu anda ada janji makan malam dengan kolega bisnis dari China."
Jaehyun hanya menagngguk, "baiklah terimakasih." Setelahnya sekretarisnya segera meninggalkan ruanganya. Jaehyun menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Rasanya lelah sekali karena semalam ia harus begadang sampai jam 3 subuh ditambah lagi ia harus mengantar anaknya ke sekolah barunya, itu juga mereka sudah terlambat walau hanya 10 menit. Dan rasanya ada yang mengganjal dipikirannya sehingga ia tidak bisa tenang karena ada yang terlupa.
"jam berapa ini?" gumamnya. Ia melihat jam tangannya dan seketika itu juga ia merutuki kebodohannya. "sialan! Jam 12 lewat, Jeno pasti sudah menungguku terlalu lama!" ia langsung melesat begitu saja dan berlari sampai parkiran. Tidak peduli dengan pegawainya yang menatapnya dengan bingung.
Saat sudah masuk mobil ia segera melajukan kecepatan mobilnya diatas rata-rata. Yatuhan, semoga anak itu tidak mengamuk nantinya. Batin Jaehyun cemas.
..
Taeyong senang sekali hari ini. Ternyata mengajar anak-anak TK tidak buruk juga, bahkan mungkin ia mulai menyukainya. Yah walaupun ada saja tingkah anak-anak itu yang membuat Taeyong pusing, tapi toh namanya juga anak kecil. Mau bertingkah bagaimanapun asal masih dibatas wajar ia tidak mempermasalahkan itu.
Setelah berpamitan dengan Irene noona, ia segera pamit pulang. Walaupun Taeyong anak yang manja dan anak orang kaya, tapi ia lebih suka menggunakan bus umum ketimbang mobil. Seberanya sih, Taeyong memang tidak bisa menyetir. Dulu saja kalau dia berangkat kekantor pasti bareng bersama kakak atau ayahnya, atau kalau dia kesiangan ya pastilah diantar oleh supir. Tapi kalau ia lagi jalan-jalan sendiri atau pergi bertemu dengan teman-temannya ia lebih suka naik kendaraan umum.
Saat berjalan keluar, ia menemukan seorang murid yang sedang duduk di taman bermain dengan posisi membelakanginya. Taeyong mengira-ngira sedang apa anak itu disana? Atau jangan-jangan anak itu belum dijemput?
Akhirnya ia berjalan menghampiri anak itu. ketika ia sudah berada tepat dibelakang anak itu, ia bisa mendengar kalau anak itu sedang terisak.
"hey— oh, Jeno!?" Taeyong memegang pundak kecil itu dan langsung mengenalinya ketika wajah itu terangkat sedikit.
"kenapa menangis? Kau belum dijemput?" tanya Taeyong sambil ikut duduk disamping Jeno. Yang kecil tidak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya saja.
Ia mengusap kepala Jeno dengan lembut, "kalau begitu aku akan menemanimu sampai kau dijemput, bagaimana?" tetap tidak ada jawaban. Taeyong hanya menghela napas dan memikirkan bagaimana caranya agar Jeno berhenti menangis.
"jagoan tidak boleh menangis. Tadi dikelas kan Jeno bilang kalau Jeno itu jagoan kan? Kalau jagoan menangis siapa yang akan melindungi ibu Jeno?"
Hening beberapa saat, tiba-tiba suara isakkan Jeno tidak terdengar lagi. "ibu Jeno tidak ada." Ucap anak itu dengan suara yang serak karena habis nangis dan terdengar datar.
Taeyong membuka sedikit mulutnya—terkejut. Ia jadi kaku sendiri, duh salah ngomong deh dirinya. Ia memutar otaknya lagi dan aha! Taeyong ingat dirinya punya cokelat didalam tasnya. Segera ia mengambil cokelat itu dan memberikannya pada Jeno.
"ahh Jeno, aku punya cokelat! Ini ambillah, anggap saja sebagai permintaan maafku dan agar kau berhenti menangis." Taeyong bisa melihat binar dimata anak itu, tapi Jeno tidak segera mengambilnya membuat Taeyong memutar kedua bola matanya malas. Dasar keras kepala! Batinnya.
"kau tidak mau? Yasudah aku makan sendiri saja." Taeyong mulai membuka bungkus coklat itu, ia terkikik dalam hati melihat Jeno membulatkan matanya panik. Taeyong memotong coklatnya dan menyodorkannya tepat didepan mulut Jeno. "ayok aaaa? Aku tau kau menginginkannya."
Anak kecil itu menggigit bibirnya ragu, "ayolah Jeno, aku bukan orang jahat. Aku ini gurumu ingat?" dan tak lama Jeno memakan cokelat itu. "whoa" ucapnya lirih tapi masih bisa didengar oleh Taeyong. Cokelat memang kecintaan Jeno dan kebetulan ia juga belum makan siang jadilah reaksinya amat berlebihan seperti itu. Akhirnya Taeyong memberikan sepenuhnya cokelat itu kepada Jeno yang diterima dengan senang hati oleh anak itu. tak lama sebuah Audy hitam berhenti di depan mereka.
