Disclaimer: Hidekaz Himaruya untuk semua chara APH dan Twilight saga milik Stephenie Meyer
Rating: T
Sinopsis : Berwald cemburu akan kehadiran orang ketiga di kehidupannya sehingga ia berkonsultasi dengan Francis tentang apa yang harus dilakukannya.
Note: untuk 5 chapter ini, saya akan menulis fic berdasarkan fic di akun lama saya (karena mereka perlu edit secara total). Fic ini berdasarkan dari fic lama saya yang berjudul Twilight of Sweden
CHAPTER 1
Twiight Saga Romance
Setiap Eduard datang ke rumah Tiina, Berwald hanya bisa menatap mereka berdua dengan tatapan miris. Bukan sembarang tatapan miris tetapi sekaligus tatapan cemburu karena Eduard setiap hari makin lengket dengan Tiina dan Tiina tampaknya malah senang jika harus berdekatan dengan Eduard, tanpa adanya rasa takut. Berbeda jika Tiina yang berdekatan dengan Berwald, gadis itu langsung lari terbirit-birit seperti dikejar tikus hutan. Dalam hati Berwald merasa tersisih karena diam-diam ia mencintai Tiina, tetapi ia tidak pernah berani mengatakannya pada Tiina. Takut gadis itu menolaknya habis-habisan.
"Ber!" panggil Tiina dan mengayun-ayunkan tangannya ke hadapan Berwald. "Ada masalah? Wajahmu terlihat pucat sekali?"
Bagus, Tiina menanyakan keadaannya. Tidak mungkin bukan jika ia mengatakan bahwa sebenarnya ia sangat cemburu pada pemuda Estonia yang sama sekali bukan tandingannya. Toh ia adalah pria dewasa yang sudah matang serta banyak digila-gilai oleh wanita. Mengatakan bahwa ia mencintai Tiina sama saja mempermalukan harga dirinya.
"Hm—menurutmu aku bagaimana?" tiba-tiba Berwald berkata dan menatap Tiina dari atas ke bawah.
Tiina memasang wajah poker face, tidak seperti biasanya. "Bagaimana apanya, Ber? Tingkahmu aneh sejak kemarin sore?"
Sial, rutuk Berwald dalam hati. Mengapa ia salah bicara dalam keadaan seperti ini? Ya ampun, ia mempermalukan dirinya sendiri kalau begitu. Benar-benar keterlaluan, pasti Tiina sedang menertawakannya sekarang.
"Bagaimana dengan Eduard?" tanya Berwald dingin. "Kemarin berbuat apa?"
Kemarin berbuat apa—kayak lagunya Yolanda saja deh, batin Tiina dalam hati. Sejak kapan Berwald menjadi Sahabat Kangen. "Apanya yang berbuat apa? Aku dan Eduard hanya teman. Kemarin kami membicarakan mengenai rancangan rapat karena kami berdua ketua rapat acara."
"Menurutmu dia romantis?" tanya Berwald dengan nada lambat ditambah dengan death glare maut yang biasanya sukses membuat gadis-gadis ketakutan. "Jawab aku!"
Tiina ketakutan dan menjauh tiga meter dari Berwald, takut-takut jika pria itu menerkamnya lalu memakannya hidup-hidup. "E—ei, menurutku ia biasa-biasa saja. Menurutku dia tidak begitu romantis," jawabnya gemetaran. "D—dan mengapa Ber bertanya hal semacam ini?"
Berwald membalikkan badannya dan mencerna perkataan Tiina sedikit demi sedikit. Jangan-jangan Tiina lebih betah untuk mengobrol bersama Eduard dibandingkan dengan dirinya karena ia terlau kaku dan sulit bicara. Ditambah ia sama sekali bukan tipe pria romantis.
Mungkin suatu saat jika ia menyatakan perasaannya, Tiina akan menolaknya habis-habisan dan menatap Berwald dengan tatapan ngeri. Bisa jadi begitu, yeah. Dan sebelum itu terjadi, ia akan pergi berkonsultasi pada Francis Bonnefoy, sang ahli percintaan yang dikenal manjur sekaligus berbahaya. Siapa tahu, ia mendapatkan ide bagus bagaimana cara menaklukkan gadis polos seperti Tiina. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Berwald jika ia punya strategi yang pas untuk melakukannya.
.
.
.
"Hola! Senor, tumben datang ke tempat kami nongkrong!" seru Antonio bersemangat. "Ada perlu dengan Francis ya?"
