Main Character :
Neji Hyuga & Tenten
Genre : T
Disclaimer :
Naruto belongs to Kishimoto
Prolog
Tenten usia 15 tahun. Baru saja pindah dari Tokyo ke Osaka karena pekerjaan kedua orang tuanya. Keduanya bekerja sebagai Arsitek dan Sipil. Tenten juga anak yang pandai dan tidak kalah kerennya dengan kedua orang tuanya. Sekarang ia sedang melihat-lihat sekolahnya di Osaka nanti.
Tenten POV
"Ayo, Tenten. Akan kuantar kau melihat kelasmu." Tsunade-san yang mengantarku berkeliling? Apa tidak apa-apa diantar oleh kepala sekolah seperti ini?
"Ano…Tsunade-san, boleh aku tahu seperti apa wali kelasku nanti?" Aku ingin tahu lebih banyak lagi tentang sekolah ini.
"Bagaimana ya?Hmm…kau lihat saja nanti. Sebentar lagi kita akan sampai." Anda membuatku semakin penasaran saja. Aku terus mengikutinya sambil melihat ke kanan dan ke kiri.
"Ini dia kelasmu. Kebetulan yang sedang menagajar sekarang bukan wali kelasmu. Itu Yamato Sensei, dia mengajar Biologi."
Jadi seperti ini pelajarannya…
"Tsunade-san, boleh kutahu siapa yang ada di peringkat 1 ketika penerimaan murid baru?" Kami berjalan lagi menyusuri lorong sekolah.
"Kalau tidak salah, Neji, Hyuga Neji. Sepertinya kalian sekelas."
"Oh…" Baiklah aku akan mengalahkanmu, Hyuga.
Hari 1 sekolah, jam wali
"Anak-anak hari ini ada murid baru yang datang. Masuklah."
Aku melangkah perlahan memasuki kelas baruku. Aku melihat ke arah guru aneh yang menyuruhku masuk tadi.
"Aku Might Guy, wali kelasmu!" ia mengacungkan jempolnya dan tersenyum dengan anehnya. Jadi orang ini yang jadi wali kelasku? Ya ampun…
"Nah…perkenalkan dirimu." Guy Sensei masih tersenyum dengan anehnya.
"Ohayo gozaimasu! Aku Tenten, asal Tokyo. Usia 15 tahun, hobiku senjata. Mohon bantuannya." Aku menundukkan kepalaku. Kurasa mereka agak terkejut dengan hobiku itu.
"Baiklah, Tenten! Kau duduk di sana!" Tangan Guy Sensei menunjuk ke sebuah bangku kosong dekat jendela, di sebelah perempuan. Syukurlah bukan laki-laki. Ngomong-ngomong, kelas ini perempuannya hanya dia dan aku ya? Laki-lakinya banyak sekali.
Aku berjalan menuju tempat dudukku. Semua anak melihatku. Ada apa sih? Belum pernah lihat murid baru?
Aku duduk di kursiku. Aku melihat ke arah anak perempuan di sebelahku. Cuek sekali.
"Hey, boleh kutahu siapa namamu?" aku menoleh ke arahnya. Dia menoleh ke arahku, cantiknya.
"Hyuga Neji, salam kenal." Oh, jadi dia si nomor 1 itu? Perempuan dengan suara laki-laki? Tunggu suara laki-laki? Dia laki-laki?! Lalu, anak perempuannya?
"Sa-salam kenal. Anu, anak perempuannya mana?" Kalau dia laki-laki, tidak ada lagi perempuan dalam kelas ini? Aku pasti salah, tidak mungkin hanya aku kan?
"Maaf, kau satu-satunya perempuan di sekolah ini."
Satu-satunya? Kau bercanda! Okaasan tidak mungkin memasukkanku ke sekolah laki-laki seperti ini, pasti masih ada anak perempuan selain aku. "A-apa kau yakin dengan jawabanmu tadi?"
"Tentu saja. Sekolah ini 99% muridnya laki-laki." Ia tersenyum mengejek.
Aku hanya diam seribu bahasa. Aku tak percaya ini. Bukankah ini sekolah umum? Tapi kenapa hanya ada laki-laki? Okaasan, apa yang kau lakukan padaku?! Sudahlah, ini bukan saatnya mengeluh. Aku harus tahu kenapa tidak ada murid perempuan selain aku.
