Hunter Prolog
Title : Hunter [ Vampire and Love ] Prolog
Author : Gureum NaYe ^^
Cast : (Syupeo Junieo ^^)
- Kim Jong Woon / Yesung
- Kim Ryeo Wook / as Jung Ryeo Wook
- Park Jung Soo / Leeteuk
- Choi Si Won / Siwon
Rate : For this part Rate Teen. but next part I don't know -_-
Genre : Fantasy, Action
Summary : kau tak akan bisa membersihkan darah yang kotor dengan darah yang bersih, justru darah yang bersih akan ikut kotor jika mereka disatukan. Begitu juga dengan penderitaan ini, untuk membalasnya aku tidak bisa melakukannya dengan cara damai. Apapun caranya akan aku tempuh demi dendam yang telah menjadi darah daging yang sudah terlanjur kotor ini.
Oh Summary yang gagal kan -_-
Happy reading yeorobun ^_^
.
.
.
== Prolog ==
Daegu, 1992
Daegu, adalah salah satu bagian kota kecil di Korea Selatan, sebuah kota yang dikepung oleh pegunungan Palgong-san dibagian utara, Biseul-san di selatan, kaki bukit Gaya-san di barat dan satu deretan bukit kecil di timur.
Kota unik ini lebih mirip lembah, karena letaknya tepat berada ditengah cekungan gunung dan bukit yang mengapitnya. Ditambah pepohonan lebat yang berada disekelilingnya membuat kota itu seperti sebuah tempat yang terisolasi.
Perputaran bumi yang mengaharuskan terang menjadi gelap membuat kota ini diselimuti hening yang mencekam, udara dingin yang menembus kulit membuat background horror. tak ada riuh suara serangga di malam hari yang lazim terdengar hampir diseluruh tempat di bumi ini. Tak ada pula aktivitas mencolok disetiap sudut kota, suasana begitu senyap.
Waktu yang telah menunjukkan lebih tengah malamlah jawabannya. Penduduk kota ini telah damai dialam mimpi setelah menyelesaikan aktivitas mereka hari itu. tak ada yang berminat menikmati udara malam pukul 20.00 keatas. Udara malam tidak baik bagi pernafasan, tidak baik bagi mereka.
Kota ini memiliki satu keunikan lagi yang berhasil membuat nama Daegu terkenal di seluruh dunia. Para sarjana, peneliti, maupun ahli geografis dengan titel titel menterengpun mengakui akan hal itu–
––Kota Hujan. Itulah sebutannya, sebuah kota yang memiliki keadaan geografis yang tidak masul akal. Bagaimana tidak? disaat wilayah permukaan bumi yang terletak pada garis lintang diatas 23 derjat, seperti halnya letak wilayah semenanjung korea mengalami empat musim. Apakah itu musim panas, gugur, dingin dan semi, namun hal itu tidak berlaku pada kota kecil yang hanya memiliki satu musim saja. Entah itu pantas disebut musim atau apalah. Kota yang selalu dilindungi oleh awan tebal dari sengatan surya.
Keadaan seperti ini hanya ada satu-satunya di dunia. Tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan apa penyebab kota ini selalu ditutupi awan dan tanpa mengalami perubahan musim seperti kota lain yang masih berada satu wilayah dengannya –semenanjung korea-
Bahkan penduduk kota inipun tidak lebih dari 1.000 jiwa, sangat kecil dan mini, hanya segelintir orang yang mau tinggal dikota dengan satu jenis cuaca, tentu saja, mengingat kau tinggal dengan satu cuaca itu adalah hal yang sangat membosankan, hidup dengan tidak pernah bertemu bahkan merasakan salju dimusim dingin, menikmati pemandangan yang disungguhkan oleh dedaunan berwarna merah dan jingga di musim gugur, atau romantisnya musim semi disaat udara dingin mengantarkan hangat.
Pemerintah di korea selatan sepertinya memang mengkhususkan kota ini untuk dijadikan kemo bagi masyarakat disana, dikarenakan kota ini berhawa sejuk yang di dukung oleh kawasan dengan pasokan oksigen terbanyak maka dominan masyarakat yang memiliki masalah atau gangguan pernafasan yang tinggal dikota ini. Cocok dengan keadaan fisik yang membutuhkan udara segar dan sejuk sebagai pemopang daya hidup.
