Felix Felicis

infinite hogwarts!au / PG-13

Disclaimer: mereka terlalu indah untuk dimiliki... I only own the plot.

Hogwarts, Hogwarts, Hoggy Warty Hogwarts. Teach us something please.


i. (Prologue) Welcome to Hogwarts

Derak lantai yang bersatu dengan suara dasar sepatu yang terbuat dari kayu menggaung dari semua sudut kastil bagian depan. Seorang murid bertubuh tinggi dan berambut cokelat tua ikal tak mempedulikan kebisingan yang ia perbuat, tetap sibuk memakai dasi yang sejak tadi tak berhasil ia kenakan dengan rapi. Anak tangga demi anak tangga ia naiki satu persatu dengan harapan ia akan segera kembali berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Tanpa melihat arah ke depan ia tetap berlari kecil sambil berusaha keras memakai dasi sampai akhirnya ia menabrak sebuah tubuh ramping yang tak cukup tinggi; jubah hijau rumput dengan ornamen rajut hitam dan topi kerucut tinggi senada dengan baju.

"Mrs. Kwon," sapanya gemetaran. Tangan sang guru sudah terlipat rapi di depan badan, satu sepatu diketuk-ketukkan tak sabar ke lantai.

"Dari mana saja kau? Hampir sepuluh menit berlalu sebelum aku berubah pikiran dan mengusirmu kembali ke rumah, Tn. Lee?" sapanya dengan nada semi-sarkastik, namun wajahnya tetap memancarkan aura keanggunan dan kebijaksanaan luar biasa.

"Aku terlalu lelap tertidur di kereta." Balasnya dengan takut-takut. Tinggi badan bisa lebih meyakinkan, namun tatapan mata tak bisa dibohongi.

Beberapa detik kemudian, sang madam hanya mengarahkan dagunya ke arah dalam ruangan dan seketika sang murid bergegas masuk dengan kondisi dasi yang masih tergantung di kerah leher dan tidak terpasang dengan rapi. Belum sempat menyentuh kembali dasi yang masih tergantung di leher, ia dapat melihat sekelilingnya dengan jelas—aula megah yang didominasi warna merah dan singa emas di sana-sini. Deretan bangku di bagian paling kanan dipenuhi siswa-siswa dengan wajah angkuh dan berwajah masam akibat dikalahkan asrama lain. Di bagian depan terlihat Mrs. Kwon sudah berdiri di samping Professor Schultzewoods yang sudah siap di atas mimbar untuk menyambut siswa-siswa Hogwarts tahun ini.


"Attention," Suaranya mulai menggema di seluruh penjuru aula, dan semua siswa diam, beberapa mendelik takut.

"Jadi, selamat datang di Hogwarts."

Semua orang bertepuk tangan dengan wajah senang, tak terkecuali dari sudut Slytherin—minus senyumnya, tentu saja.

Schultzewoods mulai melanjutkan setelah berdeham sekali, "Tahun ini Hogwarts banyak menerima tamu, selain siswa-siswa tingkat satu yang baru, kita juga menerima tamu dari Beauxbatons dan Durmstrang tahun ini."

Terdengar pekik keterkejutan dari sudut kiri dan kanan, beberapa anak perempuan saling berbisik dengan wajah sarat rasa tahu yang amat besar. Sesaat, aula besar kembali ribut sebelum Schultzewoods kembali menenangkan suasana.

"Mulai tahun ini, setiap tahun akan diadakan pertukaran pelajar," katanya sambil melirik meja Slytherin, "Satu siswa akan dikirim ke Beauxbatons dan satu lagi ke Durmstrang, tahun ini kita mengirimkan tuan Jung ke Durmstrang dari Slytherin," gerak matanya berakhir di meja hufflepuff, "Dan nona Choi ke Beauxbatons dari Hufflepuff."

Beberapa anak mulai bertepuk tangan sementara sisanya kembali terkejut dengan daftar siswa yang mengikuti pertukaran pelajar tahun ini. Jung Yunho, siswa tahun ketiga dengan tubuh sangat atletis dan tinggi di atas seratus delapan puluh yang juga siswa terkenal dengan peringkat atas di Slytherin, juga Choi Sulli, siswa tahun kedua yang terkenal cukup aneh namun cantik di Hufflepuff—ia sangat suka menghabiskan waktu dengan berbicara seorang diri di rumah kaca yang dipenuhi puluhan pot mandrake—untungnya, ia cantik.