"Ini sekolah umum, tapi kenapa tidak ada murid perempuan? Apa yang terjadi?"
"Sekolah umum? Kau bercanda. Ini sekolah laki-laki." Ia mengejekku lagi. Tunggu, dia bilang sekolah laki-laki? Tapi, Kaasan bilang…
"Berhentilah tersenyum aneh seperti itu." Aku melihat Neji yang masih tersenyum geli dengan kata-kataku tadi.
"Ma-maaf, kau bodoh sekali sih." Bodoh? Kau bilang aku bodoh? Lihat saja nanti, kubuat kau menarik kembali ucapanmu. Sekarang ini aku tak bisa apa-apa. Dikepung oleh segerombolan serigala yang aneh di sarang mereka, dan aku ini domba yang sudah terpojok yang sudah tak punya harapan untuk selamat lagi.
Aku menghela napas dan mengeluarkan catatanku. Sudahlah, lupakan saja yang tadi itu. Fokus pada pelajaran.
Rumah Tenten
"Kaasan, Tousan…aku mau bicara." Aku mengetuk pintu kamar kerja Kaasan dan Tousan
"Apa kau menyukai sekolah barumu, Tenten?" Kaasan tersenyum dengan polosnya.
"Apa maksud kalian dengan memasukkanku ke sekolah putra?"
"Itu sekolah umum, sekolah biasa." Kaasan masih berusaha membodohiku lagi?
Lebih baik tanya Tousan saja. Tak ada gunanya berdebat dengan Kaasan. "Tousan, ada apa sebenarnya?"
Tousan menghela napas. "Kau pernah bilang ingin sekolah terbaik di Osaka saat kita pindah kan?"
"Ya, tapi bukan berarti aku harus masuk sekolah putra, Tousan. Lagipula, bagaimana kalian bisa memasukkanku ke sana?"
"Sebenarnya mereka yang mengundangmu untuk masuk ke sana." Ujar Kaasan sambil mengerjakan rancangan bangunannya.
"Kenapa diterima? Apa tidak ada yang lainnya? Memangnya hanya ada sekolah itu saja?" aku tetap tak mengerti kenapa mereka memasukkanku ke sana. Bukan sekolah putra yang kuinginkan.
"Begini, Tsunade maksudku kepala sekolahmu akan mengubah sekolah itu menjadi sekolah umum seperti yang lain. Tapi, itu baru akan dilaksanakan jika selama 1 semester ini kau berhasil." Kaasan menatapku tajam. Ia serius.
"Berhasil apa? Maksudnya aku ini murid percobaan?" kurasa situasi ini semakin membuatku bingung.
"Kau tahu anak yang ada di peringkat 1 saat penerimaan murid baru?"
Maksudnya Neji? "Ya, dia yang duduk sebangku denganku."
"Kau harus bisa mengalahkannya Tenten. Kalau nilaimu lebih tinggi darinya, dewan sekolah akan mempertimbangkan usulan Tsunade untuk menjadikan sekolah itu sekolah umum." Kaasan memegang kedua pundakku dan menatapku.
"Memangnya kenapa?"
"Dulu banyak kasus tentang siswa perempuan sekolah itu. Karena itu, mereka mengeluarkan semua siswa perempuannya. Walaupun yang masuk semuanya memiliki nilai di atas rata-rata, namun semua murid perempuan yang masuk perilakunya buruk. Bahkan murid perempuan lain yang perilakunya baik juga terjerumus juga. Sedangkan murid laki-lakinya justru terus memenangkan berbagai macam lomba dan mengangkat nama sekolahnya. Sejak saat itu, mereka hanya menerima murid laki-laki saja." Kaasan menjelaskan sambil menunjukkan sebuah koran lama dengan berita tentang siswi sekolahku yang baru.
"Jadi ini alasan kita pindah? Bukan karena pekerjaan?" aku dijadikan kelinci percobaan? Teganya.
"Tidak. Kebetulan perusahaan juga memindahkan kami ke sini." Tousan menunjukkan surat pemindahan mereka. Ditulis gaji mereka jadi 2x lipat, pantas saja mereka mau pindah. Dasar.
