o0o
Bersama cinta dan segala hal yang mungkin terjadi, kuputuskan untuk menulis salinan hidupku pada lembar perkamen ini. Walau sayangnya, kisah dan perjalananku menapak waktu tidak bisa dibilang sebagai kenangan yang indah. Tapi tak apa, toh ini sudah merupakan bukti, bahwa hari ini, aku berhasil menyanggupi tantangan si pirang keparat itu.
Namaku Rosaline Jeanine Weasley, remaja empat belas tahun.
o0o
Time Capsule
GinevraPutri
.
Harry Potter © J.K. Rowling
o0o
SATU
Me, Myself, and I
Aku telah bernapas di muka bumi ini selama sepertujuh abad.
Terlahir dari pasangan harmonis pun bahagia, Mum dan Dad. Mum adalah wanita yang luar biasa cerdas dan perfeksionis. She knows everything— dan tidak ada kalimat yang lebih pas lagi untuk mendefinisikannya. Ambisi nomor satunya klise, setidaknya menurutku, hal-hal seperti: menjadikan anak-anaknya pelajar terbaik di dunia. Mum adalah ibu rumah tangga yang ideal, walau sehari-seharinya beliau bekerja di Kementerian Sihir, tepatnya sebagai anggota Dewan Komite Perlindungan Makhluk Gaib. Kesibukan menuntutnya, tapi aku tidak akan bilang ia figur ibu yang sempurna kalau Mum tidak benar-benar begitu.
Sisi koin yang lain, Dad. Pria pemberani dengan rambut merah menyala, tidak terlalu pintar, namun berhasil melengkapi kekurangan dari keluarga ini. Belajar itu menyenangkan, tapi akan membosankan kalau tak ada seseorang yang menjanjikan liburan musim panas di tempat-tempat wisata sebagai balasannya. Dad adalah hiburan tersendiri, satu-satunya pemalas yang Mum biarkan tinggal serumah dengannya. Sebagai Keeper Tim Quidditch Nasional Inggris yang kalang kabut ke sana ke mari untuk pertandingan, Dad tidak pernah melewatkan sesuatu yang penting, seperti mengantar kami tidur dan mengucapkan selamat malam. Ketika ia pulang terlambat, dan Mum tidak membiarkan seorang pun menentang jam malamnya, Dad masih akan datang berkunjung, per kamar, mengecup kening dan meminta maaf. Aku tahu karena aku sering berpura-pura tidur— oh, siapa bilang menentang Mum diam-diam itu dilarang?
Dad banyak menurunkan jati dirinya pada adikku, Hugo— yang semakin hari menjadi semakin menyebalkan saja. Mungkin ia bisa jadi adik yang manis, tapi aku tidak akan pernah memertimbangkan kemungkinan itu. Perseteruan kakak adik tidak bis dihindari di rumah, tapi sepertinya justru itulah yang membuatku tak bisa tidur tanpa mengecek kamar Hugo lebih dulu. Untuk memastikan dia aman, dan tentu saja untuk memastikan diriku sendiri aman dari jebakan konyolnya. Tak jarang pula ia berkomplot dengan Dad untuk mengacaukan suasana rumah, yang omong-omong berada di kawasan Muggle, tepatnya di rumah lama Mum. Namun jika liburan musim panas tiba, kami terbiasa menghabiskan waktu di The Burrow, rumah ajaib mirip menara condong yang menjadi tempat berkumpul keluarga besar Weasley dan Potter.
Oh ya, penyelamat dunia sihir yang terkenal itu—Harry James Potter—adalah pamanku. Menikah dengan Aunty Ginny, kemudian dikaruniai dua putra serta satu putri. Si sulung, James, pemuda slengekan plus jail yang luar biasa tampan. Terkadang hampir mustahil untuk tidak merasa jengkel sendiri memerhatikan tatapan setiap gadis di seantero Hogwarts selalu tertuju padanya. Sementara yang sudah mengenalnya bertahun-tahun seperti aku, nyaris selalu bersinggungan setiap hari, justru kewalahan dengan perbuatannya yang aneh-aneh itu dan ingin menghindar. Kendati sok bintang begitu, James memiliki sisi protektif— lebih tepatnya overprotektif, pada sepupu dan adik-adiknya. Itu berarti, termasuk aku.
