Gum
Psycho-Pass belongs to Production I.G.
Divisi 1: Kagari, Masaoka, Kunizuka, Ginoza. K. Friendship.
.
.
.
Toples berisi segala macam gula-gula bukan lagi hal yang mengherankan berada di meja penegak bernama Kagari Shusei. Tidak ada yang tahu bagaimana cara pemuda satu itu menjaga agar toplesnya tetap penuh sekalipun ia rajin mencamilnya.
Namun tampaknya hari ini pemuda itu ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
"Kau tahu, Anak Muda," Masaoka memutar bangku menghadap pemuda berambut jingga yang masih memainkan komputer dengan seru—teka-teki lain adalah bagaimana pemuda itu selalu mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat sehingga ia hampir selalu memiliki waktu luang untuk seenak jidat mengakses jaringan internet di Biro, "suara decapmu itu sedikit banyak menggangguku."
Kontan Kagari menghentikan keasyikannya dan ikut memutar kursi—secukupnya saja agar tak perlu memutar kepala 180 derajat layaknya burung hantu. Memampangkan cengiran. "Tak kusangka telingamu masih setajam itu, Pak Tua."
"Aku lebih berpengalaman sebagai anjing pemburu dibandingkan kau, Anak Muda." Masaoka tersenyum. "Jangan remehkan telinga Pak Tua Penegak ini."
"Dari mana kau dapatkan permen karet di mulutmu itu?" Kunizuka menyela. Tangannya melepas headset yang menyumpal salah satu telinga. Tampaknya ia pun ikut merasa terganggu dengan suara decap dari arah sang rekan.
"Hng?" Mulut Kagari membentuk balon—seolah tengah memamerkan permen karetnya—untuk dua detik kemudian balon itu pecah dan dengan lincah lidah Kagari memasukkannya kembali ke dalam mulut. "Memangnya kenapa? Kau mau juga?"
Sang gadis hanya menyahut datar, "Agar aku bisa menghentikanmu membelinya lagi."
Sang penegak berambut jingga langsung cemberut. "Kau memang jahat, tidak seperti Akane-chan."
Masaoka terkekeh. Menoleh pada Kunizuka seraya berujar, "Kita tahu sekarang; ia mendapatkannya dari Ojou-chan. Katakan padanya untuk berhenti membelikan bocah satu ini permen karet."
"Oh, oh, tidak perlu seperti itu, Pak Tua." Kagari segera menukas. "Lagi pula aku butuh permen karet untuk membuatku tetap terjaga. Aku tidak mau kopi, oke?"
"Kau dan sikap kekanak-kanakanmu," komentar Kunizuka sembari memusatkan perhatiannya kembali pada komputer. "Pastikan kau tidak berdecap dengan begitu berisiknya lagi atau aku akan benar-benar mengatakannya pada Tsunemori-san."
Kagari manyun.
Penegak berkode nama Hound 1 yang masih duduk di tempatnya tertawa lepas. Ia tidak akan membantah kata-kata Kunizuka. Bagaimana tidak? Pemuda itu menolak kopi dan mengunyah permen karet sebagai gantinya. Kemudian lihat segala macam mainan yang memenuhi meja kerjanya. Tanpa menghapus senyum dari wajah, dihampirinya sang penegak berkode Hound 4 dan diacak-acaknya helai jingga pemuda itu. "Melihatmu seperti melihat bayi besar, Anak Muda; seperti memiliki seorang cucu. Kau mengingatkanku betapa aku sudah tua sekarang."
Kagari mengerang pelan. Meski sejujurnya, ia menikmatinya. Ia menikmati kehangatan tangan seorang ayah yang telah lama hilang dari hidupnya—direnggut sistem bernama Sibyl yang menempatkannya sebagai seorang kriminal laten tanpa perasaan di umurnya yang kelima.
Kagari menoleh pada inspektur berkacamata yang sedari tadi sibuk berkutat dengan komputer. "Kau dengar itu, Gino? Kusarankan sebaiknya kau cepat-cepat mencari wanita sebagai teman hidup—laporan dan komputer tidak akan membuatmu memiliki anak!"
Ginoza mengerang sebal mendengar ucapan kurang ajar sang bawahan. "Enyah saja kau!"
.
.
.