"Jeno! Sayang! Astaga maafkan Daddy." Lelaki itu menghampiri mereka, dan Jeno mendengus sambil membuang mukanya. Taeyong segera berdiri.
"selamat siang, aku Lee Taeyong guru Jeno." Keduanya berhadapan. Dan—demiapapun! Lelaki dihadapannya ini sungguh sungguh sungguh tampan! Rasanya Taeyong akan segera pingsan ditempat.
Jaehyun berdiri dengan kaku, lelaki dihadapannya ini benar-benar duplikat ibunya, Jung Jaejoong. Astaga! Apa ini yang dinamakan takdir? Diam-diam Jaehyun memikirkan bagaimana jika ia membawa lelaki ini kehadapan keluarganya.
Butuh sepersekian detik untuk sadar dari keterkejutannya, "ahh selamat siang, aku Jaehyun, ayahnya Jeno. Ngomong-ngomong terimakasih telah menemani anakku." Jaehyun tersenyum menampilkan kedua dimplenya membuat orang dihadapannya ini pingsan ditempat.
Taeyong menagngguk, "tidak masalah, lagi pula kebetulan aku menemukan Jeno sendirian disini dan dia sedikit menangis tadi." Ia tertawa saat Jeno menatapnya lucu karena telah membeberkan sebuah rahasia –menurut Jeno- didepan ayahnya.
Jaehyun ikut tertawa, ternyata sifat Taeyong easy going sekali sehingga mudah menyesuaikan keadan, "benarkah? Hahaha itu terlihat out of character sekali dengan sifat asli Jeno yang selalu jutek."
"baiklah kalau begitu, lain kali jangan biarkan Jeno menunggu terlalu lama Jaehyun-ssi." Taeyong tersenyum, "aku permisi." Pamitnya. Namun tanpa disangka-sangka Jeno menahan tanganya.
"Taeyong harus menemaniku makan!" Jeno menggenggam tangan Taeyong, dan lelaki itu kaget bukan main karena ia kira Jeno tidak menyukainya. Dan apa-apaan itu dengan Taeyong? Jeno masih terbawa oleh budaya barat rupanya, dan Taeyong memaklumi itu.
"panggil gurumu dengan sopan, Jen." Ucap Jaehyun, namun tidak dihiraukan sama sekali oleh anaknya itu.
"apa? Hey aku tidak—"
"Jeno benar, Taeyong-ssi. Ikutlah makan siang bersama kami, anggap saja sebagai rasa terimakasihku karena kau sudah menemani Jeno tadi."
Akhirnya Taeyong menganggukan kepalanya. Mereka bertiga jalan menuju mobil Jaehyun diparkirkan, dan sesampainya disana Jaehyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"sebenarnya, aku lupa jika mobil ini hanya ada dua tempat duduk."
Taeyong hanya tertawa kecil, "tidak masalah, aku akan memangku Jeno."
"apa.. tidak apa-apa?" Jaehyun terdengar ragu namun Taeyong segera menampilkan senyum terbaiknya untuk meyakinkan lelaki itu.
Dalam perjalanan, mereka berdua banyak berbincang, jeno tertidur dipangkuan Taeyong, mungkin anak itu lelah karena habis menangis. Satu fakta yang membuat Taeyong kaget, ternyata Jaehyun lebih muda darinya 2 tahun. Dan dia sudah memiliki seorang anak dan sudah menjadi CEO diperusahannya sendiri. Taeyong menyuruhnya memanggilnya dengan hyung begitu juga dengan Jaehyun yang menyuruh Taeyong untuk memanggil namanya saja. Setelah sampai mereka bergegas masuk dan memesan makanan dengan Jeno yang masih mengantuk.
"Jeno terlihat mengantuk sekali." Ujar Taeyong saat melihat Jeno menaruh kepalanyan diatas meja. Mereka sedang menunggu pesanan datang.
Jaehyun mengusap kepala anaknya dengan sayang. "tidur dan cokelat adalah kecintaan Jeno." Mereka berdua terkekeh. Lalu Jaehyun menatap Taeyong, tepat dimata. "ngomong-ngomong hyung, menurutmu bagaimana dengan Jeno?" ia bisa melihat yang lebih tua mengernyit bingung, "maksudmu, bagaimana pandanganmu terhadap Jeno? Apa dia anak yang nakal?"
Taeyong menggeleng, "tidak sama sekali." Ucapan Taeyong terpotong karena makanan mereka telah datang, "dia anak yang aktif walaupun terkadang sifatnya menyebalkan." Ia terkekeh dan menceritakan kejadian saat ia memberi Jeno cokelat.
"yah dia memang keras kepala, sama sepertiku." Jaehyun meringis mengingat sifatnya yang menurun pada Jeno.
