Please help him.
Naruto is Masashi Kishimoro
Pair Sasuke – Hinata
Rate T semi M
Ganre Romance, Friendship maybe humor?
Warning AU, OOC, typo, ect.
DON'T LIKE DON'T READ.
.
.
.
Happy reading.
Chapter 1.
.
.
.
"Aku membutuhkan bantuan kalian semua!"
Naruto, Kiba, Shikamaru, Chouji, Shino, Sai dan Lee menoleh ke arah Sasuke.
Sasuke sudah memikirkan'nya terlebih dahulu sebelum meminta saran kepada teman-temannya, apa lagi mengigat kejadian sewaktu sekolah.
Sasuke tetap saja Sasuke, meski sudah menjalani hubungan dengan Hinata selama tiga tahun. Ia tetap saja menjadi Sasuke yang naïf. Jika menyangkut Hinata, itulah yang membuat dia selalu meminta saran kepada teman-temannya. Meski saran yang mereka berikan kepadanya tidak berguna sama sekali.
"emh," Sasuke memasang wajah berfikir, melirik satu-persatu teman-temannya.
"Aku ingin melamar Hinata, bisahkan kalian memberikanku saran?" tanya Sasuke to the point.
Semua teman-teman Sasuke langsung tersedak makanan yang baru mereka makan begitu mendengar pernyataan Sasuke.
"Teme, kau serius ingin melamar Hinata-chan ?"
"Hn."
"Apa yang membuatmu yakin untuk menikah dengan Hinata?" tanya Sai.
"Aku hanya membayangkan hidupku tanpa Hinata," jawab Sasuke datar. " Dan aku pun tidak ingin Hinata bersama dengan pria lain." lanjut Sasuke.
Semuanya tertegun mendengar jawaban Sasuke, mereka tersenyum bahagia mendengar keputusan Sasuke untuk melamar Hinata.
"Bagaimana jika Hinata menolakmu?" tanya Sai lagi.
"Justru karena itulah aku meminta saran kalian!" Jawab Sasuke datar dan berusaha terlihat tenang. Meski sebernanya Sasuke juga takut jika Hinata menolaknya tapi dia tidak ingin memperlihatkan itu kepada teman-temannya.
Naruto tersenyum lebar, "Berikan Hinata-chan ramen cup sebagai tanda cintamu kepadanya." usul Naruto penuh semangat. Sasuke menaikan satu alisnya mendengar usul dari Naruto. Dia tidak bisa membayangkan dirinya berlutut dan melamar Hinata dengan sebuah ramen cup?
"Jangan dengarkan Naruto, Sasuke. Sebaiknya kau memberikan Hinata-chan kalung anjing bermatakan berlian" usul Kiba antusias.
"Idot! untuk apa kau memberikan usul yang tidak jelas seperti itu!" protes Naruto.
"Kau juga sama saja baka!" ucap Kiba tidak terima."Hinata-chan juga bukan penggila ramen sepertimu, mana mungkin Hinata-chan mau menerima ramen cup sebagai tanda cinta Sasuke!" lanjut Kiba.
Naruto dan Kiba terus-menerus berdebat mengenai cara yang harus Sasuke lakukan untuk melamar Hinata. Sasuke merasa ingin menekan batang hidungnya tapi dia menahan diri untuk melakukan hal itu.
"Berisik!"
Sepatah kata itu sukses membuat Kiba dan Naruto diam.
Demi tuhan, usul yang di berikan Kiba mau pun Naruto tidak membantu sama sekali. Yang ada juga Sasuke tambah pusing mendengar ocehan mereka yang tidak jelas.
"Ck, merepotkan." Shikamaru melirik Sasuke.
Keheningan memenuhi ruang itu. Beberapa detik terlewati sebelum akhirnya salah satu dari mereka membuyarkan keheningan tersebut.
"Sasuke, dengarkan aku baik-baik!" ucap Shikamaru mamasang wajah serius. Semuanya menoleh memperhatikan Shikamaru.
"Kau cukup melakukan itu dengan Hinata, secara otomatis Hinata akan menerima lamaranmu!" ungkap Shikamaru.
Apa?
Melakukan itu?
Melakukan apa?
Pikir Sasuke bingung tidak mengerti apa yang barusan Shikamaru katakan.
"Bisa diulangi?" Sasuke bertanya, berkedip dengan bodohnya.
"Jadi, kalau kau melakukan itu dengan Hinata, Hinata pasti akan memintamu bertanggung jawab, kan?!"
Pertanyaan Shikamaru di jawab dengan anggukan kepala semuanya.
"Lalu?"
"Ck merepotkan, apa kalian tidak mengerti maksudku!" semuanya hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan yang di lontar Shikamaru.