Adik James, Albus, seumuran denganku. Kami baru saja akan memulai tahun keempat di Hogwarts, kastil megah yang notabene sekolah sihir itu. Albus mewarisi ketampanan kakaknya, tapi mungkin karena sikapnya yang agak pendiam itu, gadis-gadis masih belum mau mengalihkan pandangan mereka dari James. Albus seorang kutu buku, introvert, dengan perhatian tak kasat matanya. Walau tidak kentara, Albus sebenarnya tegas, dan bijak, dan pemberani— oh, singkatnya, he has the hero-thing. Bukan tipikal James yang hobi cari perhatian itu.
Berikutnya, putri bungsu keluarga Potter, Lily. Lily bisa dibilang sosok mungil yang sangat menarik. Anggun dan cerdik— pembawaannya yang dewasa. Lily sudah memasuki tahun keduanya di Hogwarts. Sementara itu, aku dan Albus ada di kelas empat, dan James di kelas enam. Hugo baru saja akan memasuki tahun pertamanya.
Hogwarts, sekolah kami, adalah salah satu sekolah sihir terbesar di Eropa. Murid-murid yang menghuni kastil tua ini dibagi ke dalam empat asrama. Pertama, Gryffindor, asrama seluruh keluarga besarku, tempat mereka yang berhati berani. Kedua, Ravenclaw, tempat mereka yang berinteligensi tinggi. Dulu sekali, Mum nyaris saja diseleksi ke asrama satu ini, tapi ternyata jiwa pemberani Mum jauh lebih dominan. Ketiga, Hufflepuff, tempat bagi mereka yang adil dan baik hati. Lalu yang terakhir, Slytherin, tempat bagi mereka yang— err.. cenderung licik, pengecut, tidak tahu aturan, bersikap semena-mena, arogan, sok tahu—
Oke, cukup. Membahas Slytherin benar-benar membuatku muak. Tidak heran, Gryffindor dan asrama berlambang ular ini punya dendam kesumat sejak zaman batu. Mungkin aku salah satu yang mewarisi dendam tersebut pada manusia-manusia picik berdasi hijau itu. Apalagi makhluk keparat yang satu itu.
Makhluk sialan yang membuatku berevolusi menjadi bahan lelucon murid lain, gadis pendendam, dan target pelampiasan kejengkelan masyarakat Slytherin. Jika diperbolehkan memilih, terlepas dari Mum yang bakal mengamuk, membunuhnya dan dikeluarkan dari sekolah setidaknya akan mengakhiri sesi musuh-musuhan ini.
Namanya Scorpius Lucius Malfoy, remaja empat belas tahun.
Pewaris tunggal klan Malfoy, bangsawan di dunia sihir, sangat disegani, berkuasa, luar biasa memikat, keturunan reptil berbisa Salazar Slytherin, pemuda kurang ajar, tidak tahu sopan-santun, tidak mengenal peraturan, kriminal Hogwarts, mesum— ehm.
Kembali ke topik. Pada dasarnya, Malfoy sudah mengangguku semenjak jempol kakiku menapak Hogwarts Express yang akan berangkat di tahun pertamaku. Tatapannya yang dingin seakan ia bukan manusia, melainkan monster menyeramkan yang siap menerkamku itu membuatku merinding dan memutuskan untuk menjauhinya. Tapi semuanya sia-sia saja. Dia repot-repot menjadikanku sasaran tindak kriminalnya. Jangan tanya soal apa yang ia lakukan padaku. Dia benar-benar menyengsarakan hidupku— yang sudah cukup sengsara karena tugas-tugas membosankan dari Proffesor Binns, dengan tingkah kurang ajarnya itu. Well, dia pernah memantraiku, meracuni jus labuku, membakar essay ramuanku, bahkan menceburkanku ke danau Hogwarts! Merlin, aku nyaris menjadi santapan cumi-cumi raksasa yang gosipnya memiliki tentakel berlendir kodok itu!
