Author: Shfllyy3424
Title: { CHaptered} [Remake] Twilight (HunHan) Part 1
Genre: Yaoi. Romantic, Drama, SchoolLife, OOC(Out Of Character, beda banget sama aslinya!)
Rating: Teen, PG-13
Cast:
Xi Lu Han(Exo M Luhan)
Oh Sehun (Exo K Sehun)
Other cast:
Kim Joonmyeon (Suho) – Zhang Yi Xing (Lay) = Dr. Kim & Wife
Kim Jongin (Kai) – Do Kyungsoo (D.O) = Dr. Kim & Wife's stepchildren (A Couple)
Kris Wu (Kris) – Huang Zi Tao (Tao) = Dr. Kim & Wife's stepchildren (A Couple)
EXO's Other Member
SM's Member
Cari sendiri
Ps: Yeah, my first remake FF. Listen well, this is a remake! Not a plagiarism, original story is belong to the Stephanie Mayer as the writer of Twilight Saga. But, all plot here is mine. Half story is same with the original text, but half others are different. I write it with my own idea, and i'll change it. :) gimme support guys~ (nb: i remake the movie)
Desclaimer: All cast belong to their self and god. PLOT IS MINE ATHIYA064! Kesamaan tempat dan nama hanya sebuah rekayasa ataupun kebetulan!
Contact me on:
fb: athiya almas
wp: .com
Cerita ini hanya untuk yang menyukainya. Kalo gak suka jangan dibaca ya, DON'T BE A PLAGIATOR! TIDAK TERIMA BASH… this is just my imagination. RCL please^^
Happy reading
Aku tidak pernah memikirkan bagaimana cara aku meninggal, tapi meninggal di tempat seseorang yang aku cintai kelihatannya adalah salah satu cara terbaik untuk meninggal.
. . .
Aku tidak pernah menyesali keputusanku untuk meninggalkan kota kelahiranku dan tempat aku tinggal selama 19 tahun ini, Daegu. Aku akan merindukan Daegu, aku akan merindukan suhunya di musim panas yang kerap kali mencapai empat puluh derajat celcius, aku akan merindukan semuanya, betapa padatnya Daegu sebagai kota metropolitan kedua setelah Seoul, aku akan merindukan makam ibu yang telah kokoh selama 2tahun ini.
Ya, ibuku memang telah jauh pergi meninggalkanku. Membuatku harus hidup sendiri sebagai anak tunggal bersama ayah yang juga sangat sibuk. Kami adalah orang China, namun semenjak aku kecil –aku lupa berapa umurku saat itu- kami sekeluarga pindah ke Daegu, lalu kami harus pindah lagi sekarang. Pekerjaan ayah memang sedikit merepotkan selalu berpindah-pindah, membuat aku tidak bisa memiliki banyak teman dekat, membuatku harus belajar bahasa baru. Well, dulu aku membenci Korea, sangat benci. Tak terhitung berapa kali aku membandingkan Daegu dengan Beijing, namun sekarang.. kurasa aku mulai belajar mencintai negeri ginseng ini, lebih bersahabat denganku.
.
..
Aku berdiam menatap jendela pesawat, perjalanan ini membosankan. Sama seperti kehidupanku dua tahun ini, tanpa ibu rasanya seluruh perasaan hangat ikut lenyap bersama kepergiannya.
Di Korea Selatan, jarang daerah memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Apalagi Daegu, sungguh sangat berbeda. Tapi kemudian ayah mengatakan kalau kami harus tinggal di tempat dengan awan pekat dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Pulau Jeju, adalah destinasi tempat tinggalku sekarang. Pulau kecil yang jarang dikunjungi orang kecuali wisatawan asing untuk berlibur, daerah kecil dengan populasi yang sedikit pula.
Mobil kami membelah jalanan sepi yang hujan, mendung pekat menutupi sinar matahari yang bagai selalu menemaniku sepanjang hari dulu. Orang-orang berlalu-lalang dengan menggunakan payung, pemandangan yang sulit kudapatkan. Aku hanya diam di dalam mobil yang ayah kemudikan.
