.

.

Milk Vanilla? Um!

Disclaimer ©Hajime Isayama, Shingeki no Kyojin punya om satu itu. Kalau punya saya, entah macam apa titan saya buat. Pake baju dementor kali yah? '-'

Warnings : BL, yaoi dan sejenisnya, romance (maybe), humor (supergagaldimanamana), dan semacamnya.

Pairs : RivaEren untuk saat ini, nggak tahu bakal nambah apalagi.

Fanfic ini murni dari otak unyu-unyu saya, jelas keliatan dari ancurnya bahasa.

Typos (terbang-terbang)

Dan… selamat membaca!

.

.

.

Sinar matahari bersinar begitu terik siang itu, dan hal itu berimbas pada keluarnya keluhan dari bibir Eren untuk kesekian kali. Panas menyengat benar-benar musuh di hari bersih-bersih seperti ini.

Oh ya, benar. Semua pasukan utama Recon Corps sedang melaksanakan kegiatan bersih-bersih mingguan –yang entah kenapa terasa jadi kegiatan harian akibat korporal muda cebol penggila kebersihan itu—uh, ada pandangan tajam dari sana.

Yang pasti, Eren Jeager capek. Ayolah, siapa yang tega menyuruhnya mengepel atap markas Recon Corps sih?!

Ya, si bogel itu. Siapa lagi kan?

—Dan masalah ngepel-ngepel atap tadi, memang benar. Lihat saja Eren yang sekarang memakai 3D Manuver Gear-nya dan mengelus-elus setiap senti genteng diatas sana dengan kain basah.

'Kamfreto sekali ya! Tatakae Eren!' semangat Eren pada dirinya sendiri.

"Jeager. Kemari."

Yap, dan calon penerima kutukan vodoo Eren baru saja nongol. Menyilangkan tangan di depan dada sambil memandang Eren intens dari bawah.

Oh. Mungkin korporalnya satu ini jengkel melihat Eren diatas sana sedangkan dia di bawah sendiri. Eren dilihat dari bawah situ… —makin tinggi, ya?

Ayo kutuk susu vanilla kesukaan Eren sebelum tidur itu, Rivaille.

"Tunggu sebentar, Heichou."

Mengerti Rivaille yang tak suka menunggu, Eren bergegas melepas tali manuvernya dari atap dan turun dengan mudah.

"Ada apa, Heichou?"

Mata Rivaille menyipit. Ya ampun, sudah berhadapan dengannya saja bocah setengah titan ini masih tetap tinggi darinya. Kenyataan manis itu harus Rivaille telan bulat-bulat.

"Hanji. Mencarimu daritadi."

"Eh… Ano, bisa diperjelas, Heichou?"

Otak lambat Eren tidak akan bisa lancar menerima ucapan super singkat Anda, Sir Rivaille. Mengertilah sedikit.

"Temui saja Hanji. Dia di laboraturium bawah tanah." Ucap Rivaille sekali lagi –dengan lebih jelas. Juga ditambah gumaman panjang.

"—Berdoa saja kau tidak disuruh menelan obat perangsang titan buatannya, Bocah."

Telinga Eren konslet. "E-eh?!"

Dan tendangan kaki di punggungnya menjadi jawaban.

"Pergi dan kembali kesini secepatnya. Atap kandang kuda belum kau pel, kan?"

WHUUTTT—?! Itu termasuk tugasnya juga?! Tolong musnahkan semua kecambah gagal panen di dunia, Tuhan!

Eren cuma bisa menahan nafasnya dalam-dalam dan berbalik pergi.

"Ba-baik, Heichou."

.

.

.

"Minum itu, Eren. Mudah bukan?"

Mulut Eren menganga. Tangannya sendiri sedang memegang segelas susu. SUSU. PUTIH. Hanya itu dan bukan cairan meletup-letup.

"Anggap saja ini hadiah dariku. Kau selalu jadi kelinci percobaanku, jadi –yah, anggap ini balas budi, oke? Kau kan baik sekali padaku," ujar Hanji sekali lagi sambil nyengir lebar dengan menggaruk pipinya –tak gatal.

—Apa Irvin sedang joget bang Jali? Apa Rivaille sedang diare akut? Apa kepala atasannya, Hanji, baru saja diemut titan unyu dan membuatnya bahagia hingga memberi Eren susu?!

—Apa memang cuma disuruh minum susu? Serius nih?