"Bagini ya, kalau Sasuke melakukan itu dengan Hinata, kemungkinan Hinata bisa hamil. Dan jika Hinata hamil, dia akan meminta Sasuke untuk menikahinya." Dengan bodohnya mereka mengangguk kompak menyetujui ucapan Shikamaru.
"Itu artinya Sasuke tidak perlu repot-repot memikirkan cara untuk melamar Hinata." Lanjut Shikamaru.
"Dan membuat seorang Hyuuga Hiashi menghunuskan katana warisan lelulur Hyuuga ke kepalamu, Sasuke." tambah Sai dengan wajah tersenyum.
Sasuke bergidik ngeri membayangkan jika sampai Hyuuga Hiashi menghunuskan katana warisan leluhur Hyuuga ke kepalanya karena dia menghamili Hinata. Shikamaru mendengus kesal membenarkan apa yang Sai katakan.
Sementara itu Naruto, Kiba, Chouji, Shino dan Lee diam-diam membayangkan adegan di mana Sasuke berlari terbirit-birit menghindari Hyuuga Hiashi yang sedang mengamuk.
"Mmpphhtt..." Naruto menutup mulut berusaha keras menahan tawanya membayangkan jika itu benar-benar Naruto terjadi kepada Sasuke. Ia melirik satu persatu temannya sehingga ia tak kuasa menahan tawanya lagi. Ia tertawa keras-sangat keras sampai lupa melihat objek yang ia tertawakan.
"Pasti akan menyenangkan jika Hyuuga Hiashi benar-benar mengamuk karena kau telah menghamili Hinata-chan," ucap Naruto di sela-sela tawanya.
Mendengar ucapan Naruto, teman-teman Sasuke tak kuat lagi untuk tertawa, Mereka semua tertawa terpingkal-pingkal membayangkan hal itu benar-banar terjadi kepada Sasuke.
Sasuke menatap tajam teman-temannya, ia bahkan mengeluarkan aura membunuh karena ia berpikir mungkin ada baiknya jika ia membunuh satu-persatu makhluk yang sedang menertawakannya.
Merasakan aura yang di keluarkan Sasuke membuat Naruto dan kawan-kawan menoleh ke arahnya. Mereka bergidik ngeri melihat senyum sadis yang Sasuke berikan kepada mereka.
Sebelum Sasuke memberikan pembalasan kepada Naruto dan kawan-kawan karena beraninya mereka membayangkan seorang Uchiha Sasuke yang terkenal cool, tajir, ganteng dan kedodolanny-..- maksudnya ke genius nya dalam hal apapun kecuali mengenai Hinata, di kejar-kejar Hyuuga Hiashi, Chouji membuka suara.
"Bukankah Hinata bukan type gadis yang suka hal-hal yang romantis? Dan suka hal-hal yang sederhana?" semua orang menoleh ke arah Chouji.
"Kenapa tidak langsung bertanya saja kepadanya tanpa harus melakukan sesuatu hal yang merepotkan." lanjut Chouji
Sasuke, Naruto, Kiba dan Shikamaru terkejut dan merasa jadi orang bodoh seketika karena tidak menyadari hal itu.
Aku ini kekasihnya selama tiga tahun. Kenapa hal seperti itu tidak terpikirkan olehku. Batin Sasuke shock
Aku ini orang yang selama ini Hinata-chan kagumi. Kenapa hal seperti itu tidak terpikirkan olehku.
Aku ini Sahabat Hinata-chan sejak kecil. Kenapa hal seperti itu tidak terpikirkan olehku.
Aku ini seorang yang genius. Kenapa hal seperti itu tidak terpikirkan olehku .
Sasuke, Naruto, Kiba dan Shikamaru pundung di pojok dinding restoran mengerutuki nasip mereka.
.
.
.
Tidak ingin membuang-baung waktu Sasuke langsung saja menelpon Hinata.
"Moshi-moshi Sasuke-kun, ada apa?"
"Kau di mana?"
"Eh? Aku di supermarket dekat rumahku. Memangnya ada ap-" sebelum Hinata menyelesaikan ucapannya Sasuke sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Tunggu aku disana!"
"Eh,? tapi sebenarnya ada apa Sasu-" sambungan telepon terputus. Hinata hanya tersenyum maklum mananggapi sikap Sasuke yang suka seenaknya saja.
Sasuke menutup telponnya dan menoleh ke arah teman-temannya. "Baiklah, aku pergi dulu." pamit Sasuke kepada semuanya.
"Teme, siapa yang akan membayar semua makanan ini?" teriakkan Naruto tidak terdengar oleh Sasuke karena Sasuke sudah pergi meninggalkan restoran.
Naruto melirik satu-persatu temannya meminta jawabannya dari pertanyaannya tadi. Dari tatapannya, Naruto bisa tahu meski tidak secara langsung tatapan mereka mengisyaratkan bahwa dia'lah yang harus membayar semua makanan ini.
