.

Sebut aku pedophilia kalau kalian semua mau.

Aku mengakuinya karena aku mencintai—amat mencintai namja yang berusia separuh hidupku

.

.

Ya, aku, Jung Yunho, tak peduli menjadi Pedophilia jika itu berhubungan denganmu, Shim Changmin.

.

.

Ela-Kyuhyunnie presents

An Alternate Universe fanfiction

"Pedophilia"

Pairing : HoMin (Jung Yunho X Shim Changmin)

Slight YooSu

Rate : T

Length : 1 of ?

Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK

Warn : TYPO's, story yang amburadul, alur lambat dan tidak jelas.

.

.

.

.

"Hei, kau mau kemana sekarang? Lebih baik ikut aku saja," ucap seorang namja paruh baya berwajah kecil namun sangat tampan meski ussianya sudah menginjak kepala tiga. Dan kini di depannya ada seorang namja yang tingginya hampir mencapai tinggi namja itu—meski terlihat dengan jelas kalau ia masih mengenakan seragam junior high school—sedang berdiri sambil tangan kanannya berpegangan pada tiang kereta tempat dimana ia berada.

"Shirreo. Itu bukan urusanmu, pak tua!" sahutnya dengan kejam dan mengalihkan pandang dari namja tampan tadi.

"Tentu saja itu urusanku. Aku kan mau mengajakmu pergi bersamaku," ucap namja tampan tadi lagi sambil kini meraih tangan kiri milik namja berseragam sekolah itu.

"YA! Jangan sentuh aku!" tukas namja dengan wajah manis itu sambil dengan segera menghempaskan tangan namja tampan tadi dari tangan miliknya.

"Aniya. Aku suka menyentuhmu. Dan daripada kau pulang ke rumah, lebih baik kau ikut saja denganku dan menghabiskan malam bersamaku. Aku ini kesepian." sahut namja tampan tadi sambil kembali meraih tangan kiri namja manis tadi dan menggenggamnya erat.

"YA! Ka—"

"Hei, kalau dia tak mau, kau jangan memaksa!" . Ucapan namja manis berseragam sekolah itu terhenti karena sudah ada seseorang yang menyela perkataannya.

"Hidung belang."

"Namja tak tahu malu."

"Ya, kalau dia tak mau, kau jangan memaksa."

Kedua namja—baik yang tampan maupun yang manis—kini saling berpandangan karena melihat reaksi orang di sekeliling mereka, yang ternyata memperhatikan tingkah keduanya dari tadi. Si namja muda yang masih berseragam itu facepalm dan menghela nafasnya, sedangkan namja paruh baya tad hanya mengeluarkan cengiran khasnya.

"Ah, mianhae kalau kalian semua salah paham. Dia ini—" si namja muda itu menunjuk namja paruh baya itu, "—adalah teman dari kedua orang tua ku," terangnya, yang membuat semua orang di dalam kereta itu terdiam. Pasalnya, mereka berpikir kalau namja itu adalah namja paruh baya yang tengah mengajak namja muda untuk 'bersenang-senang' semalaman.

.

.

.

"Dasar pak tua bodoh!" umpat namja tinggi itu ketika akhirnya mereka berdua turun dari kereta-yang keadaannya jadi canggung tadi- dan langsung berjalan keluar tanpa menghiraukan namja tampan yang mengikutinya.

"Hei Shim Changmin! Siapa yang kau panggil pak tua eoh?" seru namja tampan tadi sambil mengejar namja muda yang ternyata bernama Shim Changmin itu.

"Tentu saja itu kau, Jung Yunho! Pak tua pabboya!" ucapnya lagi dengan kesal, sambil berjalan meninggalkan namja tampan berusia paruh baya yang bernama Jung Yunho itu.

"Ya! Changmin! Aku belum setua itu, kau tahu!" seru Yunho sambil mengikuti langkah panjang Changmin. Yah, itu semua tak sulit karena toh ia juga memiliki kaki yang panjang.