"Uuh… terima kasih, Mayor Hanji."

Jiiiit~ Hanji masih memandangi.

Lalu dia mulai bertingkah aneh. "—Uh, oh. Aku harus pergi duluan, Eren. Aku mesti… err, menangkap kupu-kupu dengan Rivaille. Jadi… uh, minum saja susunya ya!"

Tangan Hanji melambai sambil berjalan keluar. Dan pintu tertutup tanda Eren tinggal sendirian di ruangan itu. Sejak kapan Rivaille dan Hanji suka kejar-kejaran dengan serangga manis satu itu? Ah, masa bodoh.

Tapi

..

—Mayor Hanji…. Sungguhan cuma menyuruhnya minum, toh?

Dan Eren meneguk gelas berisi susu vanilla di tangannya. Rasanya, memang lebih manis dari biasanya. Oh, mungkin Hanji menambahkan gula terlalu banyak. Anak ini tidak curiga sama sekali, toh?

—Demi botak yang abadi di kepala Shadis, kepala Eren Jeager memang polos sekali. Terima kasih sudah melahirkan anak sepolos dan senaif ini, Carla Jeager.

"Oh, Rivaille Heichou pasti sudah menunggu."

Senyum sisa menikmati susu Eren langsung lenyap, begitu mengingat kata 'atap kandang kuda' menyergap otaknya.

'Semoga titan kolosal menyerang kandang kuda sekarang, ya,' doa Eren, random.

.

.

.

Klik!

Suara pintu yang baru dibuka terdengar menggema di ruang bawah tanah. Rivaille membukakan pintu, menyuruh Eren untuk segera masuk.

"Cepat tidur, Bocah. Aku juga mengantuk."

Eren mengerjapkan matanya beberapa kali barulah ia mengangguk patuh dan segara masuk. Ia sudah akan membaringkan tubuhnya di kasur, tapi terhenti saat melihat Rivaille yang masih berdiri bersandar pintu.

"Heichou?"

Pandangan Rivaille menyisir tubuh Eren dari atas sampai bawah. Mendadak Eren jadi mengerti bagaimana nanti rasanya dipelototi setan di alam baka.

… —mencekam.

"Kau… baik-baik saja?"

"Eh? Maksud Heichou?" alis Eren terangkat setengah.

Rivaille mendengus. "Hanji. Tadi Hanji si titan freak itu menyuruhmu apa?"

Oh!

"Minum susu." Jawaban jujur sekali.

"—Susu?" Rivaille mengerutkan dahi. Sayangnya tak menimbulkan kerutan di dahi mulus pria yang sudah mencapai umur kepala tiga itu. Entah lulur apa yang digunakan korporalnya ini hingga bisa setampan ini, Eren tertegun.

Eren Jeager, kau itu sadar tidak kalau baru saja menyebut Rivaille tampan?

Dan gumaman Rivaille mengehntikan pemikiran lulur Eren barusan.

"—Aneh."

"Heichou tidak perlu mencurigai Mayor Hanji. Walaupun kadang beliau keterlaluan, tapi buktinya saya masih baik-baik saja kan?"

Kepala depan Rivaille berkedut. "Maksudmu Hanji itu orang baik?"

"Um!"

Perasaan berat menyerang Rivaille harus menerima perkataan Hanji adalah baik. Otak dan hatinya tidak menerima kalimat fana itu. Jelas lah!

"Hn, baiklah. Kalau begitu, tidur, bocah."

Blam!

Eren beringsut dan membaringkan tubuh.

Seperti anak yang baik pula, ia memejamkan mata sambil berdoa. Semoga mimpi indah menaungi tidurnya.

Ah, ia jadi ingat ia lupa minum susu malam ini.

Ah, semoga mimpi indah saja deh.

—Sementara Eren Jeager terlarut mimpi, seorang wanita-atau-pria berambut coklat ponytail tertawa ganjil di kamar atas.

"Semoga… Semoga berhasil… semoga eksperimennya berhasil… HAHAHAHAHA!"

Tawanya… —nista sekali.

.

.

.

"Oi,bangun, bocah."

Sebelum membuka mata, Eren sudah tahu siapa yang membangunkannya pagi itu dengan tendangan di pinggulnya. Ucapannya juga kasar. Siapa lagi sih kalau bukan si bogel bernama…

… —Armin?!