"Err...jadi, aku yang harus membayar semua ini?" tanya Naruto.
Naruto menghela napas "Baik-baik, aku yang bayar."
Jatah ramen cupku selama satu harus berkurang. inner Naruto menangis.
.
.
.
Sasuke menghampiri Hinata di depan pintu supermarket.
"Hah..hah..hah..Hinata." ucap Sasuke dengan napas tidak teratur.
"Sasuke-kun, kau tidak apa-apa?" tanya Hinata khawatir.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya kelelahan. Aku berlari dari restoran Yakiniku menuju kemari." ucap Sasuke mengatur napasnya.
"Kenapa tidak memakai mobilmu?"
"Jalanan macet, aku takut membuatmu menunggu lama."
"Sasuke-kun," ucap Hinata terharu. "Arigatou." Hinata memberikan senyum termanisnya melihat sikap cute Sasuke.
Jantung Sasuke berdetak keras. Dia benar-benar gugup sekarang. Ayah, ibu, Itachi. Do'a kan aku.
Hinata heran dengan Sasuke yang diam saja. "Sasuke-kun ada apa?"
"Hinata," Sasuke menggenggam erat kedua tangan Hinata.
"Eh?" Hinata heran dengan apa yang Sasuke lakukan.
"Ma-ma-ma-" ucap Sasuke terbata.
"Mamama?" ulang Hinata bingung.
"Maksudku, Ma-mau kah kau," Sasuke berkeringat dingin.
"Sasuke-kun, kau kenapa?" tanya Hinata khawatir melihat keadaan Sasuke, kemudian ia menggenggam erat tangan Sasuke.
Merasakan tangan halus Hinata menggenggam tangannya membuat Sasuke semakin gugup. Sasuke terdiam sebentar, lalu ia mengambil napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa gugup yang melanda.
"Sasuke-kun,"
"Hinata," ucap Sasuke dengan wajah memerah, dan napas tidak teratur.
Hinata semakin cemas pada keadaan Sasuke. Ia bahkan bisa merasakan keringat dingin di tangan Sasuke.
"Sasuke-kun, apa kau sakit?"
"Tidak," balas Sasuke cepat.
"Lalu kenapa wajahmu memerah," Hinata mendekat. "Badanmu juga panas." Hinata memengang dahi Sasuke.
"Ayo kita ke dokter," ajaknya menarik paksa Sasuke.
"Hinata, aku tidak sakit." bantah Sasuke.
"Tapi badanmu panas, kau juga mengeluarkan keringat dingin." Hinata menarik Sasuke lagi.
Sasuke tetap diam di tempat, ia melepas genggaman tangan Hinata sehingga membuat Hinata menoleh ke belakang.
"Sasuke," guman Hinata.
"Aku tidak sakit, sungguh." ujar Sasuke menyakinkan.
"Ta-tapi badanmu," ucap Hinata masih merasa khawatir.
Sasuke berjalan mendekati Hinata, ia mengambil tangan dan mengecup punggung tangan Hinata.
"Sa-Sasuke-kun." seru Hinata kaget dengan wajah memerah. Sasuke manarik kedua ujung bibir melihat wajah merona Hinata akibat perbuatannya.
"Hinata dengarkan aku dulu, oke." pinta Sasuke serius menatap Hinata.
Di tatap seperti itu, tak ayal membuat Hinata langsung mengangguk.
Sasuke tersenyum puas melihat sikap Hinata.
.
.
.
Sasuke menempelkan keningnya ke kening Hinata, ia lantas memejamkan mata.
Wajah Hinata semakin memerah, ia menggenggam erat bahu Sasuke.
"Sas-"
"Ssht..., diam." pinta Sasuke menempelkan jari telunjuk ke bibir Hinata. "Biarkan aku selesai bicara, mengerti!" ucap mendekat bibirnya ke bibir Hinata.
Hinata tetap diam, tak berani mengangguk, jika dia mengangguk bisa-bisa tanpa sengaja ia akan mencium bibir Sasuke dan itu akan sangat memalukan baginya.
"Be mine, forever." bisik Sasuke pelan-sangat pelan.
Apa?
Apa tadi yang Sasuke katakan?
Hinata mengerjapkan mata menatap bingung melihat Sasuke tersenyum bahagia.
"Sasuke-kun," jawab Hinata bingung. "A-aku-"
"Aku tahu, kau pasti bingung dan perlu waktu untuk menjawabnya." ujar Sasuke berusaha tenang.
Menjawab apa? Aku bahkan tidak mendengar apa yang kau katakan.!
"Aku juga tahu, mungkin ini terlalu mendadak untukmu. Tapi, aku akan menunggu sampai kau siap." ucap Sasuke serius.
Menunggu? Siap? Sebenarnya apa maksudmu, Sasuke?