"Kalau yang kau yang berusia genap 30 tahun, dan berselisih usia 15 tahun denganku masih tak mau dianggap tua, lalu kau sebut dirimu apa, Jung Yunho-ahjussi?" ejek Changmin sambil berbalik dan menatap sinis pada namja berusia kepala tiga yang masih terlihat tampan itu.

"Aku menyebut diriku sendiri sebagai namjachingu dari seorang Shim Changmin yang kini sudah berada di kelas XII Cassie Junior High School," goda Yunho yang kini terlihat senang melihat ekspresi sinis di wajah Changmin yang menurutnya manis itu (-.-'')

"..."

Changmin terdiam mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Yunho. Tak perlu waktu lama untuk melihat adanya semburat merah muda yang merayap di kedua pipi namja manis itu. "You wish!" teriaknya sambil langsung berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Yunho yang kini tersenyum-senyum senang melihat tingkah malu-malu Changmin itu.

"Kau membuatku gila, Shim Changmin," gumam namja tampan itu dengan suara rendahnya.

.

.

.

Jung Yunho, seorang dokter spesialis bedah jantung yang sangat terkenal di dunia kedokteran, yang kini bekerja sebagai salah satu staff ahli di sebuah Rumah Sakit terkemuka yang bernama ShinKi Hospital. Seorang dokter yang memiliki jam kerja tinggi, di percaya rekan sejawat dan juga disenangi oleh pasien-pasiennya. Di tunjang dengan usianya yang baru mencapai awal tiga puluh, namun memiliki segudang prestasi dalam keberhasilan operasinya, membuat dokter itu begitu terkenal di Rumah Sakit, dan begitu disayangi oleh pasien-pasiennya. Selain itu, wajah tampan dan bibirnya yang berbentuk hati itu sudah dengan sangat suksesnya merebut hati para yeoja-yeoja yang memang bekerja disana, ataupun yang hanya sekedar berpapasan dengannya.

Tampan, berprestasi, dokter spesialis bedah jantung yang jangan diragukan kemapanan hidupnya, disayang dan di puja oleh penghuni Rumah Sakit tempatnya bekerja, sungguh gambaran hidup yang sangat sempurna kan?

Tiada gading yang tak retak. Dan itu pun berlaku pada seorang Jung Yunho yang terlihat begitu sempurna di mata orang lain.

Ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Menyenangkan, jika itu dilihat dari luar, namun sangat menyesakkan jika kau menjadi seorang Jung Yunho yang semenjak kecil hampir selalu sendirian di dalam rumah besar mewah namun dingin itu. Kedua orang tuanya sibuk berbisnis di luar negeri, dan meninggalkannya sendirian, dengan para pembantu dan pengasuh yang tak Yunho sukai.

Hanya satu orang yang ia miliki sebagai teman. Yoochun. Shim Yoochun, anak dari teman ayahnya, sekaligus tetangganya, yang walaupun berusia lima tahun lebih tua dari Yunho, namun bisa memahami dengan baik sifat Yunho, dan selalu ada bersamanya.

Dan berita mengejutkan diterima oleh Yunho ketika ia berusia hampir mencapai15 tahun, yaitu datangnya undangan pernikahan dari Yoochun dengan namja manis bersuara bagaikan lumba-lumba bernama Junsu, karena Yoochun telah menghamili namja manis itu. Mengejutkan, sekaligus membahagiakan.

Yunho mengikuti Yoochun yang setelah pernikahan itu membeli sebuah apartemen di kawasan tengah kota Seoul. Mengikuti dalam arti ia juga membeli apartemen di sebelahnya karena sungguh, Yunho tak ingin kehilangan sosok yang ia anggap sebagai sahabat dan juga hyung itu.

