Ketika Seorang Sasuke Uchiha SAKIT

Sasuke Uchiha, sakit?

Dan Naruto Uzumaki akan menyembuhkannya, betulkah?

Apa akan terjalin CINTA?

Ahh—biarkan Tuhan, Takdir, dan mereka berdua yang tahu

—zhavhu . ludicrous . zhavhu . ludicrous . zhavhu—


"HATSYYIII!!!" Suara bersin tersebut lumayan kencang, sehingga dirumah besar seperti ini akan menghasilkan gaungan yang cukup dashyat.

Sang pemilik suara dashyat itu, hanya bisa bersandar lemah ke sandaran tempat tidur mewah buatan Itali. Sekarang, ia sedang dialami hal yang sangat menyedihkan—baginya, yaitu mengalami sesuatu yang tidak disukai setiap orang, SAKIT. Yeah—seorang Sasuke Uchiha telah diserang virus yang tidak bertanggung jawab akan perbuatannya.

"Sudahlah. Menyerah saja, baka. Kita pergi ke tempat itu saja. Sakitmu sudah semakin parah." Ujar sang kakak dengan bijak disampingnya. Sasuke hanya bisa melirik sinis kearah kakaknya yang sudah sangat prihatin kepadanya. "Diam saja, baka aniki. Aku tidak akan mau diseret ke tempat memuakkan seperti itu."

Itachi, sang kakak, menghembuskan napas kelelahannya dengan ke-egoisan Sasuke. "Oke. Aku sudah cukup sabar dengan tolakanmu yang mempunyai berbagai macam alasan. Mungkin, aku hanya bisa mengajakmu dengan kata-kata yang lembut, sopan, atau apalah. Tapi sekarang..." Itachi tidak melanjutkan perkataannya, melainkan menepuk tangannya cukup keras.

Tiba-tiba, segerombolan orang dengan pakaian hitam-norak berdatangan ke kamar besar Sasuke. Gerombolan itu sangat banyak hingga memenuhi kamar Sasuke. Jelas, Sasuke bingung akan tindakan kakak semata wayangnya. "Apalagi yang akan kau perbuatan, aniki?"

Ditanya seperti itu, Itachi malah tertawa. Disela-sela tertawanya, ia mengatakan, "Lihat saja. Aku akan menyeretmu ke tempat yang berbau bahan kimia itu. Selamat Menikmati. Hahaha.." Perlahan, Itachi terlihat mundur ketika gerombolan tersebut sudah memulai aksinya. Bisa dikatakan, ia kabur dari ocehan Sasuke.

Gerombolan tersebut seperti sudah tidak sabar ingin menangkap tikus yang sudah ada didepan mata, dan—malangnya—tikus tersebut adalah Sasuke. Karena terlalu banyak orang, Sasuke tidak dapat kabur dari kamarnya yang sudah padat—dan juga ia terlalu lemah.

"ANIKI!!! JANGAN KABUR, BAKA!!!"


RS Konohagakuen

"Tuan Sasuke Uchiha?" Panggil sang suster lewat microfon. Berarti sudah gilirannya ia diperkosa—karena, ia berfikir bahwa semua dokter memang cabul, membuka baju orang dan meraba-raba dadanya. Bagaimana kalau sang dokter berkelamin wanita?

Sasuke beranjak dari tempat duduk yang berada di ruang tunggu. Ia melarang Itachi untuk ikut, bisa-bisa ia diketawai dan dipermalukan. "Good Luck, Otouto!" Seru Itachi dan Sasuke pura-pura tidak mendengarnya. Habis, Itachi berteriak didekat mikrofon sang suster. Memalukan.

Ia berjalan ke arah pintu yang bertuliskan 'Dr. Naruto Uzumaki'. Hmph! Nama yang cukup unik dan membuatnya tergelitik. Namanya saja aneh, bagaimana dengan wajahnya? Sasuke berpikir, bahwa dokter-cabul-Naruto itu berkulit hitam, bergigi sedikit maju dan besar, dan sangatlah gendut, hingga matanya terlihat sipit.

'KRIEK'. Pintu ruangan dokter akhirnya terbuka. Perjalanan dari ruang tunggu ke tempat ini yang sedikit lucu itu akhirnya berhenti.

"Dimana Dokter Naruto?" Tanyanya, karena ia telah mencari didalam ruangan itu tidak ada lelaki yang berkulit hitam, bergigi tonggos, dan gendut, melainkan seorang laki-laki yang terlihat lebih muda darinya, berkulit kuning langsat, berambut pirang agak berantakan, dan badannya kecil—lebih tepat dibilang mungil untuk ukuran Sasuke.

Lelaki tersebut hanya tersenyum manis kearah Sasuke, "Ada tepat dihadapanmu, Tuan Sasuke."