# faktanya #
Faktanya kota Daegu yang dikelilingi oleh pegunungan dan bukit merupakan kota yang terletak dalam "basin" terkenal akan kota yang lebih panas dari kota lainnya pada musim panas. Karena gunung mengurung udara panas dan basah. Dan pada musim dingin, udara dingin tetap tinggal di basin. Wilayah ini menerima sedikit presipitasi kecuali selama musim hujan pada musim panasnya. Dan matahari bersinar sepanjang tahun.
(Cr: Wikipedia)
Berhubung kebutuhan latar FF ini memerlukan tempat yang dikelilingi bukit maka dirombak habislah fakta kota Daegu ini. Kota yang aslinya panas dan selalu terkena matahari diubah menjadi kota yang lembab. Ini tidak ada unsur penipuan! Murni sebagai bumbu dalam ff saya. Oke ?
Tenang dan damai, selalu menjadi gambar di tengah malam waktu setempat, memberikan waktu kenyamanan tersendiri bagi seluruh warga, mereka sudah terlelap sejak pukul 22.00, membungkus tubuh dibalik selimut tebal dan hangat, walau tak memiliki musim dingin, udara dimalam hari bisa saja membekukan. Mereka tidak mau mengambil resiko dan lebih memilih terbang ke alam mimpi, Beristirahat dan menyimpan tenaga untuk menghadapi aktivitas yang akan dilakukan esok. Rata-rata mereka memiliki masalah pernafasan, untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, disiplin akan waktu menjadi hal utama untuk memopang hidup mereka.
Kota itu telah sunyi, ditemani semilir angin yang meliuk-liuk bebas diudara. Membuat kesan saat malam hari kota ini layaknya kota mati.
.
.
.
Malam yang senyap semakin terasa ganjil, bulu kuduk tiba-tiba merinding merasakan hawa mencekam yang bercampur diudara. Tidak ada yang bisa menebak akan terjadi musibah apa. Sebuah ancaman yang berada diujung kota.
"Aaaaaaggh!"
"Andwae!"
"Aaaaaaa!"
"Tolooooong!"
Praaaang
Suasana seketika pecah, banyak suara pekikan dan teriakan-teriakan histeris bercampur ketakutan yang bertumpuk disana. Benda-benda seperti kaca atau keramik yang pecah juga bersemarak menambah kesan horror.
Suara itu berasal dari sebuah rumah mewah klasik di sudut kota. Para guard dengan tubuh besar dan kekar yang tadinya masih berdiri tegap disetiap sudut halaman rumah dan gerbang, atau guard yang sekedar berjalan-jalan mengitari rumah bertugas untuk memastikan keamanan telah tumbang dan tergolek kaku ditempat mereka berdiri sebelumnya. Percikan darah ada dimana-mana, tercetak di lantai maupun dinding, menjadi alasan utama ketakutan ini.
Syuuuut~
Syuuut
Bayangan hitampun silih berganti datang dan pergi setelah pekikan itu. seperti sosok yang bisa terbang atau semacamnya yang memiliki kecepatan luar biasa.
Keadaan para guard maupun maid yang telah mati juga diperburuk oleh dua buah lubang kecil yang terbentuk pada setiap leher mereka, seperti luka bekas gigitan binatang buas. Tubuh merekapun menjadi pucat, membiru, menandakan bahwa jasad itu telah berpisah dengan ruhnya. Sudah dipastikan kejadian sebelumnya merupakan penyebab petaka ini.
.
.
Makhluk berkulit pucat dengan guratan urat merah disetiap inci kulit wajahnya baru saja mencabut taring miliknya yang tadi bersarang cukup lama dileher wanita muda yang kini telah melemah, tubuh wanita itu seketika pucat karna tak ada setetespun darah yang tersisa ditubuh ringkihnya, dihisap habis oleh makhluk itu. Kemudian makhluk itu melempar tubuh kurus sang wanita secara asal, seperti mencampakkan bungkusan sampah permen seletah melahap isinya.
Sudut bibirnya hingga dagu masih menyisakan tetesan tetesan darah segar, bercampur dengan darah hitam yang sudah mengering dari mangsa sebelumnya, dia mengerang puas oleh sensasi manis dari darah yang telah dihisapnya barusan.