Oke, sepertinya ia salah tempat. Niatnya hanya ingin bertemu dengan Francis, tetapi mengapa ia juga bertemu si maniak tomat yang tukang bikin masalah ini. Apa dosa dan salahnya sehingga ia harus bertemu dengan manusia yang tukang membuat masalah. Baru-baru Matthias berkata bahwa Antonio dan beberapa temannya membuat masalah di bar miliknya. Mudah-mudahan saja tidak terjadi masalah dan dengar-dengar Antonio adalah pedo. Jika gosip itu benar, ia tidak akan membiarkan Tiina berdekatan dengan Antonio, tentu saja.
"Hm, mana Bonnefoy?" tanya Berwald tanpa tedeng aling-aling. "Aku ada perlu sebentar."
Antonio menatap Berwald dengan tatapan heran. Sejak kapan pria seram ini ingin bertemu dengan Francis. Jangan-jangan Berwald...
Belum selesai ia berpikir, tiba-tiba Francis datang dengan elegannya dan memeluk Antonio erat hingga pria itu kehabisan nafas. Pria mesum itu sepertinya tidak sadar bahwa Berwald ada di ruangannya hingga Berwald mencolek bahunya beberapa kali.
"AAH—mon cher, monsieur Oxenstierna!" sapa Francis genit dan langsung mendekati Berwald sehingga membuat Berwald jijik dan memelototi pria genit yang berada di depannya. Ia harus hati-hati karena salah sedikit, bisa menjadi korban raepnya.
"Aku ingin berkonsultasi sesuatu," jawab Berwald dengan wajah merah padam. "Jangan tertawa!"
Antonio tersenyum jahil pada Berwald dan bersiul-siul sehingga Berwald tambah malu mendengarnya. Dengan kasar ia menyeret Francis ke suatu tempat dimana Antonio tidak dapat mendengarnya. Setelah Antonio pamit pulang, ia dapat lebih lenggang untuk berbicara satu sama lainnya.
"Jadi, apa yang mau monsieur Oxenstierna konsultasikan?" tanya Francis dengan nada genit. "Masalah cinta, tentu saja. Memangnya apa lagi masalah setiap orang kalau bukan masalah cinta."
Sok tahu, batin Berwald jengkel. Ia datang ke sini karena ia benar-benar ingin berkonsultasi, bukannya mendengar ocehan Francis yang tidak jelas ujung pangkalnya seperti ini.
Kukutuk kau jadi impoten, bodoh. Jika kau masih coba-coba bermain-main denganku.
"Aku ingin berkonsultasi, bodoh!" bentak Berwald jengkel dan menatap Francis setajam silet. Francis langsung ketakutan dan bersikap like a boss. Untunglah Francis segera sadar dan langsung memperbaiki sikapnya. Berwald menceritakan semua kendalanya mengapa ia datang ke tempat Francis serta masalah yang dihadapi oleh Berwald dalam menaklukkan Tiina. Butuh waktu lima jam untuk menyelesaikan semua ceritanya karena Berwald merupakan orang yang berbicara lambat.
Francis tidak merasa kasihan dengan apa yang dialami Berwald, malah ia tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Berwald. Menurutnya masalah yang dialami Berwald merupakan masalah sepele bagi orang yang sedang kasmaran.
"Diam," Berwald berkata dengan singkat, padat dan tidak jelas. "Itu bukan sesuatu yang lucu."
Tawa Francis bukannya semakin berhenti, melainkan semakin jadi dan membuat Berwald bersiap-siap untuk menghajar Francis. "Jadi begitu masalahnya. Ada baiknya monsieur Berwald mulai membaca Twilight saga. Itu merupakan panduan romantis bagi pria karena wanita jaman sekarang ingin sekali dirayu ala Edward Cullen. "
Twilight saga? Yang benar saja, buat apa harus membaca buku semacam itu. Demi Tuhan, apa bagusnya vampir yang berkilat-kilat di siang hari. Membaca hal semacam itu hanya mempermalukan dirinya sendiri. Lebih baik ia gombal ala sastrawan ternama jaman dahulu.
"Buat apaan?" Berwald balik bertanya.
France terkikik dan memukul bahu Berwald pelan. "Twilight saga memiliki kutipan romantis yang membuat wanita manapun meleleh. Sekaligus gaya berpacaran romantis ala Edward Cullen," jawab Francis semangat. "Jika dipraktekkan maka bisa membuat sang gadis meleleh."
"Ada jaminan berhasil tidak?" tanya Berwald curiga. Jangan-jangan ia sedang ditipu oleh pria mesum ini. Mana mungkin gadis bisa meleleh hanya karena rayuan ala Edward Cullen. Hanya gadis ababil saja yang bisa termakan rayuan semacam itu. Menyesal ia datang ke tempat semacam ini. Lebih baik ia tidur di rumah atau merencanakan sesuatu untuk meniduri Tiina.
