Disclaimer : Harry Potter © J.K Rowling
Consort Of 'Dark Lord' © Back-Total yaoi addict
Rate : T to M.
Genre: Drama, Family.
Pairing : TMRHP.
Spoiler Warning : Semi-Canon, SLASH, MPREG, Don't like Don't read! Dalam fic ini semua Submissive mempunyai potensi untuk memiliki anak!
A/N : Chap. ini sudah di check & edited, artinya mungkin terdapat perubahan kata-kata tetapi tidak sampai merubah plot.
Please Enjoy It!
.
.
Consort Of 'Dark Lord'
.
.
"Italic&Bolt" = Parseltongue
.
Chapter 1!
~General POV~
"Dad bilang berhenti!"
Untuk kesekian kalinya Harry memberi peringatan kepada dua bocah laki-laki berumur 7 tahun dihadapanya. Meraka terus berlari dengan kicauan mereka yang tiada habisnya, well itu membuat Harry benar-benar pusing.
Mendengar perintah tersebut kedua bocah berumur 7 tahun berhenti, mengalihkan pandangannya kepada Harry. Anak laki-laki berambut hitam belah pinggir dan rapi menjawab dengan gelengan kepala, "Dad, aku tidak sabar bertemu Father."
Bocah itu mengambil jeda sesaat sebelum menengok kesamping memandang bocah berambut hitam berantakan yang identik seperti Harry, "Ayo, Abby."
Bocah berambut berantakan bernama Abby memandang kearah ayahnya, bingung mau menuruti ayahnya atau saudara kembarnya. "Maaf Dad," ujarnya kepada Harry sebelum akhirnya kembali berlari, "Christ, tunggu aku!".
"Christhoper, Abigael, tunggu! Kalian tidak bisa mengganggu rapat para Death Eather!"
Harry menepuk jidatnya, menghembuskan nafas panjang melihat kepergian dua putra kembarnya. Mereka berdua memang biang kerok, tunggu sampai dia benar-benar murka meraka berdua pasti akan menyesal.
Kalau saja saat ini Harry tidak sedang menggendong putrinya yang paling kecil- Ah jangan lupa dia juga sedang mengandung 5 bulan- demi janggut Merlin kondisinya saat ini membuatnya cepat lelah.
'My lil princess, Rossina, Kuharap kau tidak mengikuti kenakalan kakakmu, nak' batin Harry mencelos. Memandang putri kecilnya yang tidur dengan damai di pelukanya. Harry teringat kembali dengan masa lalu. Tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya bahwa ia akan membangun sebuah keluarga bersama musuh besarnya, Tom Marvolo Riddle, sang 'Dark Lord Vorldemort'.
Siapa sangka rasa kebencian dan permusuhan antara 'THE-BOYS-WHO-LIVE' dan 'Dark Lord Voldemort' akhirnya sirna, kini mereka adalah sepasang consort dan hidup bahagia hingga belasan tahun. Tidak pelak kebahagiaan mereka dikaruniai 3 anak laki-laki, 2 anak perempuan, dan satu lagi yang sebentar lagi akan hadir untuk menyapa dunia.
Tersadar dari lamunannya Harry teringat akan suatu hal. "Hobbit," panggilnya.
Bunyi 'POP' nyaring mengiringi kemunculan seorang peri rumah di Riddle Manor.
"Master Harry Potter-Riddel memanggil Hobbit, Sir?"
"Yes, Hobbit. Bisa kau siapkan makan malam untuk kami."
"Tentu saja, Master Harry Potter-Riddle, Sir. Semuanya akan Hobbit siapkan, Sir."
Peri rumah bernama Hobbit menunduk serendah mungkin sebelum bunyi 'POP' nyaring kembali terdengar mengiringi kepergiannya.
Di dalam aula besar Riddle Manor, Tom Marvolo Riddle melakukan pertemuan dengan para Death Eather sesaat setelah kepulangannya dari Bulgaria. Namun, di tengah pertemuan tiba-tiba pintu aula tersebut menjeblak terbuka lebar.
"FATHER!"
Teriakan Christ dan Abigael membuat semua penghuni aula besar mengalihkan pandangan ke arah mereka berdua. Kedua bocah tersebut tanpa ragu berlari kedalam dan menghempaskan diri pada sosok yang dengan penuh karisma duduk di kursi paling agung. Mereka berdua tidak peduli sama sekali kalau perbuatan mereka mengganggu jalannya pertemuan yang berlangsung.