Setelah puas berurusan dengan wanita yang telah dinyatakan mati, pandangannya kini beralih pada bocah 8 tahun yang tengah menekuk kedua lututnya dibawah meja, makhluk itu menyeka sedikit sudut bibirnya dengan ibu jari. dia telah mengetahui keberadaan bocah itu sebelumnya. Tentu, karena tadi dengan bodohnya wanita yang jadi mangsanya menyuruh bocah itu bersembunyi sesaat sebelum ia menyerang. Dan bocah itu malah mematuhi perintah wanita itu dengan bersembunyi dibawah meja belajarnya yang jelas-jelas akan membuat dia terlihat.
Dan bocah itu bisa apa saat sekarang justru makhuk itu beralih padanya. Menyeringai senang karena tak ada lagi yang akan melindunginya. Makhluk itu merasa tak puas oleh darah wanita yang baru saja dimangsanya, ia hendak menjadikan bocah itu sebagai target berikutnya, -hidangan penutup-. Penutup dari hutang kaum manusia itu padanya.
Ketakutan semakin menggerogoti bocah itu, tubuh kecilnya tak kuasa menahan rasa takut dan berimbas pada sebuah getaran hebat, berteriak saja dia sudah tidak mampu, dia hanya menunduk, bahkan ketakutan yang dahsyat membuatnya tidak mampu lagi menangis. Suaranya tercekat dan tak bisa menelan. Air matanya sudah terlalu kering oleh tangisannya sedari tadi, ia hanya mampu untuk terus mengeratkan pelukan pada kedua lutut kecil yang hampir mati rasa, berkeringat dingin trauma dengan pembantaian sadis tepat didepan matanya sendiri.
wanita yang baru saja dibantai itu tak lain adalah ibu dari sang bocah.
Sambil terus terisak dan sesegukan, dengan sangat berat ia memanggil 'eomma' yang sudah tiada itu,
"Eo..mma.. Hiks.. Eo..mma"
dilihatnya tubuh wanita yang selama ini melindunginya telah tergolek kaku tak bergerak lagi. Ia dengan susah menelan salivanya. Teringat bagaimana naluriah seorang ibu menyuruh dia bersembunyi karena monster itu menerobos masuk ke kamarnya, rela menukarkan nyawanya sendiri demi putranya yang diharapkan akan bertahan hidup. Walau masih sekecil itu setidaknya dia paham bahwa kejadian ini membuat dia kehilangan segalanya, kehilangan sentuhan dan kasih sayang ibu untuk selamanya,
Mungkin sudah takdirnya seperti ini, bersiap menunggu ajal dengan malaikat pencabut nyawanya adalah monster ini. -setidaknya jika dia juga mati dia akan menyusul ibunya dan tak takut sendiri lagi.
.
.
.
Makhluk bertaring yang selama ini sejarah menganggap keberadaannya adalah mitos itu berjalan lambat mendekati bocah kecil. Membuat bocah itu semakin ketakutan dan menunduk dikedua lututnya. Monster itu menyeringai melihat mangsa yang dibiarkan hidup untuk menjadi pencuci mulutnya sudah ketakutan. Aroma manis darah dari tubuh kecil itu semakin menggelitik indra penciumannya, tak sabar untuk mengakhiri pesta besar malam ini dengan menyantap darah segar dari tubuh kecil itu. Monster itu sudah mengendus aroma kematian bercampur nikmatnya pesta malam ini. Kemarahannya terbayar sudah jika dia telah menghabisi bocah itu.
Iapun mengulurkan tangannya yang berkuku tajam dan runcing bersiap menikam anak itu.
Braaaakkk!
Bunyi keras dari dobrakan pintu yang telah hancur itu telak menghentikan langkah monster berdarah dingin tersebut. Dia menoleh keasal suara dan mendapati seorang pria dengan postur tubuh tinggi berpakaian serba hitam membawa sebilah pedang di tangan kanannya.
Pria itu berhenti sejenak, melihat tubuh wanita yang telah tergolek tak bernyawa tak jauh dari kakinya dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Dia mengeram marah. Dia mengira pasti wanita ini yang tadi berteriak dan membuat dia menuju ke kamar ini. namun dia terlambat saat melihat wanita yang hendak dia selamatkan ini sudah mati.
Pria itu beralih pada monster di depannya, menatap marah pada monster biadap penyebab kekacauan ini, lalu matanyapun bergerak liar, berharap menemukan sesuatu karena ia masih bisa mendengar suara sesegukan..
-dan benar, ia menemukan seorang bocah kecil yang berada di bawah meja, sedang menunduk takut. berarti masih ada satu-satunya nyawa dikediaman mewah ini yang bisa dia selamatkan.