Ayahku bernama Tan Hankyung, ia seorang kepala polisi. Perawakan yang tinggi dengan sikap yang sedikit kaku. "Kau mengecat rambutmu?" aku menoleh, setelah sekian lama kami tidak berbicara. "Hmm, begitulah. Aku pikir, cokelat emas lebih cocok untuk wajahku daripada hitam." Jawabku sekenanya. "Oh, aku rasa cocok. Kau terlihat manis." Jawab ayahku singkat. "Dad, aku lelaki." Kesalku, namun sayangnya ayahku tidak menanggapinya karena lampu lalu lintas berubah hijau.
Aku melihat jalan, menunggu kapan mobil ini akan berhenti. Dan ternyata setelah melewati dua tikungan mobil ini berhenti di depan sebuah rumah yang.. tidak bisa kubilang mewah, tapi juga tidak kecil. Sebuah rumah bercat putih dengan dua lantai, kurasa aku akan menyukainya juga. Aku membuka pintu mobil setelah ayah mematikan mesinnya. Ayah mengeluarkan koper-koper kami, barang-barang lain sudah lebih dulu di packing. Tidak banyak, ayah lebih memilih membeli yang baru dan menjual yang lama karena kami pindah cukup jauh dari kota kami yang lama.
"Aku sudah membersihkan beberapa ruangannya." Kata ayah ketika aku memasuki pintu. "Oh, bagus." Ayah mengisyaratkanku untuk memasuki sebuah kamar, dindingnya bercat biru muda. "Aku tidak tahu bagaimana style yang kau inginkan, namun karena kita sama-sama lelaki kurasa ayah hanya bisa membantu sampai sini. Maaf kalau tidak sesuai perkiraanmu." Ayah buka suara lagi, aku hanya mengangguk. "Tidak, ini lumayan terima kasih." Ayah hanya mengiyakan dan kemudian keluar dari kamar baruku, bermaksud memberiku privasi mungkin.
Aku duduk memandang pintu yang masih terbuka, meletakkan barangku sembarangan. Satu hal yang baik mengenai ayah adalah; dia tak berbasa-basi. Meski aku merindukan ibu karena kehangatannya, tapi sifatku lebih mirip ayah. Kami sama-sama cuek, mudah canggung, dan tidak saling perduli. Tidak ada ibu yang menjembatani kedekatan kami lagi, tapi.. kurasa aku harus belajar untuk lebih hangat lagi.
. . .
Tiin-tiin!
Kudengar suara klakson berasal dari bawah, aku melongok melalui jendela. Seseorang duduk di kursi roda, diikuti seseorang berperawakan tegap di belakangnya. Dua orang itu dengan ayah sedang asyik bercakap-cakap. Aku memutuskan untuk turun menemui mereka. Aku berdiri tepat di samping sebuah Chevy merah yang kelihatannya sangat kuno.
"Luhan, kau masih ingat dengan Choi Seunghyun?" tanya ayah, aku mengangguk sekilas. Kurasa dulu kami pernah bertemu, Choi Seunghyun adalah salah satu teman ayah di Daegu dulu. "Kau terlihat baik ahjussi." Sapaku, "Haha.. aku bahkan masih bisa menari. Aku senang akhirnya kau benar-benar datang kemari, ayahmu tidak pernah berhenti bercerita kalau kau akan datang dan ikut dia menetap di sini." Canda Seunghyun.
"Baiklah terus membesar-besarkan itu Seunghyun, aku akan menceburkanmu ke lumpur dan menyiksamu." Seunghyun tertawa, "Lakukan saja kalau kau bisa!" Seunghyun beralih mengejar ayah, mereka benar-benar terlihat masih kecil. Kemudian aku menatap orang di depanku, tingginya benar-benar jauh berbeda denganku.
"Hai, ehm aku Minho." Sapanya, aku mengangguk. "Aku Luhan." Jawabku, kami bersalaman. "Apa kau mengenal persahabatan mereka lebih baik? Apa mereka selalu kekanakan seperti itu?" tanyaku penasaran. Minho terkekeh kecil, "Akan semakin parah jika mereka bertambah tua." Kami tertawa bersama. "So, how's your opinion Hannie?" ayah menepuk bagian belakang pick up tua itu.
