Something that I want you to know, but I can't tell you...

So, I make this story...

.

.

.

A Story From The Bottom of My Heart

.

.

Diclaimer: Pandora Hearts © Jun Mochizuki

Genre: Angst/Romance

Pairing: AliceOz

Warning: one POV (Alice's POV)

Typo (?)

Italic words: Masa lalu

ENJOY!

Perasaan ini, bagaimana aku harus menjabarkannya padamu?

-Flync-


Ini hanyalah sebuah cerita pendek tentang apa yang kurasakan di dalam hatiku.

Mungkin kamu yang membacanya berharap ini akan menjadi kisah yang seru dengan penuh air mata di setiap kata-kata yang kuketik, tapi ini bukan cerita seperti itu…

Maaf jika aku mengecewakanmu, tapi inilah kenyataannya…

Ini, hanyalah sebuah cerita pendek tentang apa yang terjadi antara aku, dia dan mungkin kamu yang membacanya…

Tentang perasaan hangat yang menjalar di dalam hatiku, lalu muncul sebagai rona di pipiku; tentang detak jantung yang tak beraturan saat melihatmu; tentang perasaan nyaman saat bersamamu...


"Alice"

Kuangkat wajahku, menatap langsung kedalam bola mata gadis yang sudah kuanggap saudariku sendiri.

"Tolong lepaskan Oz"

Aku menghela nafas, entah kenapa aku merasa sedikit… Lega?

Ya, mungkin aku lega karena akhirnya dia mengatakan hal itu juga.


Aku benci dia.

Dia selalu tersenyum bahkan di saat ia seharusnya menangis, ia tetap tersenyum.

Dia selalu terlihat baik-baik saja, padahal aku tahu dia tidak baik-baik saja.

Aku tahu itu, karna aku bisa merasakannya.

Oz Vesallius, semenjak Sharon memutuskan hubungan denganmu, tidak pernahkah kau merasa sedih?

Atau ini hanya kami, orang-orang di sekitarmu yang cukup bodoh hingga bisa kau tipu dengan senyummu?

Ha!

Tapi kau tidak bisa menipuku, aku bisa melihat titik kesedihan di matamu, sisa air mata di matamu, dan betapa palsunya senyummu.

Seperti kemarin saat kau bertemu lagi dengannya di pesta teh yang diadakan Break.

Kau 'tersenyum' seolah semua baik-baik saja dan kau tidak pernah menjadi seseorang yang 'berarti' di hidup Sharon.

Lalu kini, dihadapan mataku kau membuka semua topengmu.

Ya Oz, aku melihatmu menangis.

Aku melihat penderitaan itu di wajahmu saat kau menghapus setiap tetes air mata yang keluar dari matamu, aku melihat bagaimana kau mencoba meyakinkan dirimu sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.

Saat itulah sebuah ide bodoh untuk pergi dari tempat aku berdiri terlintas di kepalaku. Dan tanpa kusadari aku membuat 'kegaduhan' yang berujung pada dirimu yang melihatku jatuh terlentang di tanah.

Aku mencoba untuk diam, namun aku tidak bisa menahan senyum jahil yang akhirnya terukir di bibirku; berharap dengan senyum itu ketegangan yang muncul diantara kita akan mencair, tapi ternyata kau malah pergi dengan sorot mata malu dan kesal.

Uh…

Kurasa sesuatu yang besar akan terjadi…


Setelah kejadian itu, entah mengapa kita mulai saling 'berbicara'.

Uh, memang bukan dengan cara yang disebut cara 'normal' tapi setidaknya kita mulai 'berbicara'.

Hingga akhirnya entah sejak kapan aku mulai menyadari 'arti' kehadiranmu di hari-hariku.

Betapa sangat kutunggu-tunggu saat-saat dimana kau muncul d hadapan mataku, dan betapa kurindukan senyummu yang semakin 'nyata'.

Ya, aku ingin melihatmu tersenyum.

Aku ingin melihatmu tersenyum untukku.

Tapi tunggu, apa ini?

Kenapa aku ingin melihatmu?

Kenapa aku ingin kau tersenyum?

Kenapa aku ingin kau selalu ada di sampingku?

"Itulah yang disebut dengan cinta" itu yang Sharon katakan

Cinta…

Apa aku telah jatuh cinta?

Tidak… Ini pasti bukan cinta.

Tidak mungkin aku… Aku…

Aku mencintaimu?