Loh loh! Eren mengucek matanya berkali-kali, mungkin dia berilusi karena baru tidur dan melihat di hadapannya ini, lelaki yang sedang menatapnya tajam dengan kaki naik menyerang perutnya ini adalah ARMIN ARLERT?!

Armin… armin itu… kan putera keraton sekali! Bukan seperti ini dong!

"Armin?!"

"Kau pikir ini jam berapa? Mau kusiram air bekas kumuran si jorok Rivaille ya?!" dan sekali lagi hadiah tendangan berhasil membuat wajah Eren tersungkur di lantai.

—WOY! Sejak kapan Armin sahabat bak malaikatnya ini menjorokkan mukanya ke lantai seperti ini?!

"Ugh…"

Eren memegangi kepalanya, dan Armin mendengus lalu berjalan keluar dari kamarnya.

Mungkin saja Eren sedang berdelusi hari ini.

Ha-ha.

Setelah mandi dan memakai kemeja putih dan celana panjangnya, Eren keluar dari kamar menuju ruang makan. Kepala Eren sendiri masih panas dengan bayangan wajah Armin yang menatapnya tajam tadi.

Oh, Eren mulai menggunakan otaknya yang jarang terpakai. Berdebu sekali nak.

Dukk!

"Ow."

Karena keasikan berpikir, Eren menabrak seseorang. Oh, Mikasa.

"Maaf, Mikasa. Kau baik-baik saja, kan?"

Eren mencoba membantu sosok Ackerman muda yang terjatuh itu. Ia melihat wajah Mikasa yang memerah padam dan mendongak.

"Jeager!" geramnya –penuh dendam.

Tu-tunggu dulu. Mikasa tidak memanggil nama kecilnya?

"Hoi, Eren! Kenapa kau mengulurkan tanganmu ke Mikasa segala? Kukira kau musuh abadinya, kan?"

Kali ini Jean, datang padanya dengan senyum sumringah. Bahkan lelaki berambut coklat abu-abu ini merangkul pundaknya dan mengacak-acak rambutnya.

"Kau ini imut sekali ya, Eren!"

Jean yang berteman dengannya! Jean yang tidak menyerocos di depannya! Apa lagi ini?!

"Minggir dariku, mata hijau lumutan!"

Dan Mikasa yang membenturkan bahu saat melewati Eren! Apa kali ini ia akan melihat Annie Leondhart memeluknya dengan penuh kasih sayang?!

"EREN!"

Bruk!

Sebuah beban berat langsung mengenai tubuh Eren. Pirang, warna rambutnya pirang. Dan kutukan Eren berhasil menjadi kenyataan.

"A-Annie?"

"Aku kangen padamu! Hari ini Police Military mengadakan kunjungan ke Recon Corps. Aah.. senangnya bisa melihatmu lagi. Aku rindu sekali padamu, Eren!"

"Err… Je-jean, kau punya kantung plastik"

"Eh? Buat apa?"

"Muntah." Mata Eren rasanya kosong sekali. "AKU MAU MUNTAH BODOOOOHHH!"

"Hahahahaha! Kau lucu sekali ya?"

Annie menimpali. "Dasar Jean! Eren-KU memang lucu dari dulu!"

…. Eren… -ku? –KU?!

"HOOOOOOOOOOOOOOOOOOEEEEEEEEEEEEKKKKKKKKKKKKKKK!"

"EREN!"

Ah, lihat. Ada busa imajiner muncrat dari mulutnya.

.

.

.

"Ugh."

Kepala Eren rasanya sangat berat. Ia tak sanggup menerima semua hal tak masuk akal yang sedang terjadi di depannya. Rasanya itu… ganjil sekali.

"Connie! Berhenti makan kentang! Ini sudah yang keberapa, hah?!"

Eren segera memutar matanya ke ujung meja makan. Dilihatnya Sasha dan Connie yang adu mulut. Jadi nostalgia dengan hidup normalnya dulu ya.

"Jangan ambil Potato-chan! Dia milikku, Sasha!"

Oh, jadi sekarang Connie pemakan umbi-umbian gila?

Ha-ha. Bantulah Eren tertawa sekarang.

"Gila… ya…" hanya itu yang dapat keluar dari bibir Eren.

Tapi ngomong-ngomong, kalau begini bukannya tambah menarik ya?

Sebersit rasa senang muncul di wajah Eren.

Ya, mungkin dia musti membiasakan diri melihat kejadian serba terbalik ini.