"Tentang?" tanyaku. "Ini, pemberian dari Seunghyun." Jawab ayah menunjuk Chevy itu. "I-Ini?" tanyaku lagi. "Hmm, Seunghyun membawakannya untukmu." Jawab ayah menyakinkanku. "Dan, aku memperbaiki mesinnya. Sudah lebih baik, lebih layak pakai." Canda Minho. "Oh my god!" pekikku senang. "Ini luar biasa!" aku membuka pintu Chevy itu, ayah baik sekali.
"Kalian pasti bercanda memberiku ini.." Bruk! Pintu itu mengenai tubuh Minho yang langsung meringis. "U-ups mianhae." Aku menaiki mobil itu. "Sudah kubilang kan dia bakal menyukainya. Aku menyerah dengan selera anak-anak jaman sekarang." Kudengar suara Seunghyun.
"Oke, kau harus mengkoplingnya dua kali, jika mau ganti perseneling. Selain itu, kau harus sigap." Jelas Minho. "Seperti ini?" tanyaku, Minho mengangguk. "Apa kau mau kuantar ke suatu tempat?" tawarku. "Hmm tidak, sepertinya kau yang harus kuantar. Kau mau pergi ke mana? Sekolahmu atau tempat lain? Aku sekolah di penampungan."
"Oh.." jawabku, sedikit menyesal telah bertanya.
. . .
Aku membelokkan mobil ini ke dalam lingkungan sekolah, hari pertama di kampus baru. Bulan Maret, pertengahan awal semester. Ketika aku keluar dari mobil banyak mata yang memandangku –atau mobilku- kurasa mereka heran, bagaimana bisa mobil Chevy keluaran tahun 1950 yang cukup rongsok masih dipertahankan hingga saat ini? "Mobil yang bagus." Sindir seseorang, Aku tidak perduli, aku memakai ranselku dan berjalan menuju gerbang.
Aku membuka peta menuju kelasku, jurusan yang kuambil. "Kau pasti Xi Luhan? Oh atau Tan Luhan? Yang mana sajalah. Hai aku Chen, 'mata dan telinga' kampus ini. "Kau butuh apa? Pemandu? Pasangan kencan? Tempat curhat?" ia membuka mulut. Aku hanya diam dan menimbang-nimbang, "Maaf, tapi aku tipe orang yang tertutup." Kataku pada akhirnya. "Itu bagus, aku bisa menjadikanmu artikel di majalah kampus." Ia membayangkan lagi. "Jangan! Eh, maksudku jangan lakukan itu." Tolakku.
"Oh relax, i'm just kidding okay? Nikmati harimu di sini." Setelah berkata begitu ia pergi. Syukurlah..
.
..
"Okay! Pass!" teriakan-teriakan mulai terdengar. "Luhan!" seseorang memanggilku, dengan reflek aku mengayunkan tangan. "WOO!" suara berat membuatku kaget seketika. Saat ini kami dibagi menjadi tim voli, dan aku tidak mahir dalam berbagai olahraga. Dan sepertinya baru saja smash dariku melenceng mengenai seseorang. Aku buru-buru berlari mendatangi orang yang 'kulukai' itu.
"Maafkan aku, aku tadi melamun. Lagipula aku sudah bilang aku tidak jago olahraga selain futsal atau sepak bola." Ucapku menyesal. "Hei, hei, hei.. t-tidak apa-apa." Orang itu berkata, aku langsung merasa lega. Dan lagi-lagi sepertinya aku salah satu dari orang terpendek di dunia. Orang di hadapanku sangat tinggi, rambutnya berantakan dan ikal. "Kau.. Xi Lu Han kan?" well, kenapa semua orang mengenaliku? "Lu Han saja, Xi adalah sebutan di China." Jawabku.
"Kau imut." Aku mengerjap bingung, "Terima kasih pujiannya, tapi bisa gunakan kata lain? Aku lelaki, rasanya aneh untuk mendengarnya." Orang itu menggaruk belakang kepalanya. "Oh, tapi jujur kau imut. Lebih imut dari gadis-gadis." 'Terima kasih, aku sudah mendengarnya beberapa kali.' Tambahku dalam hati. "Aku Chanyeol, Park Chanyeol. Senang berkenalan denganmu." Ia mengulurkan tangan, aku menjabat tangannya.