Belum usai kejutan yang dibawa Schultzewoods ketika pintu terbuka dengan suara yang mengagetkan, dari sana keluar seorang laki-laki yang tak begitu tinggi, namun di balik mantel bulu cokelatnya ia terlihat sangat atletis, berjalan dengan aura angkuh membawa tongkat besi yang dihentakkan ke tanah. Di sampingnya, seorang gadis berseragam Beauxbatons dengan rambut pirang, berjalan selayaknya murid-murid Beauxbatons yang anggun dan terpelajar dalam etika. Senyumnya sedikit mengembang, dan cukup mengejutkan melihat tatapan liciknya menelusuri setiap hal yang dapat ia lihat.

Setelah keduanya berbaris di belakang murid-murid tahun pertama, Proffesor mulai mengumumkan bahwa tahun ini akan ada pergantian guru mata pelajaran ramuan karena guru yang lama mengundurkan diri dengan umur sebagai faktor utama.

"Kita sambut dengan gegap gempita, Mr. Kris!"

Seluruh murid bertepuk tangan ketika Kris memasuki ruangan, jubah hitamnya tampak tidak menghalangi ketampanannya barang setitik. Beberapa murid perempuan bahkan memekik gila begitu melihat sosok guru ramuan yang baru ini. Selain wajahnya yang memang tampan dan tinggi yang sangat proporsional, ternyata Kris juga masih muda. Pertama kalinya setelah keruntuhan Voldemort—bahkan ini pertama kalinya Hogwarts mengangkat seorang pengajar yang masih sangat muda—dari wajahnya, sepertinya Kris mentok-mentok baru dua puluh empat tahun.

Madam Kwon ambil bagian setelah Schultzewoods kembali ke kursinya, menandakan prosesi pemilihan asrama akan segera dimulai. Topi seleksi yang sudah belel dan sangat tua ditaruh di atas sebuah kursi yang cukup tinggi sementara di depannya sebuah kursi dengan beludru merah diletakkan untuk tempat duduk siswa-siswa yang akan mengikuti prosesi.

Setelah berceloteh sesuka hati dan membungkuk berulang kali, akhirnya si topi seleksi bersedia diam untuk mulai menyeleksi siswa-siswa tahun pertama dan dua siswa pertukaran. Madam Kwon membuka gulungan daftar nama para siswa dan mulai membacakannya.

"Dongwoo, Jang!" ucapnya lantang. Anak laki-laki menyeruak dari kerumunan dengan senyum lebar penuh antusias, segera duduk di atas kursi beludru merah dan memejamkan mata.

"Mmm," gumam si topi menyelusuri karakter Dongwoo, "Periang, menyukai tantangan, dan sangat antusias dalam segala hal," lanjutnya, jantung Dongwoo berdegup dua puluh kali lebih cepat rasanya.

"Hufflepuff?" tanya si topi, Dongwoo menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menggumam, "Gryffindor, please, gryffindor." Kemudian si topi terbahak puas.

"Gryffindor!" pekik riang pun datang dari meja dengan dominasi merah, beberapa di antaranya melempar topi, menyambut keluarga baru. Dongwoo sendiri sampai lupa menaruh kembali topi seleksi di tempatnya saking senangnya. Diangkatnya kepalan tangannya ke udara, antusiasmenya terlihat berlipat ganda lebih besar sekarang.

"Myungsoo, Kim!"

Seorang laki-laki berwajah dingin berjalan lurus tanpa harus menyeruak susah-susah seperti halnya Dongwoo barusan, rambut hitamnya yang sedikit gondrong terbang bebas ke udara ketika ia memutar tubuhnya untuk duduk. Air mukanya tampak tenang, matanya yang sipit terlihat terpejam meski sesungguhnya tidak.

Topi seleksi mulai meracau sesuka hati, namun dengan sekali teriakan suara tepuk tangan langsung terdengar.