"Hah…baiklah. Aku akan berusaha sekuatku. Aku mengerti soal ini, tapi bagaimana dengan fasilitasnya? Apa aku juga harus ganti baju dengan laki-laki?"
"Tidak. Mereka sudah ada fasilitas untukmu. Kau tenang saja, Tenten." Tousan mengelus rambutku.
"Berapa lama aku harus seperti ini?"
"1 Semester masa percobaan dan 1 semeter lagi untuk melihat apa kau berkembang dengan baik. Kurang lebih selama 1 tahun." Kaasan melihat formulir pendaftaranku lagi.
"…1 tahun? Kalian bercanda. Aku harus berada di kandang serigala sendirian selama 1 tahun?!"
"Tenanglah, nak. Tousan yakin kau tidak akan kesepian. Kau pasti punya teman,…walaupun laki-laki." Kata-katanya yang terakhir itu benar-benar memberatkanku.
"Bantulah Tsunade, Tenten. Kami tidak masalah kalau kau berteman dengan laki-laki. Kami juga akan menambah les dan bimbelmu."
"Kalian akan menambahnya? Ya ampun, memangnya yang sekarang belum cukup? Aku bahkan tidak bisa membedakan antara hari libur dan hari biasa."
"Ini untuk memastikan kau berhasil dalam masa percobaan ini."
"Lalu, apa yang kudapat kalau aku berhasil?" aku harus mengorbankan semua waktuku untuk ini.
"1 tiket lowongan pekerjaan sebagai asisten Tousan di perusahaan. Bagaimana?"
"Jadi setelah berhasil, aku akan langsung kerja?" tawaran yang benar-benar menyenangkan.
"Kau baru dapat tiketnya, Tenten. Kau harus lulus dahulu, secepat mungkin. Kau ingat? Begitu lulus SMA, kau tak perlu mencari universitas lain. Karena gedungnya bersebelahan dan juga 1 yayasan." Kaasan tersenyum gembira.
"Baik, aku akan melakukannya. Tapi bagaimana Tsunade-san menjamin aku bisa bekerja sebagai asisten Tousan?"
"Dia itu istri bos kami, Jiraiya sama."
…istri? Aku tidak menyangka.
"Oh ya, biaya les dan bimbelmu, dibayari oleh perusahaan kami. Jadi kau seperti mendapat beasiswa. Bagus bukan?" Kaasan menunjukkan surat perjanjian tentang pembiayaan kursusku.
Kurasa taka da yang bisa kulakukan selain melakukannya. Lagipula, aku tak boleh mengecewakan Tsunade-san yang sudah bersusah payah membujuk suaminya.
"Oh ya, Tenten, ada lagi yang harus kau perhatikan." Kaasan menghentikanku yang hendak keluar dari ruang kerjanya itu.
"Apa?"
"Jangan sampai kau menyukai salah satu teman laki-lakimu, oke? Kau tidak mau gagal mendapat tiketnya bukan, apalagi jadi korban kasus itu kan?" Kaasan benar-benar tak mau aku gagal ya?
"Memangnya kenapa? Kalau hanya suka aku rasa tidak akan mengganggu."
"Tidak itu akan mengganggumu Tenten. Percayalah pada Kaasan. Kau juga jangan main kucing-kucingan dengan Kaasan. Kaasan tahu persis seperti apa gadis yang sedang jatuh cinta itu."
"Ya. Aku mengerti. Aku mau istirahat dulu. Oyasuminasai, Kaasan, Tousan."
"Tenten, janji kau takkan menyukai siapapun selama masa percobaan dan penilaian ini berakhir. Oke?" Kaasan masih meragukanku.
Aku mengangguk dan tersenyum, lalu berjalan keluar sambil menahan kantukku. Lagipula, selama ini tidak ada orang yang kusuka. Yang jelas harus bisa mengalahkan Neji Hyuga. Aku akan mendapatkan tiket itu, pasti.
Oke! Sekian Chapter 1
Hope you enjoyed it :3
Maaf kalo masih banyak typo, juga gaje.
Maaf di sini juga ada banyak perubahan image character
R n R please
Chapter 2 segera menyusul