"Jeno memang seperti duplikatmu." Ia memperhatikan wajah Jeno dan Jaehyun. Benar-benar mirip, dan yang terpenting mereka berdua sama-sama tampan. "Jeno? Ayo makan dulu katanya sudah lapar?" ucap Taeyong yang mencoba membangunkan Jeno tapi anak itu hanya bergumam tidak jelas.
Jaehyun menghela napas. "biarkan saja hyung, biar nanti aku yang mengurusnya. Kau makan saja tak apa."
Taeyong menurut saja. Lagipula dia lapar karena belum makan dari pagi karena tadi di TK ia tidak sempat makan. Ia makan dengan tenang sambil sesekali memperhatikan interaksi antara ayah dan anak itu. ia bisa melihat bagaimana Jaehyun dengan susah payah membangunkan Jeno yang terus merengek karena masih ingin tidur.
Cukup lama Jaehyun berusaha membangunkan anaknya, dan akhirnya Jeno mau bangun juga. Mungkin anak itu juga sudah kelaparan. Entah sudah berapa lama ia membangunkan Jeno, yang jelas sekarang ia melihat Taeyong sudah menghabiskan makannya.
"apa aku terlalu lama?" tanyanya dan Taeyong menggeleng. Selanjutnya ia menyuruh Jeno makan karena sesungguhnya Jaehyun sudah amat sangat lapar.
Ketika Jaehyun hendak menyuapkan makanannya, Jeno malah menarik tanganya dan berkata dengan nada yang menyebalkan. "suapi aku, Dad."
"tidak, Jenojem. Kau sudah besar, dan lagi kau tidak malu dengan gurumu itu hah?" Jaehyun bicara dengan sedikit kesal karena acara makannya diganggu. Anaknya mendengus, "ayolah Dad! Aku masih mengantuk."
"tidak! Kau biasa makan sendiri kan? Cepat makan atau Dad akan langsung membawamu pulang sekarang juga."
Ketika melihat Jeno hendak menangis, Taeyong berpikir mungkin ia harus turun tangan. Akhirnya ia membawa makanan Jeno ke hadapannya, "biar aku yang suapi Jeno, apa tidak apa-apa?" ia bertanya pada Jaehyun yang sedang menikmati makannya.
Jaehyun menggeleng, "jangan memanjakannya seperti itu, Taeyong hyung. Jeno kalau lagi mengantuk memang sedikit rewel."
"itu tidak memanjakannya, Jae. Mungkin dia memang mengantuk dan lelah karena menangis cukup lama tadi. Jadi biarkan aku menyuapi Jeno, ya?" tanpa sadar Taeyong mengeluarkan aegyo nya dihadapan Jaehyun. Membuat ayah satu anak itu sempat menahan nafas sebentar. Akhirnya ia mengalah dan mengizinkan Taeyong menyuapi anaknya.
Setelah selesai makan mereka mengantar Taeyong pulang. Ternyata rumah Taeyong tidak jauh dari rumah Jaehyun. Kemana saja kau selama ini Jaehyun? Sampai-sampai tidak tau jika ada lelaki manis yang tinggal didekat rumahmu. Batin Jaehyun kesal.
Taeyong turun dari mobil. Diikuti Jaehyun dan Jeno yang sudah sepenuhnya sadar dari mengantuknya. "terimakasih untuk makan siang dan tumpangannya, Jaehyun." Ia tersenyum, lalu beralih ke Jeno, "termikasih juga untuk Jeno, sampai bertemu besok, oke?"
Ketika Jeno hendak menjawab, ayahnya mendahuluinya. "ya, sampai bertemu besok Taeyong hyung! Terimakasih juga karena sudah mau menjaga dan mengurus Jeno." Jaehyun tersenyum sangat lebar dan Jeno mendengus keras melihatnya.
Sepasang ayah dan anak itu akhirnya berjalan memasuki mobil, menyisakan Taeyong yang masih setia berdiri didepan rumahnya. "kami pulang hyung." Ucap Jaehyun sambil mencondongkan kepalanya keluar jendela.
Taeyong melambaikan tangannya, "ya, hati-hati dijalan!"
Jaehyun mengangguk, ia sudah siap melajukan mobilnya sebelum suara Jeno terdengar dengan kerasnya. "Taeyong! Aku rasa Dad menyukaimu!"
Oh crap!
Apa-apaan dengan itu?!
TBC/END?
Haai? Salam kenal semuanya! Tbh, aku bukan author baru disini, sebelumnya aku punya akun di ffn daaaan isinya all about sekai/chanbaek hehehe. Berhubung lagi fokus sama jaeyong, jadilah aku nulis ff ini. Dikarenakan juga ff jaeyong yang semakin menipis:')) jadilah aku iseng2 nulis ini.
Untuk penjelasan karakter, disini Taeyong umurnya 30, yang berarti Jaehyun berumur 28. Untuk jeno, dia umurnya 4tahun. Youngho 35, irene 42. Untuk cast tambahan akan menyusul sesuai jalannya cerita.
Btw gimana? Lanjut? Aku agak kurang pede publish ff ini, tbh. So review yaa! Thanks for read too, Jaeyong shipper!