"Seratus persen dijamin berhasil," kata Francis dengan nada penuh kebanggan. "Lihat saja sahabatku Antonio yang dulu putus asa karena Lovina. Karena Twilight saga, Lovina tergila-gila dengan Antonio. Dan juga masih banyak yang lainnya."
Antonio berhasil memikat Lovina? Bukankah beberapa hari yang lalu ia melihat mereka berdua sedang bertengkar. Tetapi jika dipikir-pikir ulang, mungkin ada benarnya juga. Lebih baik ia membeli satu buku Twilight saga dan mempraktekkannya pada Tiina. Siapa tahu saja, Tiina langsung luluh. Tiina kan masih anak-anak, pasti ia lebih mudah merayunya.
.
.
.
"Bagaimana jika seekor singa jatuh cinta pada domba?" tanya Berwald dengan nada gugup. Sekujur wajahnya merah padam seperti terbakar sehingga matanya ikut berubah menjadi menyeramkan. Jauh lebih menyeramkan dibandingkan dalam keadaan biasanya. "Jika itu kamu?"
Tiina yang sedang membaca majalah fashion langsung ngeri melihat Berwald yang seperti itu. Belakangan ini banyak pria yang bertingkah aneh-aneh dan ia kira hanya teman sebayanya saja yang seperti itu. Tetapi Berwald juga.
"Hei, Ber ngomong apaan sih, moi?" Tiina bertanya dengan nada kesal dan memegang wajah Berwald mulai dari pipi, dahi dan dagu. Siapa tahu Berwald diracuni orang hingga bertingkah seperti ini. "Aku tidak mengerti apa maksudnya!"
Berwald tidak mempedulikan apa kata Tiina dan terus mengucapkan sesuatu yang diingat-ingatnya dari Twilight saga. Dua hari ini, ia sibuk membaca Twilight saga dan mencari-cari kalimat romantis mana yang bisa dipraktekkan ke Tiina. Menahan derita dan muntah, itu semua demi Tiina. Tetapi mengapa Tiina tidak tertarik sama sekali dengan rayuannya.
Ia akan mencoba kata-kata ini dan siapa tahu ia akan berhasil dan tidak gagal.
"Jika aku bermimpi, itu pasti tentangmu."
Tiina tersedak dan berusaha menahan muntahnya. Kini giliran Tiina yang wajahnya merah padam. Sejak kapan Berwald jadi raja gombal seperti ini. Jelas-jelas ada sesuatu di dalam diri Berwald. Seingat Tiina, Berwald bukan tipe orang yang mau bergombal-gombal ria. Bahkan untuk berkata sesuatu saja, terdengar aneh di telinganya.
"Ano, Ber. Kau sedang tidak mabuk, bukan?" gadis Finlandia itu bertanya untuk memastikan. "Jika kau mabuk, sebaiknya beristirahat dulu."
Berwald memeluk Tiina dengan tiba-tiba sehingga gadis itu terkejut setengah mati. "Aku serius. You're brand of my heroin," ucapnya lembut dan menatap Tiina dengan tatapan penuh damba.
Tiina membeku, apa ini yang namanya mimpi siang bolong. Ia memukul-mukul kepalanya sendiri untuk memastikan dan rupanya bukan mimpi. Pelan ia melepaskan diri dari Berwald dan meninggalkan Berwald dengan perasaan kesal sekaligus bingung. Bisa-bisanya Berwald bertingkah aneh-aneh terhadapnya, menyebalkan.
—00—
"Tiina, mi amor," rayu Antonio lembut dan memberi mawar putih pada Tiina, mawar yang ia curi dari rumah orang. "Mengapa murung? Bertengkar dengan senor Berwald ya?"
Mendengar nama Berwald disebut-sebut di telinganya, hati Tiina menjadi panas dan marah. Ia marah bukan karena Berwald berselingkuh di belakangnya, melainkan karena tingkah aneh Berwald yang sangat keterlaluan dan menjijikan. Tingkah yang menurutnya tidak pantas dilakukan oleh seorang om-om.
"Ber sangat aneh, moi. Dia tiba-tiba pandai merayu!" gerutu Tiina jengkel. "Jangan-jangan Ber ada selingkuhan lain."
Francis menatap Tiina dengan tatapan serius. "Dia tidak mungkin selingkuh, aku berani jamin."
"Apanya yang nggak mungkin!" seru Tiina dengan penuh kengototan. "Ia mengatakan aku adalah heroinnya. Bukannya kata-kata semacam itu terlalu aneh didengar!"
Francis dan Antonio terbahak-bahak seperti orang gila. "Ya ampun, itu kan kutipan dari novel Twilight. Novel romantis yang saat ini sedang digila-gilai oleh kalangan gadis-gadis yang mendambakan pria romantis. Masa kamu tidak tahu sih?"