Bulan demi bulan pun berlalu, tanpa terasa hari-hariku semakin berwarna dengan kehadiranmu, menimbun lubang di hatiku, membuatnya utuh lagi...

Dan setiap malam aku berkata pada diriku sendiri, apa ini yang dinamakan cinta?

Apa aku memang jatuh cinta?

Aku masih ragu, aku masih belum berani mengatakan ini cinta...

Karna nyatanya aku masih melihat sinar itu di matamu, sinar kerinduan yang mendalam saat kamu melihat Sharon.

Nah, sekarang aku terdengar cemburu bukan?

Tapi mungkin bukan cemburu yang kurasakan, ahh...

Bagaimana aku menggambarkannya padamu?

Sedih, mungkin itu kata yang tepat...

Sedih karena kamu masih mengharapkan dia.

Marah?

Sedikit...

Marah kepada diriku sendiri, karena aku tahu aku tidak punya hak apa-apa atas hatimu...

Hatimu masih belum bisa kuraih, walau kau sudah menyadari kehadirannya.

Lalu datanglah hari itu...

Hari dimana aku dengan berani mengatakannya kepada hati dan pikiranku sendiri...

Aku cinta padamu...


Dan kini, saat ini...

Sharon berdiri tepat di hadapanku, meminta dengan sepenuh hati agar aku meninggalkanmu, meninggalkan cinta yang baru saja kukecap.

"Kenapa?" hanya itu yang keluar dari bibirku.

Sharon menatapku dengan tatapan apa-kau-pura-pura-bodoh? Yang kemudian kubalas dengan wajah datar.

Sharon menghela nafas, "Bukannya aku tidak perlu menjelaskan hal ini lagi padamu?".

Suaranya pelan, nadanya penuh kehati-hatian, oh… Dia mulai kesal.

"Justru kau seharusnya menjelaskannya padaku, karena ini sangat tidak jelas" balasku.

Sharon tersentak, wajahnya memucat dan tangannya terkepal erat, ia benar-benar marah dengan jawabanku.

"Kurasa kau harus ingat bahwa kau sudah memutuskan untuk melupakan Oz" jawabku dingin.

"Tapi aku…"

"Kau meninggalkan dia" potongku cepat

"Dan sekarang aku kembali untuk memperbaiki apa yang seharusnya tidak aku lakukan!"

"Apa kau yakin kau bisa? Kudengar kau sudah mempergunakan semua kesempatan yang ia berikan padamu"

Wajahnya semakin memucat, tangannya semakin terkepal erat dan ia mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Sharon benar-benar marah, tapi aku tidak perduli, ini adalah hal yang harus aku lakukan, melindungi dan memperjuangkan cintaku.

Katakan, jika kau ada di posisiku; apa kau akan melakukan hal yang sama seperti apa yang kulakukan saat ini?.

Sharon menghela nafas pelan, berusaha mengendalikan dirinya sendiri.

"Jadi kau tidak mau menyerah?"

"Aku tidak mungkin menyerahkan Oz pada orang yang salah."

"Berani-beraninya kau berkata seperti itu!" teriak Sharon.

Aku hanya diam, memandang gadis di hadapanku dengan mata disipitkan.

"Kurasa pembicaraan kita sudah cukup sampai disini" kataku setenang mungkin sebelum mulai berjalan menuju pintu.

"Kau tidak akan berhasil Alice! Kau tidak akan bisa mendapatkan Oz! Kau bahkan tidak pantas masuk kedalam hidupnya" teriak Sharon dari belakangku.

Aku berhenti melangkah, berbalik menatap Sharon dan berkata "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, aku tidak perduli dengan apa yang akan kau lakukan untuk mendapatkan hati Oz, karena pada akhirnya dia sendiri yang akan menentukan siapa yang menjadi orang di dalam hatinya."

Dan kini Sharon pun terdiam, lalu aku meninggalkannya sendirian.


Dadaku kembali terasa sakit, apa ini karena pembicaraan kami?

Tidak, atau... Mungkinkah?

Aku tidak tahu, aku...

Entahlah, mungkin aku akan mendapatkan jawaban bila aku bertanya pada Break...

Tunggu...

Kenapa semua terasa berputar?

Kenapa...

Kenapa semua menjadi gelap?


Jadi jugaaa #slap

ini adalah fic pertama d tahun 2012~ n fic pertama untuk pandora hearts

kemungkinan fic ini akan di terjemahkan k bahasa Inggris...

RnR? :3

BANZAI! X3