"Rambut lelaki ini bagus kan? Rambut keritingnya bisa menahan seranganmu haha. Aku Byun Baekhyun by the way, dan.. bukannya kau berasal dari Daegu?" aku mengangguk. Lelaki ini lebih mungil dariku, syukurlah. "Bukannya orang Daegu berkulit agak.. gelap? Aku tahu bagaimana keadaan di sana." Dia bertanya atau memberi pernyataan?
"Yeah, maybe itu adalah salah satu alasan mengapa mereka mengusirku dari Daegu." Aku bercanda. "Hahaha, kau lucu juga." Tawa Chanyeol, dua orang ini sepertinya kelebihan kadar semangat.
.
..
Aku menuju kantin, orang-orang sudah membicarakan banyak hal. Aku menarik kursi di samping Chen, lelaki yang kutemui –atau dia yang menemuiku- tadi pagi. Tiba-tiba Chanyeol langsung menarik kursi di sampingku. "Hey, Yeollie! Kau bertemu dengan incaranku ya tadi pagi? Candanya, dan seenaknya saja lelaki bernama Chen itu meletakkan lengannya di pundakku. "I-Incaranmu?" tanya Chanyeol, aku tidak ambil pusing soal perdebatan mereka.
"Incaranku!" seseorang langsung mencubit pipiku dan menarik kursi Chanyeol hingga terjatuh. Kemudian meja yang kami isi berempat ; aku, Baekhyun, Chanyeol, Chen Tertawa bersamaan. "Jangan memikirkannya Hannie, kau hanya imut. Sangat imut untuk ukuran lelaki, aku lelaki tapi aku mengakui keimutanmu haha." Baekhyun menghiburku.
"Say cheese!" seseorang mendekatiku dengan kamera DSLR miliknya, yang langsung mengarahkan blitz ke arahku. "Maaf, aku hanya suka mengambil foto candid seseorang. Kedengarannya bagus untuk jadi buku tahunan haha." Canda lelaki itu. "Berhenti membicarakan hal yang masih lama untuk terjadi Xiuminnie." Tegur Chen. Lalu Chen meninggalkan kami bertiga saja.
"Tidak papa, aku hanya kaget. Jangan dipikirkan X-Xiumin." Ucapku. "Lebih baik aku membahas hal lain di majalah kampus, seperti kasus obat-obatan terlarang pada remaja.." kata-kata Xiumin menggantung. "Atau bagaimana pola makan seseorang mempengaruhi sifat orang, bagaimana caranya bermain rubik kurang dari satu menit.. eh." Aku menutup mulutku sendiri. Xiumin tertawa, "Tidak apa-apa. Itu ide yang cukup menarik kok." Jawab Xiumin. "Oh! Tentang fashion blogger!" Baekhyun menjerit.
Aku menatap ke jendela kantin, tiba-tiba ada beberapa orang masuk ke kantin secara bersamaan. Aku terpaku menatap mereka, mereka berbeda. Berbeda dalam artian, fisik mereka sempurna. Sulit untuk mengalihkan pandangan dari orang-orang serupawan mereka, cara berjalan yang sangat tertata. Seperti sekelompok model yang mengunjungi anak kuliahan. "Siapa mereka?" tanyaku tanpa bisa kucegah. Xiumin dan Baekhyun menoleh bersamaan, menatap lima orang lelaki yang berjalan beriringan tersebut.
"Keluarga Kim, anak angkat dari Dr. Kim dan istrinya Zhang Yi Xing. Anak-anak pindahan dari Mokpo beberapa tahun yang lalu." Terang Baekhyun. "Mereka tak pernah terpisah dan tak pernah terlihat bertengkar, selalu akur." Tambah Xiumin. "Ya, bersama, bersama, bersama. Bahkan selalu bersama sampai mencapai arti yang tidak wajar." Penjelasan akhir Baekhyun membuatku bingung.