Kening Tom berkedut memandang kedua putranya. Kalau saja pengganggu tersebut bukan darah dagingnya sendiri, maka tidak diragukan lagi sebuah kutukan Cruciatus pasti terlontar dari mulutnya.
"Hello, sons. Bagaimana kabar kalian? Ku harap kalian berdua tidak membuat Daddy kalian repot."
"Tentu tidak, Father," sergah Christoper penuh keyakinan.
"Christ berbohong, Father. Christ membuat Daddy marah pagi tadi," bisik Abigael pada ayahnya.
"Apa katamu, Abby? Aku tidak bohong!"
"Kau bohong!"
"Tidak!"
"Iya!"
"Tidaaaak!"
"Iyaaaaaaaa!"
Berisik. Sangat mengganggu. Itu yang ada dipikiran Tom saat ini.
"Sudah cukup! Kalau kalian tidak bisa berhenti membuat keributan lebih baik kalian keluar!"
Tom menghantamkan tanganya keatas meja. Pandanganya kesal kepada dua putranya. Oh ayolah, ini Inner Circle jangan buat ia malu.
Death Eather lain hanya terpaku. Yeah, memang pada dasarnya tidak ada satupun yang berani bicara sebelum Dark Lord memberi insyarat.
Harry membuka pintu aula besar dan mendapati dirinya dipandangi oleh semua orang yang berada didalam aula. "Err.. Well, Sorry," ucap Harry gugup. Ia merasa tidak nyaman berada di dalam Inner Circle meskipun belasan tahun berlalu. Statusnya yang bersanding di sisi Tom tidak lantas membuatnya cepat akrab dengan yang lain, hanya beberapa yang ia anggap cocok.
"Harry," panggil Tom kepada pemuda pemilik mata berwarna Jade. Tanpa sadar bibirnya tersenyum tipis. Harry membalasnya juga dengan senyuman, "Maafkan mereka Tom, karna telah mengganggu pertemuan."
"Tidak masalah. Siapa yang bisa menghentikan meraka," jawab Tom.
"Aku akan membawa mereka sekarang," Harry mengajak kedua anaknya untuk pergi.
"Tapi, Dad.. Aku mau disini," sergah Christ memohon.
"Mmm, aku juga mau disini dad," balas Abby.
"Tidak apa, biarkan mereka disini," ujar Tom. Kedua putranya kontan mengangguk setuju.
"Jangan, My Lord. Aku tidak bisa membiarkan mereka berdua mengganggu jalannya pertemuan," bujuk Harry.
Sejak kepergiannya ke Bulgaria selama seminggu Tom dapat melihat suatu kerinduan dari sorot mata Harry. Ya, kerinduan yang juga dirasakan olehnya.
"Baiklah. Twins, bisa kalian tunggu di 'Secret Chamber'? Father akan menyusul kalian setelah pertemuan ini selesai."
Tom menepuk kepala dua putranya dengan lembut, tetapi dari matanya Tom memberikan perintah untuk tidak dibantah.
Kedua putranya akhirnya mengangguk setuju, walau beberapa detik mereka memang ingin menbantah. Tapi, well, siapa yang berani membantah ayah mereka.
"Kalau begitu kami pergi, My Lord," Harry berkata seraya menundukan kepala dengan hormat sebelum pergi meninggalkan Aula. Dan tentu saja kedua putranya mengikuti tepat dibelakangnya.
Selepas kepergian Harry dan anak-anaknya, Tom kembali fokus kepada pertemuan yang berlangsung. Mimik wajahnya pun kembali penuh dengan keangkuhan seperti layaknya seorang 'Dark Lord'.
Di tengah perjalanan menuju 'Secret Chamber', seorang gadis muda dengan usia berkisar 12 tahun memanggil Harry.
"Dad," gadis itu berkata dengan suaranya yang sangat lembut.