Tanpa membuang waktu lagi pria itu berlari, menghampiri sang bocah , lalu menarik bocah itu keluar dari kolong meja dan memasukkannya kedalam pelukan. Detik berikutnya tatapannya beralih kepada monster tersebut dengan wajah marah dan berbicara seolah 'menjauhlah' dan mengancam agar monster itu menyerah,
Monster itu tak tinggal diam saat melihat mangsanya direbut, iapun mengayunkan senjata andalannya –kuku tajam- dan membuat gerakan menyerang .
Sssrrrkk..
secepat yang ia bisa pria berpakaian hitam menghindar dengan melompat ke belakang, gerakannya tak secepat biasa mengingat dia tengah menggendong bocah kecil itu. iapun mengibaskan tangan monster yang menyerangnya dengan pedang, mematahkan penyerangan monster tersebut, lalu berbalik mengacungkan pedangnya tepat di depan makhluk itu.
Vampir itupun takjub saat melihat ujung mata pedang perak yang terarah padanya, lalu matanya beralih pada pria yang memiliki pedang tersebut. Ternyata dia sedang menghadapi seorang pemburu, mesin pembunuhnya!
Tak tinggal diam, vampire itu menyeringai, sekejap mata tempat ia berdiri tadi telah berubah menjadi tiupan angin, disusul oleh hawa yang terasa berubah dingin dan terasa hampa setelah monter itu menghilang.
Pria itu panic, manic kembarnyapun bergerak ke kiri ke kanan dan memutar tubuhnya ke kiri atau ke kanan juga mencari keberadaan makhluk tersebut, namun makhluk itu tak terlihat di kasat matanya.
"Sialan kau makhluk jelek" rutuknya
Akhirnya pria itu memutuskan untuk menutup kedua kelopak matanya, berkonsentrasi. Indra penglihatannya mungkin tak bekerja untuk melihat secara kasat makhluk berkekuatan luar biasa itu, namun dia berkonsentrasi, menggunakan indra pendengarnya yang memiliki insting luar biasa dari matanya.
'I got you'
Pria itu membuka matanya. Menyeringai. Membuat sebuah gerakan cepat.
Makhluk itu kini berpindah tempat, ia sudah berada di belakang pria tersebut, menyeringai angkuh seolah dialah yang akan memenangkan pertarungan ini,
'haha manusia ini tidak mengetahui keberadaannya? Begitulah yang ia pikirkan.
Vampire itu pun mengangkat tangannya, melayangkan kukunya untuk menyerang namja itu tanpa diketahui.
.
.
Cruuuuut
Terjadi begitu cepat, tidak ada yang mengira apa yang terjadi barusan, bahkan makhluk mitos berkuatan luar biasa itu sekalipun.
Vampire itu seutuhnya salah.
Disaat kukunya hendak menancap leher pemuda itu, pedang perak yang sedari tadi dipegang olehnya telah berubah haluan. Menancap jantung vampire tanpa mengubah posisi namja itu yang membelakanginya. Sebuah gerakan cepat yang bahkan mengalahkan kecepatan angin.
Vampire itu melongo dan hanya membulatkan matanya. Menatap tak percaya pada pedang yang telah tertusuk dijantungnya. Pria itu semakin menekan pedangnya kebelakang, merobek jantung yang telah tertusuk oleh pedangnya itu.
Dan..
.
.
Wuuusssh
tubuh besar yang awalnya dimiliki oleh vampire seketika terbakar,
"Aaarggh!"
kemudian berubah menjadi butiran-butiran debu halus yang perlahan menghilang bersama angin.
..
"Hey, tenanglah, kau telah aman bersamaku" pria itu mengguncang pelan tubuh bocah dalam dekapannya setelah memastikan monster itu telah lenyap dan tersenyum pada bocah tersebut, Bermaksud menghentikan ketakutan padanya.
Bocah itu hanya menatap mata sang pria, tak sanggup menjawab, tubuhnya masih bergetar hebat dengan sinar yang menatap tak jelas padanya. Jelas dia sedang terguncang dan mengira bahwa tadinya dia telah mati.
Pemuda dengan wajah seperti malaikat kembali tersenyum, langsung menyembunyikan tubuh mungil bocah itu lebih erat kedalam pelukannya, membawa bocah yang mau pingsan itu keluar melalui jendela kamar,
menghilang ditengah kerumunan gelapnya malam.