Semua membaik sejak saat itu. Yunho yang selama ini kesepian di rumah, selalu pulang ke apartemen milik YooSu itu. Makan disana, bersantai di sana, mengganggu dan menggoda pasangan baru itu dengan senyuman yang tak lepas dari bibir berbentuk hatinya. Yah, bisa dikata kalau Yunho lebih sering berada di apartemen YooSu ketimbang di apartementnya sendiri.

Menyenangkan. Itu semua sangat menyenangkan bagi Yunho. Ia merasa seperti menemukan rumah, tempat hangat yang berisikan orang-orang yang di sayanginya. Bahkan meskipun saat hasrat ngidam unsu muncul dan membuatnya serta Yoochun kalang kabut mencarikan apa yang di inginkan oleh Junsu, itu semua tetap terasa sangat menyenangkan bagi Yunho.

Ah, sungguh tak terlupakan betapa ikut paniknya ia ketika melihat Junsu yang kesakitan saat akan melahirkan. Bersama Yoochun yang terlihat tenang meskipun ia cemas setengah mati pada keadaan istrinya, mereka berdua menunggu di depan ruang operasi. Menunggu dengan cemas dan kalut karena pintu operasi tak kunjung terbuka.

"Chukkae, hyung!" seru Yunho saat itu ketika ia mendengar suara tangis bayi dari balik pintu operasi, dan memeluk Yoochun dengan air mata yang mengalir dari kedua namja itu. Tak lama dokter keluar dari ruangan itu dan mengabarkan kalau Yoochun telah menjadi appa dari seorang anak lelaki. Keduanya segera mengikuti Junsu yang kini di pindahkan ke ruangan biasa, dan kebahagiaan tak terkira terpancar dari kedua mata musang Yunho ketika melihat keluarga itu. Keluarga yang kini menjadi lengkap dengan kehadiran sang bayi yang baru saja di bawakan oleh sang suster.

"Kemarilah," panggil Junsu sambil tersenyum lembut melihat mata Yunho yang berkaca-kaca.

"Chukkae, hyung. Kau sekarang sudah menjadi seorang umma," ucap Yunho sambil mendekati ranjang Junsu.

"Kau tak ingin menggendongnya, Yun?" tanya Junsu sambil memandang pada bayi kecilnya itu, membuat Yunho tersentak kaget.

"Bolehkah?" tanyanya dengan ekspresi yang tercampur antara kaget, senang dan tak percaya.

"Tentu saja boleh. Kau kan bagian dari keluarga kami," sahut Yoochun yang di amini oleh Junsu.

Dengan sedikit raguYunho mendekatkan diri pada Junsu yang kini tengah menyodorkan buah hatinya itu.

"Kalian sudah memberinya nama, hyung?" tanya Yunho berusaha mengalihkan kegugupannya. Bagaimanapun juga, ini pertama kalinya ia menggendong seorang bayi, dan ia sangat gugup sekarang.

"Ne, kami sudah memberinya nama," ucap Junsu sambil menyerahkan anaknya pada Yunho.

"Changmin. Namanya Shim Changmin," ucap Yoochun tepat saat Yunho menggendong bayi mungil itu dan menatapnya.

DEGG

Jantung Yunho bergedup kencang, dan ada sesuatu yang berdesir kuat dalam hatinya ketika ia memandang wajah manis bayi itu.

Dan pada detik itulah, seorang Jung Yunho –yang pada saat itu berusia 15 tahun—jatuh cinta... Jatuh cinta untuk pertama kalinya... pada seorang bayi lelaki bernama... Shim Changmin.

.

.

.

Tok Tok Tok

Sebuah ketukan terdengar menggema di keheningan malam. Sang pemilik apartemen yang memang baru saja pulang dari tempat kerjanya itu melirik ke arah jam dinding yang tergantung angkuh di tembok biru langit itu.

22.30

Namja tampan pemilik apartement itu tersenyum dan bergegas menuju pintu. Tanpa perlu melihat siapa yang datang, ia segera membuka pintu dan memamerkan senyum memukaunya.

"Merindukanku, Shim Changmin?" tanya namja tampan itu sambil tersenyum senang.