—dan seakan melihatku basah kuyup nyaris membeku dan terkapar panik mirip ikan badut di tepi danau itu belum cukup memuaskan hatinya, ia masih saja mengacaukan hidupku yang sudah kelewat kacau balau ini. Mm-hm, dialah penyebab rusaknya hubunganku dengan Alexander Krum tahun lalu. Seeker tim Quidditch Ravenclaw itu memutuskanku perihal bualan busuk Malfoy. Bisa-bisanya dia mengaku bahwa aku menghabiskan hampir setiap malamku di kamarnya! Maksudku— Merlin, itu kan sama saja dengan menempelkan spanduk di dahiku dengan huruf kapital besar-besar yang berbunyi, "ROSALINE WEASLEY GADIS JALANG".
Keparat. Tentu saja Alex memutuskanku segera setelah ajang dustanya. Yah, aku tak heran mengapa Alex bisa mempercayainya. Bukan Malfoy namanya, kalau kata-kata manis tidak bertengger di bibirnya yang pucat semu itu. Ya ampun, semua orang juga pasti akan terbuai dengan bisikan iblis semacam Malfoy!
Aku sungguh-sungguh tak habis pikir. Apa salahku sehingga dia memilihku? Memilihku dari sekian banyak anak lugu yang bisa diganggu? Kenapa harus aku? Aku memang bisa dibilang menarik, aku tahu itu. William Goldstein dari Ravenclaw dan Kevin Scamander dari Hufflepuff baru saja menyatakan cinta padaku musim semi lalu. Walaupun sudah pasti, jika hal itu menyangkut Malfoy sang casanova, tentunya bukan rasa ketertarikan alasannya.
Well, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain bertahan dari sayatan-sayatan lidah ular penipu itu. Toh sudah tiga tahun terlewati, dan nyatanya aku masih mampu menulis ocehan tak bermakna ini, guna menyanggupi tantangannya, masih ia, yang tidak masuk akal.
Ia yang semakin hari semakin mengurangi celah pernapasanku, ia yang semakin hari semakin berani menjejeriku dan mencampuri masalah pribadiku. Ingin rasanya mengutuknya agar ia segera enyah dari pandangan.
Aku sudah pernah mencobanya. Tapi sayangnya, oke, kuakui— aku gagal. Cowok itu tidak terkalahkan fisiknya. Aku tahu kemampuan hafalan mantraku jauh lebih baik darinya, tapi apa gunanya hafalan di saat dia merampas tongkat sihirku dan mengurungku ke dinding dengan lengan atletisnya itu?
Aku tahu apa yang kau pikirkan— tapi tidak, ia tidak berhasil melanjutkan perbuatan mesumnya yang keterlaluan itu. James, kakak sepupuku— ya ampun, dia benar-benar malaikat pelindungku —keburu memergoki Malfoy dan mengancam akan melaporkannya. Seperti Malfoy bisa diancam saja, dasar James bodoh— dan bisa kau bayangkan apa yang terjadi? Malfoy bedebah itu mengecup pipiku lalu kabur belingsatan begitu saja.
Yang paling parah— bahkan Alex saja belum pernah mencium pipiku waktu itu!
Well, semenjak itu aku menjadi makin tidak menyukainya. Oh, kau tahu aku sudah sangat membencinya, jadi kurasa tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku padanya. Cowok usil mesum tak tahu diri!
Scorpius Lucius Malfoy. Ugh, mengulang namanya saja sudah membuatku muak. Aku tahu semua gadis memujanya, jatuh cinta padanya, menyembah-nyembah demi seringaiannya yang menggoda. Tapi tidak denganku.
Namaku Rosaline Jeanine Weasley, dan aku kelewat membenci pemuda itu.
o0o
To Be Continue
o0o
[about Time Capsule] Halo. Ada rombak ulang cerita. See you soon.
[about me] Setelah menghilang beberapa dekade (saking lamanya), saya balik dan nggak bisa janji apa-apa juga— iya, nyebelin abis, tapi setelah saya ngutak-atik dari awal, saya kira ada harapan untuk melanjutkannya hiks. Saya nggak mau minta maaf dulu bukan karena nggak merasa bersalah, tapi karena takut nggak balik again :3 Entah gimana ngomongnya, tapi saya harap masih ada yang mau mengecek cerita berdebu ini— atau bagi kalian yang baru mampir, saya ucapkan selamat datang di dunia Time Capsule!
Jangan segan-segan menitip review! :)
-GP