"Ya, Isabell?" Harry memandang gadis muda dihadapannya. Meskipun usiannya baru 12 tahun, dia begitu cantik. Rambut hitamnya panjang bergelombang dan tergerai anggun, yakinlah siapapun yang melihatnya pasti akan menganggapnya seorang malaikat. Ia sendiri masih tidak percaya kalau dirinyalah yang telah melahirkan seorang putri secantik ini. Mungkin semua orang juga tidak akan percaya kalau mereka tidak melihat warna mata Isabell, satu-satunya warisan Harry hanyalah mata emerald miliknya.
"Ada apa dengan mereka berdua Dad?" Isabell menunjuk kedua adik kembarnya yang terlihat lesu. "Jangan katakan kalau mereka membuat onar lagi," tambahnya sarkastis.
"Tidak sampai membat onar. Mereka hanya menerobos masuk keaula besar"
Isabell memandang kedua adiknya tidak percaya. Keturunan 'Dark Lord' tidak seharusnya bertingkah memalukan seperti itu, apalagi ditengah-tengah inner circle. Walaupun Keluarga mereka adalah 'Dark Wizard' tapi mereka terhormat dan penuh sopan santun.
Isabell mencubit gemas pipi kedua adiknya membuat mereka berdua meringis kesakitan, "Christhoper Tom Riddle, Abigael Tom Riddle, kuharap kalian tidak akan mengulangi hal itu lagi. Atau aku tidak akan memberikan 'New Fire Bolt 4' yang Father belikan untuk kalian."
~Harry POV~
Kulihat Christ dan Abby terbelalak begitu Isabell mengatakan bahwa ayah mereka membawa hadiah berupa 'New Fire Bolt 4', sapu tercepat saat ini.
"Yes, but not if you both make some noise again."
Tanpa berpikir panjang kulihat mereka berdua menganggukan kepala pertanda mengerti yang dikatakan oleh kakak mereka. Tapi yah, aku tidak yakin mereka tidak akan membuat keributan lagi. Karena memang begitulah Christ & Abby, berjanji untuk apapun asal semua keinginan mereka terkabulkan.
Aku hanya bisa mengelus dada melihat tingkah Christ dan Abby, "Oke, tapi berikan benda itu setelah makan malam Bell."
"Yes, Dad. Tentu saja"
Kamipun kembali berjalan menuju 'Secret Chamber'. Dari sudut mata aku bisa melihat Christ & Abby sudah sibuk dengan percakapan mereka mengenai sapu barunya. Sementara Isabell berjalan dengan tenang tepat disampingku.
Tidak lama kamipun tiba di muka pintu berwarna hitam pekat dengan 7 segel berbentuk ular berwarna hijau yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Inilah pintu masuk menuju 'Secret Chamber'. Sihir hitam milik Tom yang sangat kuat bisa kurasakan dari pintu tersebut.
" Hanya kami para parsel mouth yang diijinkan masuk 'Secret Chamber'"
Isabell berdesis untuk membuka pintu 'Secret Chamber'. Sedetik kemudian segel berbentuk ular berwarna hijau yang saling berhubungan bergerak menjauhi satu sama lainnya. 'Key Word' memasuki 'Secret Chamber' Tom sendiri yang merancangnya. Itu juga merupakan salah satu cara Tom untuk menjaga keamanan 'Secret Chamber' dari pihak luar, selain menggunakan sihir hitam.
"My old sis, Isabell.. Lain kali biarkan aku yang mengatakan 'Key Word' nya, okey!" Christ memandang Isabell dengan jengkel.
Isabell menggelengkan kepalanya, adiknya yang satu itu memang selalu ribut tentang ini dan itu. "Baiklah, next Time kau yang mengatakannya."
Christ masih terlihat kesal saat dia memasuki 'Secret Chamber', sedangkan Abby hanya memutar bola matanya melihat tingkah saudara kembarnya. sedangkan aku sendiri hanya bisa menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya.
~General POV~
Harry memasuki 'Secret Chamber' setelah ketiga anaknya masuk terlebih dahulu. Sesampainya didalam mereka disuguhi oleh indahnya tata ruang dan arsitektur 'Secret Chamber'. Ruangan tersebut sangat luas dan begitu berkelas. Dinding dan plafon berwarna sky blue membuat suasana menjadi hidup.. ( Yeah, benar-benar tidak seperti image seorang 'Dark Lord' memang). Lantai-lantai batu yang dingin dialasi dengan karpet tebal berwarna dark blue. Lalu di sudut ruangan dihiasi oleh kelambu-kelambu berwarna merah dan hijau, warna kebanggaan asrama Gryffindor & Slytherin. Ditengah ruangan terdapat sofa-sofa empuk berwarna merah yang berhadapan tidak jauh dengan perapian. Sedangkan di sudut kiri dan kanan ruangan terdapat anak tangga yang mengarah kelantai atas.