"Aniya. Aku sama sekali tak merindukanmu, Jung Yunho-ahjussi," ucap Changmin sambil berjalan masuk ke apartemen namja itu meskipun belum di persilahkan. Yunho hanya tersenyum melihat tingkah Changmin yang sudah ia hapal. Yah, bagaimanapun juga, semenjak namja manis itu lahir, sampai berusia remaja, ia selalu berada di sampingnya. "Aku mengantuk. Mau tidur." Lanjut Changmin sambil membuka pintu dan masuk ke satu-satunya kamar yang ada di apartement itu.

"Kau bersiaplah dulu. Aku baru saja pulang, jadi masih mau mandi dulu," ucap Yunho yang di tanggapi oleh seruan tak jelas dari namja manis yang kini sudah merebahkan diri di tempat tidur Yunho.

.

"Kau belum tidur, Minnie?" tanya Yunho—yang baru saja selesai mandi, terbukti dari rambut coklatnya yang masih basah—pada Changmin yang kini hanya duduk bersila di atas tempat tidurnya, memeluk bantal dan memasang wajah mengantuk yang sungguh terasa sangat menggoda bagi Yunho.

Changmin melayangkan tatapan tajamnya pada Yunho, dan langsung membuka bibirnya, ".." ucapnya tegas tanpa menyahuti perkataan Yunho. Ia menggeser tubuhnya dan merebahkan badan. Tangannya kini terbuka lebar ke arah Yunho, yang memperhatikan tingkahnya sambil mengulum senyum.

"Tingkahmu masih semanja biasanya, Minnie," gumam Yunho sambil memposisikan tubuhnya berbaring di samping namja manis itu, dan meraih tangan serta tubuh itu, menarik namja manis yang ia cinta dalam pelukan hangatnya.

"Jangan panggil aku Minnie lagi. Aku sudah bukan anak kecil lagi kau tahu. Dan kau kusalahkan sepenuhnya atas kebiasaan tidurku ini," gumam Changmin sambil memejamkan mata. Tubuhnya bergerak mencari posisi yang nyaman dalam dekapan hangat seorang Jung Yunho. Membenamkan kepalanya di lekuk leher Yunho, dan menghirup aroma yang tanpanya tak akan bisa membuatnya terlelap.

Ya, salahkan sepenuhnya pada seorang Jung Yunho, yang selalu bersama dengan Changmin, menemaninya bermain dan tidur setiap hari, hingga tanpanya, seorang Shim Changmin tak akan bisa tidur nyenyak.

.

Yunho tersenyum lembut menatap Changmin yang kini sudah tidur dengan pulas. Tak bosan-bosannya setiap hari namja tampan itu memandangi wajah polos Changmin yang semakin terlihat manis saat namja itu terlelap.

Tangan Yunho terulur menyentuh pipi chubby yang lembut itu. Mengelusnya dengan lembut dan penuh kasih sayang melimpah.

Ya, semenjak lima belas tahun yang lalu, sejak pertama kali ia menggending tubuh mungil itu dalm dekapannya, ia benar-bear jatuh cinta. Bukan cinta sekadarnya saja, karena dengan semakin berlalunya waktu, cinta itu semakin turut membesar. Semakin melihat pertumbuhan Changmin, semakin ia jatuh ke dalam pesona kepolosan bocah itu.

"Kurasa aku benar-benar seorang pedophilia," gumamnya sambil terus mengelus pipi lembut Changmin tanpa rasa bosan. "Ya Tuhan, harus bagaimana hal ini kusampaikan pada Yoochun-hyung dan Junsu-hyung?"

.

.

.

~TBC~

Annyyyeeeoooonnggg~~~

Author balik lagi bawain epep tentang HoMin lagi neeeh~!

Adakah yang suka? Adakah yang tertarik?

Gimme review kalau ada kritik maupun saran buat epep baru buatan author ini. ne?

ThanKYU~