Sasuke terdiam. Terpaku, melihat senyuman manis dari pemilik mata biru itu. "Dokter...Naruto?" Tanyanya gugup. Dia telah luluh dengan lelaki yang ada dihadapannya itu.

Naruto hanya mengangguk dengan pasti. "Silahkan duduk, biar saya periksa keadaan anda."

Sasuke menurut dengan ucapan dokter yang satu ini. Naruto bertanya, "Apa keluhan anda?"

"Engg...Aaa.. Sakit, dok." Jawab Sasuke bodoh. Memang bodoh, karena ia menjawab diluar batas kesadarannya. Ia sedang memandangi wajah dokter manis ini, tidak berpikir yang lainnya.

Dokter mungil ini tertawa, "Saya juga tahu kalau anda merasa sakit. Tapi, sakitnya seperti apa?"

Sasuke bingung, ia harus menjawab apa? Dan, terlintas akal bodoh di otaknya. "Saya sakit perut dibagian kepala, sakit gigi yang nyeri sekali ketika saya buang air, hidung saya akan merah jika saya menendang bola."

Bodoh...

Tolol...

BAKA...

'NGOMONG APA AKU INI??' batin Sasuke sambil menutup mulutnya. Mulutnya memang tidak bersalah, ia hanya menyampaikan perintah dari otak. Berarti salah otak! Ia menutup kepalanya. Tapi, otak tidak bersalah. Otaknya sedang ngawur ketika ia memandangi dokter manis ini. Salah mata!! Yeah! Iapun menutup matanya. Bodoh...

"HAHAHHAAAA..." Sebuah tawa menghentikan tindak Sasuke yang sudah tidak waras itu. Iapun membuka matanya, dan melihat Naruto tertawa terbahak-bahak. Oh—rasanya pasti MALU!

"Maaf, sebenarnya saya hanya sakit dihidung dan dimulut." Sasuke menunduk malu sambil mengutarakan apa keluhan penyakitnya. Menyadari hal tersebut, Naruto berhenti tertawa dan kembali membetulkan posisi duduknya—sehabis tertawa tadi.

"Ehem, baiklah Tuan Sasuke. Silahkan anda berbaring ditempat yang telah kami sediakan." Kata Naruto sambil menuliskan keluhan Sasuke di secarik kertas dan menunjuk ke sebuah matras yang seperti tempat tidur. Sasuke mulai menyadari bahwa ia akan diperiksa oleh dokter ini. "Ma..mau..di..apa..kan?"

Mendengar Sasuke yang gugup, Naruto beranjak dari kursi dokternya dan menghampiri Sasuke, "Kenapa? Anda takut?"

"Tidak, saya tidak takut. Lebih baik, periksa saya sekarang." Balas Sasuke dengan berani—walau terlihat masih gugup.

Naruto tersenyum melihat tingkah laku Sasuke yang seperti anak kecil. "Oke...oke... Kalau itu maumu. Silahkan berbaring."

DEGH! Jantung Sasuke rasanya ingin keluar dari tubuh Sasuke karena sudah tidak kuat memompa aliran darah yang sangat cepat ini. Bisa-bisa, jantungnya dapat menang diperlombaan memompa ban sepeda (z/N : NGACOOO!!!)

Sasuke beranggap, bahwa orang manis ini akan memerkosanya. Yah, kalau dia mau, Sasuke boleh-boleh saja. Tapi, ia belum siap melakukan hal 'itu' dengan Naruto sekarang. 'Mikir apaan, sih?'

Akhirnya, setelah perang batin, Sasuke berbaring ditempat yang tidak empuk itu.

Naruto memakai teleskopnya dengan benar dan berpaling kearah Sasuke. Kemeja panjang Sasuke dibuka, kancingnya dilepas satu persatu. Ditempelkannya ujung teleskop ke dada Sasuke, untuk mengetahui detak jantungnya yang belum sempat lepas. Naruto meraba dadanya untuk membantu sang teleskop mencari letak jantungnya.

Bagaimana dengan Sasuke?

Keringat dingin, jantung lebih deg-deg-an, tidak tahan!

"Aku rasa, kamu mend—" Belum selesai Naruto berbicara, Sasuke langsung menarik tangannya, sehingga ia hilang keseimbangan. Tanpa ba-bi-bu lagi, Sasuke mencium bibir mungil Naruto. Dasar seme.

Awalnya, Sasuke hanya mengecup bibir Naruto, tetapi ketika Naruto membalas ciumannya, ciuman Sasuke berubah menjadi lumatan. Dan—betapa gembiranya Sasuke—Naruto juga melumat bibirnya dengan ganas.