"Slytherin!" kemudian seluruh siswa dengan bentangan jubah hijau mewah berdiri dari bangku mereka, bertepuk tangan tanpa mengeluarkan suara dari bibir. Myungsoo langsung berjalan dalam diam ke tempat teman-temannya berada. Beberapa siswa yang masih belum mendapatkan asrama mereka berbisik-bisik, beberapa mencibir.

"Sungjong, Lee!"

Semua orang langsung terdiam mengamatinya maju untuk duduk. Orang yang satu ini benar-benar tidak bisa ditebak, tubuhnya yang sangat kurus dengan rambut pirang keriting menyentuh pundak—dia laki-laki atau perempuan?

"Gryffindor!" topi seleksi berteriak lagi, diikuti lemparan topi lagi dari sudut meja berornamen merah.

"Jungshin, Lee!"

"Hufflepuff!"teriak si topi.

"Juhyun, Seo!"

"Ravenclaw!"

"Sungyeol, Lee!" Madam Kwon tampak kaget melihat Sungyeol, rupanya anak ini yang ia pergoki terlambat ikut upacara pembukaan tadi.

"Gryffindor!"

Dan begitulah bagaimana topi seleksi terus berteriak mengantar siswa-siswa tahun pertama menuju asrama mereka masing-masing. Tahun ini gryffindor jumlahnya lebih banyak dari tiga asrama lain, disusul Slytherin, Hufflepuff dan Ravenclaw. Jumlah anak-anak pintar menurun drastis, barangkali.

Setelah daftar anak-anak tahun pertama habis, tiba saatnya untuk menentukan asrama bagi dua siswa pertukaran yang akan menempati Hogwarts mulai hari ini. Keduanya sama-sama dari tingkat dua dan tampak sangat percaya diri menatap si topi yang sudah siap dengan prosesi tahunan.

"Jessica, Jung!" panggil madam Kwon, dan si gadis pirang berjalan maju menempati singgasananya.

Topi seleksi menggumam sekali sebelum akhirnya berteriak mantap, "Slytherin! Congratulations, nona!"

Sekali lagi sudut kiri milik Slytherin bangkit dan bertepuk tangan menyambut tamu spesial tahunan dengan angkuh. Beberapa dari mereka mengangkat gelas kristal berisi butterbeer tinggi-tinggi dengan jumawa.

"Dan yang terakhir," sela Madam Kwon menghela napas, "Howon, Lee!"

Dalam hitungan detik, topi seleksi berteriak lagi, "Gryffindor!"

Dan dengan itu maka berakhirlah prosesi pemilihan asrama yang berlangsung sangat panjang malam itu. Makanan pun dihidangkan, dan siswa-siswa berseliweran berebut kalkun panggang, beberapa hanya menghabiskan berbungkus-bungkus Kacang Bertie Bott.

Suasana hangat menyelimuti aula besar hari itu, warna merah berbaur dengan kuning, biru dan juga hijau, tak menyisakan bekas persaingan atau perselisihan yang kerap kali terjadi di antara keempatnya. Madam Kwon asik berbincang dengan Kris yang juga asik mengamati sekeliling, sementara Proffesor Schultzwoods asik berkeliling memperhatikan siswa-siswa tahun pertama yang baru. Kedua murid pertukaran tampak mulai berbaur dengan teman-teman satu asrama—Howon mulai diganggu oleh Dongwoo yang kelewat ceria, dan Jessica yang terlihat mulai digodai beberapa murid laki-laki tambun di Slytherin.

Baru sekali setelah keruntuhan Voldemort, Hogwarts terasa memiliki aura yang sama lagi.


TO BE CONTINUED


A/N: HALO! kembali setelah dua tahun merantau pergi dari sini *diusir* saya udah kuliah lho! Hampir gila menulis ginian disela waktu tenang sebelum UAS minggu depan. first chaptered fic! Dan Slytherin!MYUNGSOO OHHHHHHNO #eh. Dukung saya terus dengan review-review kalian ya! Beberapa ide bisa dikasih untuk referensi, kritikan diterima dengan lapang dada. terima kasih :3

~sincerely, Taree.