—Oh, ayolah. Siapa sih yang tak mau melihat Reiner yang biasanya gagah perkasa sekarang memalukan diri dengan bergoyang pinggul di atas meja? Siapa yang tak penasaran mendengarkan Bertdholt menyanyi seriosa?

"Yosh! Aku semangat! Tatakae!"

Mata Eren kembali bling-bling sempurna.

Anggap saja Eren mencoba bersenang-senang.

"Minna! Dengarkan laguku ya!"

Mata Eren dapat melihat Bertdholt berdiri dengan tubuh menjulangnya dan mulai menganggap sendok makan jadi microphone. Entah sejak kapan ruang makan tentara jadi seramai ini dengan sorak-sorai.

Bertdholt menarik nafas sambil memejamkan mata.

"—Kemanaaa~ kemana~ kemanaaaaa…. Kuharus mencari dimanaa? Kekasih tercinta-"

Oh, dapat ilham darimana Bertdholt menyanyi lagu dangdut?

"Hahahahahaha!"

Eren tertawa tergelak. Suaranya menggema di seluruh ruang makan dan menimbulkan efek yang tak disangka.

-Eren jadi merasa bulu kuduknya merinding.

"AH! —MANISNYAAA EREEENNN!"

"Kyaaa! Pancaranmu uke sekali, Eren!"

"Eren! Jadi pacarku ya?!"

"Hei, bagaimana kalau keluarkan desahan?"

Uhuk! Apa itu itu ituuuu?!

"Eren…" Jean yang ada di sampingnya membelalakkan mata lebar. Oh, apa Eren melihat liur najis disana?

"… -mau jadi uke-ku?"

OH OH ADA KUDA PAKAI KANCUT BELANG TRIO HYENA! Apa hukum sudah tidak ada di dunia sehingga Eren boleh melempar air keras ke dalam lubang hidung Jean Krischtein?!

"Kirschtein."

—Oh oh, ruangan maha luas itu langsung sunyi senyap begitu suara dingin plus berat itu terdengar.

Dan Eren sangat hapal suara siapa itu! Heichou-nya! Rivaille Heichou!

—Nak Eren, sadarlah Anda terdengar seperti kekasih Rivaille dengan menambah selipan kata '-nya' itu.

Leher Eren berputar, menemukan tubuh yang –alhamdulillah- masih kuntet normal dengan tangan menyilang. Pandangan mata tajam itu! Normal sekali!

Rasanya ingin sujud syukur begitu Eren melihat setidaknya ada orang yang berperilaku normal. Oh, Rivaille jadi begitu bling-bling di mata Eren sekarang.

"Hentikan ucapan tidak masuk akalmu itu, Kirschtein."

Kata-kata kasar! Ya, itu berarti Rivaille normal disini. Bukannya berubah jadi kemayu ataupun manis tingkat titanhoekhoek.

"Ugh… Go-gomenasai, Heichou." Jean memilih menundukkan wajahnya penuh salah.

"Bagus."

Suara sepatu yang berbunyi melawan lantai batu itu terdengar mendekat. Eren melihat Rivaille memandan tajam. Seperti biasanya.

"Kau benar-benar berani sekali ya, Kirschtein. Oh, tindakanmu memang selalu bodoh, aku tahu itu," ucap Rivaille penuh intimidasi saat ia sudah ada dihadapan Jean.

Melihat sesuatu ada yang normal benar-benar membuat Eren kembali hidup. Syukurlah.

Korporal mudanya tidak berubah.

"Tapi dari semua tindakan bodoh itu, jangan pernah—"

Rivaille masih normal, tubuh kontet tapi jiwa setan.

"—Berani menyatakan kepemilikan Eren padamu."

Rivaille masih bertangan ringan. Memukul, maksudnya.

"—Karena Eren Jeager jelas milikku."

Rivaille masih bilang Eren milik—DAFFFUUUUUKKKK! Sejak kapan Eren jadi milik Rivaille?! Disuguhi uang segede kotoran titan juga Eren menolak mentah-mentah! HARAM BUNG!

"—A-Apaaa?!"

Pekikan Eren menjadi lagu di seluruh pojok markas Recon Corps pagi itu.

Err…

..

.

. Selamat ya Eren! Sudah jadi pacar Rivaille di dunia serba terbalikmu!

"MAKAN AKU TITAAAAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNNNN!"

.:TBC:.