Sasuke akan membalikan badan Naruto dari atas ke bawah tubuhnya, tapi itu terhenti karena Naruto mengatakan, "Kau sedang sakit. Tidak boleh mengeluarkan energi yang sangat banyak, oke? Sekarang pakai bajumu!"

'Itu bukan larangan untuk 'melakukannya', melainkan anjuran untuk kesehatanku. Berarti, dia juga ingin 'bermain-main' denganku! Yippe!! Sayang, ini bukan waktu yang tepat.' Batin Sasuke semena-menanya.

Sasuke memakai kemejanya kembali dengan benar dan duduk kembali dihadapan dokter 'ganas' ini. "Jadi, saya sakit apa?"

"Hanya sakit—""Leukimia? Bronkitis? DBD? TBC? Asam Urat? Penyakit apapun namanya, yang penting Dokter Naruto harus merawat saya dirumah secara intensif sampai saya sembuh! Saya bayar 5x lipat dari biasanya. Datang kerumah saya jam 8 malam hari ini juga. Dokter harus menginap, usahakan bawa baju juga. Baik, Dokter?" Perkataan Naruto dipotong oleh Sasuke—yang berbicara dengan mata berbinar-binar. Sasuke beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar ruangan tersebut.

Sasuke keluar, Suster Sakurapun datang membawa kartu pasien yang selanjutnya. Ia terlihat heran terhadap Naruto yang masih bingung akan pasien yang barusan.

"Ada apa dokter?" Tanya Sakura yang tidak mengerti apapun. Naruto masih terdiam melihat pintu ruangan yang terbuka begitu saja.

"Dokter?" Tanya Sakura sekali lagi . Kali ini, Naruto sadar akan lamunannya. "Ohh..oh.. Maaf, suster."

Sakura hanya menggaruk kepalanya dengan heran, "Memang orang tadi sakit apa, dok? Heboh sekali?"

"Dia hanya sakit flu..."


Kediaman Uchiha, Pukul 20.00

"Ya..ya.. Gantikan tugasku dengan Dokter Kiba Inuzuka. Usahakan anjingnya dalam keadaan steril dan sehat. Apa? Sakura juga pulang lebih awal? Eng.. Gantikan saja dengan Ino Yamanaka. APA?? Kawin? Dia kawin dengan dokter Sai? Malam ini juga? Katakan aku tidak bisa hadir. Haduhh.. Siapa, yah? Oh, ya! Gantikan Sakura Haruno dengan Chouji Akimichi! Jangan sampai keripik kentangnya berantakan di ruangan. Sudah? Baiklah. Malam, Aburame.." (1)

Sasuke yang melihat seseorang sedang sibuk sendiri menelepon didalam mobil, menuju kearah rumah Sasuke. "Hoo.. Rupanya ia sudah datang.."

Setelah memberikan kunci mobil kepada security untuk memarkirkan mobilnya, Naruto berjalan kearah Sasuke yang sudah menunggu di teras rumah. "Maaf, Tuan Sas—" Lagi-lagi, omongan Naruto diputus oleh Sasuke dan Sasuke berkata, "Tidak ada perkataan formal disini, panggil aku cukup Sasuke dan kita berbicara memakai aku-kamu. Mengerti? Aku akan tunjukkan kamarmu."

Naruto hanya mengangguk dengan kesal, "Haduh, kebiasaan anda—eh, kamu—tidak dapat dihilangkan apa?"

Sasuke terlihat bingung dengan perkataan Naruto. Memang dia mempunyai kebiasaan apa? "Apaan?"

"Kebiasaan,.. Memutus perkataan orang lain. Tidak sopan, tahu!" Seru Naruto kesal.

Sasuke mencoba mencerna kata-kata Naruto. Akhirnya, ia tertawa juga. "Huahaha.. Cuma begitu saja!! Dikira apa.."

Merasa terhina, Naruto membalas, "Begitu saja, begitu saja! Tidakkah kau diajari sopan santun, heh?"

"Iyalah, Uchiha getolohh..." Sasuke meledek Naruto sambil tertawa kembali. "Dasar, TEM—" "Hei, Otouto! Kenapa tidak diajak masuk dokter manis ini?" Ujar Itachi menghentikan Naruto yang hendak memukul Sasuke.

Pandangan mata Sasuke, yang awalnya sangat ceria, menjadi dingin dan suram. "Baiklah, ayo Naruto."

'Berubah, ia sangat berubah. Kenapa hanya kepadaku ia bertindak seceria ini?' Tanya Naruto kepada dirinya sendiri. Itu memang benar. Sasuke hanya bisa tertawa lepas jika bersama Naruto saja. Entah kenapa, tatapannya kepada Naruto sangat berbeda dengan tatapannya kepada orang lain, apalagi terhadap kaum wanita.

"Sebenarnya, engkau siapa, Sasuke?"