Sasuke membelakangi Hinata, ia sungguh tak menyangka Hinata akan bersikap seperti itu? Tak memberikan jawabannya sekarang, sungguh membuatnya gundah. Berbagai pertanyaan muncul di benak Sasuke.
Apa menurut Hinata, diriku belum pantas menjadi seoarang suami? Apa Hinata belum siap menikah? Apa Hinata sudah tidak mencintaiku lagi? Apa Hirata sudah punya pria idaman lain? Pria idaman lain? Pikir Sasuke ngeri membayangkan itu terjadi.
"Sasuke-kun," panggil Hinata pelan.
"Apa maksudnya semua ini? Dan tadi apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarnya." ujar Hinata polos.
"Maksudnya?" Kini giliran Sasuke yang dibuat bingung.
"Tadi, saat Sasuke-kun berbisik padaku, aku tidak bisa mendengarnya. Maaf." sesal Hinata.
Apa?
Apa tadi yang Hinata katakan?
Dia tidak mendengarnya?
Jadi, sia-sia saja semua ucapanku?
Lucu, lucu sekali, Sasuke terkekeh geli menyadari sikapnya. Bagaimana bisa ia tidak menyadari kalau Hinata tidak mendengar ucapanya. Ia bahkan meracau tidak jelas dan membuat sang gadis kebingungan dengan sikapnya.
"Sasuke-kun," panggil Hinata sekali lagi.
Sasuke berdehem sebentar, ia tersenyum tipis. Setidaknya dengan kejadian tadi, itu membuatnya menjadi lebih santai dan tidak gugup lagi.
"Mau ya, menikah denganku. Hinata?" ucap Sasuke tersenyum tulus.
Hinata tersentak kaget, ia menutup mulut, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Sasuke.
"Sa-Sa-suke-kun," ucap Hinata terbata, air mata mengalir dipipi.
"Hinata," ucap Sasuke khawatir. "Kenapa kau mena-"
"Aku mau," ujar Hinata tersenyum bahagia. "Aku mau menikah denganmu, Sasuke-kun."
"Hinata," Sasuke tersenyum bahagia.
Sasuke menarik Hinata dalam pelukkannya. Ia memeluk erat dan mencium puncak kepala Hinata.
"Terimakasih, Terimakasih Hinata. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." ujar Sasuke menghirup aroma lavender dari tubuh Hinata.
"Aku juga sangat mencintaimu, Sasuke-kun."
Sasuke melepaskan pelukakannya, ia menatap Hinata penuh damba. Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata, Hinata memejamkan mata menyadari maksud Sasuke.
Sasuke mencium bibir Hinata. Sebuah ciuman lembut Sasuke berikan kepada Hinata sehingga Hinata bisa merasakan suara degup jantungnya yang kencang. Waktu seolah berhenti , segala yang Hinata pikirkan di benaknya langsung menghilang saat Sasuke memperdalam ciumannya.
Sasuke melumat bibir Hinata, menekan keras dan lidahnya membelai lembut bibir Hinata. Sasuke merapatkan tubuhnya ketubuh Hinata, tangannya memegang kepala Hinata dan menariknya untuk memperdalam ciumannya dan membuat tubuh Hinata terasa panas.
Hinata tidak sanggup berdiri ketika ciuman Sasuke semakin intens, lidah Sasuke menyelusuri rongga mulutnya dan lidah mereka membelit satu sama lain. Hinata menyerah, ia melingkarkan lengannya ke leher Sasuke dan membalas melumat bibir itu, menikmati ciuaman mereka.
"Sasuke," ucap Hinata disela ciuman.
"Hn," respon Sasuke tak acuh masih sibuk menikmati bibir ranum Hinata.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, Sasuke-kun."
"Aku tahu. "
Saat Sasuke hendak menciumnya lagi, Hinata menghentikannya dan berkata; "Aku harus pulang, Sasuke-kun. Ayah sedang menungguku." ucapnya memohon.
Mendengar nama ayah-calon mertuanya disebut tak ayal membuat Sasuke menghela napas jengkel, padahal ia masih ingin menghabiskan waktu bersama Hinata.
Menyebalkan, gerutu Sasuke.
"Baiklah, ayo kuantar kau pulang."
Untuk saat ini yang bisa Sasuke lakukan hanyalah menyerah dan menuruti kata-kata sang istri-calon istri tercinta.
Hinata tersenyum manis mendengar ajakkan Sasuke, ia menatap lembut Sasuke dan di balas dengan sebuah senyuman tipis oleh Sasuke. Sasuke memeluk bahu Hinata dan mengajak Hinata pulang bersama.
Senyum bahagia tak lepas dari kedua insan yang saling mencinta itu. Perjalanan mereka berdua ke kediaman Hyuuga di warnai canda dan tawa.
.
.
.
Chapter 1 End.
Terinspirasi dari komik sasuhina oneshot.
So, mind to review?