"Maksudnya?" tanyaku. "Aku tahu istri dari tuan Kim tidak dapat memiliki anak, ya tentu saja tidak bisa. Mereka kan sejenis, err maksudku hubungan seperti itu memang sudah wajar sekarang. Tapi, anak-anak angkat mereka bahkan ikut seperti itu juga. Sejenis dan incest, sulit dipercaya. Mereka tertutup tapi berotak cemerlang, selalu menempati peringkat paling atas." Baekhyun menjelaskan secara rinci. "J-jadi, mereka gay?" lirihku. Berharap tidak ada yang akan mendengar suaraku.
"Begitulah, biasa saja. Di Jeju sudah wajar hubungan seperti itu, bahkan kurasa aku dan Baekhyun salah satunya." Aku membelalakkan mata. "Jadi wajar mereka memperebutkanmu Luhan." Tambah Xiumin lagi. Kelima orang itu melewati kami, "Yang rambutnya bergelombang hitam adalah Huang Zi Tao, dan di sampingnya yang pirang dan tampan itu adalah Kris, mereka seperti kekasih. Sedikit aneh, meski tidak sedarah." Jelas baekhyun.
"Gadis yang mungil itu, Do Kyungsoo. Dia sedikit well, aneh. Entahlah, seperti memiliki dunia sendiri. Dan dia 'dengan' Kim Jongin, yang berkulit gelap namun terlihat sangat diam seperti orang sakit itu." Jelas Baekhyun lagi, kurasa ia tahu banyak hal. "Mungkin suatu saat Dr. Kim akan mengadopsiku juga." Xiumin mengkhayal, Baekhyun tertawa kecil.
"Siapa dia?" aku melihat seorang lelaki kecil yang masuk paling akhir. Bertubuh kurus, berkulit putih dengan rambut cokelat. Oh, satu hal yang dapat kutangkap dari mereka. Mereka berkulit pucat –termasuk Jongin yang sedikit gelap- dan terlihat lelah seperti tidak tidur berhari-hari. "Dia, Oh Sehun. Sangat tampan, itu sudah pasti meski aku lebih tertarik dengan Kris. Paling muda dari mereka semua, tidak mengencani satu gadis atau pria manapun. Dan jangan mencoba untuk mengencaninya, ia tidak pernah memiliki ketertarikan soal hubungan cinta di sekolah sepertinya. Lagipula seperti aku perduli padanya saja." Kata Baekhyun. Aku menatap Sehun sampai ia mendudukkan diri di samping saudara-saudaranya. "Well, jangan memandangnya terus. Jangan membuang waktumu, meski kau tertarik padanya. Mereka tidak pernah tertarik dengan orang lain."
Aku buru-buru mengalihkan pandangan mendengar suara Baekhyun, tapi tak dapat kupungkiri ada sesuatu yang membuatku untuk selalu memandang mereka. –memandang Oh Sehun tepatnya- entahlah, mungkin aku tertarik saja.
TBC!
Yap, remake pertama saya yang selesai pukul 23:32 malam hahahah. Bagaimana part 1 ini? Delete or lanjut? Serius kemarin baru liat Twilight lagi, eh ngebayangin coba castnya anak EXO-_-v maunya KaiSoo, eh TMIS belum selesai wkwk. SuLay Boss! Juga belum selesai, yaudah kepikirannya HunHan :3 abis Sehun wajah datarnya ngepas jadi vampir._.
Meski saya selalu bilang kalau Kris mirip Robert, tapi.. yasudahlah. Belum ngefeel ke TaoRis kkkk~ nanti banyak yg saya rubah._. jadi bingung ini remake atau bukan /eh.
Yap benar, Sehun adalah Edward. Luhan adalah Bella, KaiSoo adalah Alice-Jasper, TaoRis adalah Emmet-Rosalie. Minho adalah Jacob, cast lain menyusul :) Oh iya yang nanya ff saya, ini jawabannya: TMIS nya Kai Soo udh mau tamat, kalau Boss! Masih nunggu ide dulu._.v Akhir kata saja Riview jusseyo :)) i love you ^^
