Shingeki no Kyojin milik Hajime Isayama. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari ficlet ini. Dan gambar cover pun bukan milik saya.

Right Hand milik Eka Kuchiki

Catatan: Ficlet (only 372 words), Shonen-ai, OOC, Canon (tepatnya di manga, chapter 51), saya nggak tau ficlet ini fluff berbau keju atau beneran keju batangan(?), Eruri (Erwin/Levi), dsb.


Erwin Smith membuka matanya perlahan, menyesuaikan akomodasi cahaya yang memasuki retinanya. Ia bangun perlahan dan mengedip sekali sebelum satu suara bas mengusiknya.

"Sudah sadar, Erwin?"

Erwin menoleh ke kanan. Levi—si pemilik suara tadi—memberikan pandangan datarnya sekilas, lalu membuang muka ke arah lain. Hening menyapa mereka sampai Komandan Scouting Legion itu balas melempar pertanyaan.

"Berapa lama aku pingsan?"

"Tiga hari. Aku sampai mengira kau sudah mati."

Terkadang Erwin merasa beruntung punya bawahan seperti Levi. Sarkasme Kapten Scouting Legion itu selalu berhasil mengguratkan senyum di wajahnya.

Beberapa detik kemudian, senyum Erwin menghilang lalu digantikan dengan sorot mata safirnya ke sebelah kanan. Perhatiannya bukan untuk tangan kanannya yang hilang, tapi posisi duduk Levi yang berada sebelah kanannya.

"Kenapa kamu duduk di sebelah kanan?"

"Aku punya hak untuk duduk di mana saja. Apa kau keberatan?"

"Jawab yang jujur, Levi."

Levi menghela napas; menahan dirinya agar tidak refleks menendang Erwin. "Kau sekarang kehilangan tangan kananmu. Sebagai bawahanmu, aku akan menggantikan fungsi tangan kananmu."

Pria bersurai pirang itu menggeleng—tidak setuju dengan jawaban Levi. "Sepertinya peranmu bukan untuk pengganti tangan kananku."

Komandan Scouting Legion itu melirik Levi. Pria berambut raven itu sempat menautkan kedua alisnya sebelum ia mendengus kesal.

"Setiap prajurit Scouting Legion adalah tangan kananku. Tapi kamu bukan sekedar tangan kanan. Kamu adalah jantung Scouting Legion—"

Erwin mencoba untuk meraih tangan kanan Levi dengan tangan kirinya. Awalnya pria bersurai hitam itu ingin menepis tangan Erwin, namun tangan kiri itu terlalu besar untuk dilawan dengan tangan kanannya yang kecil. Iris abu-abu itu membelalak saat telapak tangan kanannya berada di dada kiri Erwin.

"—dan juga jantungku."

Levi tersenyum tipis. Sayangnya, senyum itu hanya bertahan tiga detik. "Gombalanmu menyentuh sekali, Erwin. Aku jadi ingin menangis." sinisnya.

"Halo semua! Maaf aku ter—"

Kedua pria berbeda tinggi badan itu refleks melepaskan tangan mereka dan serempak menoleh ke arah seseorang di dekat pintu ruang rawat. Sejak kapan Dot Pixis masuk ke dalam ruangan ini?

Pria tua yang menjadi pusat perhatian itu terkekeh melihat reaksi kedua atasan Scouting Legion di depannya. "Oh, ternyata aku mengganggu ya? Silakan lanjutkan lagi acara bermesraannya."

"Diam kau, Pak Tua," Iris abu-abu itu mengintimidasi Pixis, lalu tingkat intimidasi itu makin menguat untuk pria di sebelah kanannya, "dan ingatkan aku untuk memotong tangan kirimu, Erwin."

.

[Selesai]

.


Eka's Note: Ya bagi para massa, silakan sembelih saya. *brb harakiri sebelum disembelih*

Maaf benda ini pendek dan 'keju'. Semoga fanfic pertama saya bisa ikut meramaikan fandom SnK indo ini~ XD Mohon bantuan buat senior di sini…

Oh, ya. Fanfic ini sebenarnya terinspirasi dari tumblr. Bukan gambar sih, tapi semacam analisis(?) kenapa Levi duduk di samping Erwin pas chapter 51. Dan voila! Jadilah ficlet ini!

Akhir kata… Review? ^^