Karena Riddle Manor sering dijadikan tempat berkumpulnya para Death Eather, maka Tom memutuskan untuk membuat 'Secret Chamber' yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan pribadi untuk keluarga kecilnya. 'Secret Chamber' dibuat khusus oleh Tom dengan bermacam-macam fasilitas yang multi fungsi. Ruangan itu juga aman dan terlindungi oleh sihir-sihir kuat milik Tom. Bisa dikatakan 'Secret Chamber' merupakan ruang serba guna bagi keluarga Riddle. Yeah, tidak ada bedanya seperti sebuah rumah di dalam rumah.
Harry mengambil bantal kecil yang tidak jauh dari sana dan meniduri purti kecilnya di permadani berbulu tepat dihadapan sofa-sofa yang tidak jauh dari perapian. Setelah menyelimuti putrinya Harry beralih kearah putra kembarnya yang entah sejak kapan sudah bergulat dengan Nagini, ular besar piaraan ayah mereka, Tom.
Harry berkacak pinggang dan mengeleng-gelengkan kepalanya, "Christ.. Abby.. Jangan mengganggu Nagini! Dan jangan buat keributan, okey.. Daddy tidak mau kalian berdua membuat Rossy terbangun."
"Yes, Daddy," kata Christ dan Abby bersamaan. Mereka memutuskan menurut pada ayahnya, sebelum ayah mereka marah dan menyita 'New Fire Bolt 4' idaman mereka.
Christoper dan Abigael pun berhenti bergulat dengan ular piaraan ayah mereka dan memilih untuk membaca majalah sihir edisi 'Quiddicth Champion' sambil merebahkan diri disamping adik perempuan mereka yang sedang nyenyak.
Sementara Isabell tidak perlu ditanyakan lagi, begitu masuk kedalam 'Secret Chamber' dia langsung membaca buku 'Dark Art' miliknya sambil duduk di permadani berbulu dan bersandar pada salah sau sofa. Permadani berbulu tersebut memang salah satu SPOT yang paling nyaman diruangan itu mengingat posisinya yang begitu strategis tidak jauh dari perapian dan memungkinkan untuk melihat ke seluruh sudut ruangan di lantai satu.
Bunyi 'POP' nyaring mengalihkan perhatian Harry. "Master Harry Potter-Riddle, sir. Hidangan makan malam sudah Hobbit siapakan, sir. Apa masih ada yang Master butuhkan, sir?"
"Tidak, Hobbit. Itu sudah cukup. Kau boleh pergi sekarang," jawab Harry ramah. Hanya Harry, satu-satunya orang yang berlaku sangat ramah pada seorang House Elf. Sikap yang seperti itu terkadang membuat para Death Eather, pengikut suaminya, tidak habis pikir mengingat dirinya yang mempunyai status Consort of The Dark Lord.
"Kalau begitu Hobbit permisi Master Harry Potter-Riddle, sir," peri rumah tersebut menunduk serendah mungkin sebelum bunyi 'POP' kembali menggiring kepergianya.
Tepat setelah kepergian Hobbit, Harry mendengar derit pintu 'Secret Chamber'. Tak lama masuklah Tom dan seorang pemuda berumur 15 tahun yang begitu mirip dengan Harry semasa dia remaja dulu bedanya pemuda itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Harry. Pemuda itu juga lebih menjurus ke tampan & gagah dibandingkan dengan Harry yang mempunyai postur tubuh agak feminim.
...
~TO BE CONTINUE~
...
A/N: Ummp.. Dikit ya...? Emang dikit.. Hahahaa#PLAKK.. Masih rada canggung buat Fic Harpot, kayaknya ceritanya rada gimana gitu? Back sendiri merasa rada.. Aneh! Hahahaa.. yang penting minta pendapat para reader dulu deh..
Thanks For Reading
Please,
R
E
V
I
E
W
^_^ THANKS A LOT ^_^