"E—eh, apa maksudnya?" Tiina malah balik bertanya pada Antonio dan Francis, yang membuat tawa mereka berdua semakin meledak. Ia tahu mengenai novel Twiight tetapi ia sama sekali tidak pernah membacanya sedikitpun. Ia pernah mendengar desas-desus mengenai novel tersebut dan tidak tertarik untuk membacanya. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Berwald mau repot-repot membaca novel itu.
"Suamimu datang ke tempatku. Katanya gadis yang dicintainya sering bermain dengan teman kecilnya, jadi ia merasa cemburu dan minta tips percintaan padaku supaya bisa menarik gadisnya kembali," ujar Francis seperti ahli percintaan. "Ya sudah, lebih baik saya bilang padanya untuk membaca Twilight saga karena konten cerita itu sangat romantis dan bisa merekatkan keduanya. Karena hatiku terenyuh setiap membaca halaman demi halaman cerita Twilight saga."
Tiina tersenyum miris. Bukan Berwald yang salah, melainkan dirinya sendiri yang sudah membuat Berwald kebingungan setengah mati. Ia merasa malu sekarang dan menyesal mengapa ia bersikap kurang menyenangkan terhadap Berwald padahal Berwald berusaha menyenangkannya. Ia merasa senang Berwald berusaha bersikap romantis untuknya sekalipun itu sangat tidak cocok dengan sikapnya sendiri.
Dan itu cukup menyadarkan Tiina bagaimana sosok Berwald yang sebenarnya. Ia sudah lama mencintai Berwald tetapi tidak cukup mengenalnya karena sosok pria itu yang terlalu dingin. Mengerti bahwa Berwald ternyata rela melakukan apa saja demi gadis yang dicintainya, yaitu dirinya.
.
.
.
Sementara itu, Berwald merenung di sofa dengan perasaan galau. Rencana untuk menarik perhatian Tiina gagal total. Tiina marah dan kabur dari rumah. Mengira bahwa membeli buku Twilight dan semacamnya akan melekatkan mereka berdua, ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Setelah melancarkan rayuan-rayuan tersebut, Tiina justru menjadi kesal dan jengkel.
Lebih baik ia pasrah saja jika Eduard terus mendekati Tiina-nya. Ia bukan tipe orang yang cocok menjadi seperti Eduard Cullen dan siapapun itu namanya. Pengorbanannya membaca Twilight saga sepertinya sia-sia.
"Berr—maafkan aku."
Berwald mendongak dan Tiina berada di depannya, mengelus kepalanya dengan lembut. Tersenyum manis kepadanya. "Tiina, bukankah kau?"
"Maafkan aku," gumam Tiina. "Aku mengerti sekarang mengapa Ber kemarin berkata seperti itu padaku. Aku tidak bermaksud membuat Ber merasa sedih. Hanya saja aku mencintai Ber yang biasanya. Ber yang tajam dan menakutkan, bukan Ber yang romantis dadakan seperti laki-laki gombal yang ada di sekolahku."
Berwald tersenyum puas mendengar perkataan Tiina dan mengunci bibir Tiina dengan bibirnya hingga Tiina kehabisan nafas karenanya. Ia tidak membutuhkan kisah romantis semacam itu karena ia mempunyai kisah romantisnya sendiri yang jauh lebih menggairahkan.
"Ber, apa ini juga bagian dari kisah Twilight?" Tiina bertanya dengan nada lemah.
Sampai kapanpun, Berwald tidak akan pernah memahami apa itu Twiight saga. Apalagi ia tidak akan mungkin menang dari Edward Cullen atau siapapun itu namanya karena ia dan Edward adalah pribadi yang berbeda.
"Aku akan membawamu ke kamar," desis Berwald dingin sekaligus menggoda. "Kita akan bersenang-senang di sana."
Tiina memekik kecil dan Berwald menganggapnya adalah pekikan persetujuan. Dengan langkah tegap sekaligus gembira ia membawa Tiina ke kamar untuk memadu kasih. Ia harus berterima kasih kepada Francis yang telah membantunya sekalipun ulahnya ini membuat masalah. Jika tidak bermasalah, Tiina tidak mungkin mengakui cintanya.
Begitu juga dengan Berwald.
FIN
a/n ada baiknya anda tebak siapa saya (I won't tell~) dan ini merupakan kumpulan fic oneshot Su x femFin. Untuk sementara aku edit semua fic dari akun lama, saya editnya secara total kok. Coba bandingkan saja, pasti beda penulisannya. Ntar kalau sempat, saya akan hapus fic saya di akun sebelumnya (dengan catatan sudah saya edit semuanya). Untuk 5 chapter ini, rate T yang saya utamakan XD Mohon pengertiannya. Review please, no flame~