"Disini kamarmu. Maaf kalau terlalu kecil." Jelas Sasuke kepada Naruto. "Kecil apanya? Kamar ini besar sekali!! 2x Lipat kamar tidur di rumah pribadiku."

Sasuke tersenyum, kemudian ia membantu Naruto membawa barang-barangnya kedalam kamar tamu tersebut.

Beberapa menit kemudian, "Huffhh!! Selesai juga! Setelah ini, aku memeriksa keadaanmu dulu" Ujar Naruto sambil menjinjing peralatan kedokterannya. "Mau periksa dimana?"

Setelah dipikir baik-baik, Sasuke berkata, "Disini saja. Lagipula lebih nyaman."

Naruto mengangguk mengerti, padahal maksud 'nyaman' yang dimengerti Naruto berbeda dengan yang diucapkan oleh Sasuke. Naruto berfikir, kamar ini 'nyaman' digunakan untuk pemeriksaan, sedangkan Sasuke mengartikan, bahwa kamar ini 'nyaman' digunakan sebagai tempat pelampiasan napsunya. Walah-walah..

"Aku buka baju, ya?" Tanya Sasuke, disertai anggukan Naruto. Seringai licik muncul diwajah Sasuke.

Setelah melepas baju yang diikuti dengan seringaian licik tersebut, Sasuke menarik tangan Naruto yang masih mempersiapkan teleskopnya.

"Heh, apa maksudmu, Teme? Dasar kau, Teme-seme!!"

Sasuke menjawab dengan santai, "Usuratonkachi! Diam saja, nikmati apa yang aku lakukan." Langsung saja, Sasuke melumat bibir Naruto yang manis. Semanis buah jeruk yang segar. Hmm...

Naruto shock. Setelah tadi siang, apa ia tidak puas?

Akhirnya, Naruto memilih untuk diam di malam ini. Biarkan dia menjadi uke. Mengikuti apa yang dilakukan sang seme. Seme bertindak, uke mendesah.

Sasuke melepaskan lumatannya untuk bernapas. Ditatapnya mata biru yang menindihnya, ia melanjutkan lumatannya lagi. Lumat dan lumat. Narutopun ikut melumat didalam mulut Sasuke.

Merasa tidak 'nyaman', Sasuke membalikkan tubuh Naruto agar ia bisa leluasa menjelajahi tubuh Naruto. Sambil terus melumat, Sasuke membuka jas dokter Naruto, melepas kemeja pendeknya, dan melepas stetoskop yang menggantung diatas lehernya.

"Aku ingin kamu..." Bisik Sasuke—agak menggoda. Naruto tersenyum. "Boleh saja, kalau kau bisa.."

Dibalas seperti itu, Sasuke langsung bersemangat. Mulutnya turun ke bawah, dan berpangkal dileher. Ia menciumi, menjilati, dan menghisapi leher Naruto dengan penuh napsu. "Aaah~! Sasuke..."

Turun ke bawah kembali dan diam diputing susu Naruto. Tindakannya sama seperti yang dilakukan di leher. Menjilat, mencium, menghisap, dan menggitnya, sehingga membekas menjadi merah. "Kau enak.."

"Sasuke, bisa berhenti sebentar?" Tanya Naruto sedikit mengadah ke bawah. Ia duduk, sehingga Sasuke mengikutinya. Sasuke agak kecewa, karena Naruto menghentikannya. "Kenapa?"

Merasa tidak enak, Naruto langsung mencium bibir Sasuke—sekali lagi. "Bukan waktunya. Aku sedang tidak ingin sekarang. Lebih baik, engkau istirahat."

Sasuke mengerti maksud Naruto. Ini juga demi dirinya sendiri, khan? "Baiklah, tapi aku tidur disini. Bersamamu..."

Naruto tersenyum hangat. Menandakan bahwa ia telah setuju. "Baiklah."


chap. 1 END, next for chap. 2


z/N : (1) Sembah sujud ke ecchan-senpai. minta percakapan yang ini, donkk.. Boleh?

Wehew, zhawha udah gak HIATUS lagee.. Kalo hiatus, rasanya, tuuh..kayak author gak berguna getooh, hehe.. (gak jelas)

Sebenarnya saya udah gatel pengen buat LEMON, makanya ficnya diketik cepet banget, napsu sendiri. Eh, lupa ngikutin alur cerita. Jiah! Makanya, serasa alurnya cepet skalee..

Penyakit Sasuke sama loh, kayak saya. Saya lagi flu, makanya terinspirasi dari cairan kentel ijo-ijo ini. (pamer ingus-hii!)

HAPPY NEW YEAR FOR MY SENPAI AND SENSEI!! READER JUGAAAA!!! (udah lewat)

—zhavhu . ludicrous . zhavhu . ludicrous . zhavhu—