"Hentikan semua ini…"

"Tidak akan. Sejak awal, kedatangan ku adalah untuk membunuh mu."

"Apa untungnya kau membunuhku?"

"Tentu saja, kau adalah cahaya dan aku adalah kegelapan. Sudah sewajarnya kegelapan memusnahkan cahaya."

"Tidak… Itu tidak benar…"

"Tentu saja benar…"

"Hentikan… Kau hanya akan merusak kesimbangan…"

"Dan itulah tugasku. Membunuhmu dan menghancurkan desa ini…"

"Kalau begitu…"

" … "

"Melindungi desa ini adalah tugasku!"


The Dark and Light from the Past

Chapter 1

Disclaimer:

Bukan saya yang punya, tapi Masashi Kishimoto.

Genre:

Romance/Fantasy and sedikit horror dan agak bermisteri… (T,T)

Rated:

Seperti biasa, hanya sekedar T. Jangan meminta lebih…

Pair:

SasuNaru! XD (Lagi?)

Warning:

Shounen-ai, boy love, fic kali ini rada-rada horror dikit (wong author yang biasanya gak mempan ama hantu, kali ini 'sedikit' merinding pas bikin nih fic), semoga gak ada typo(s), mudah-mudahan para chara gak OOC, aneh, horror tapi kayaknya buat readers gak serem, aneh, abal, dan kawan-kawannya yang gaje.

IF YOU ARE ANTI FUJOSHI or SHOUNEN-AI'S HATERS…

PLEASE… DON'T READ, OKE? ;)


"Wuuaa!"

Sesosok pemuda berambut pirang terbangun dari tidur lelapnya. Sekujur tubuhnya basah karena keringat. Dada nya pun turut naik turun dengan cepat. Ia pun langsung memegang kepalanya yang terasa pening.

'Mimpi apa itu...' gumamnya dalam hati.

Kemudian ia bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Mungkin, air hangat di pagi hari bukanlah ide buruk? Mengingat semalam ia telah bermimpi buruk.

Mimpi yang sama hampir seminggu ini. Dan ia tak tahu dari mana asal usul mimpi itu. Yang jelas, ia seperti melihat dua sosok yang tengah bertarung. Walau begitu, setiap kali ia berusaha unuk mengingat kembali mimpinya, yang didapatinya hanyalah kepalanya yang terasa berat dan pusing.

Tak lama kemudian, pemuda berambut pirang itu keluar dari kamar mandi hanya dengan sehelai handuk terikat di pinggangnya.

Ia kemudian berjalan menuju meja berlajarnya, ia pun langsung mengambil baju yang terlipat rapi diatas meja tersebut. Kemudian, ia langsung mengenakannya. Lalu, ia melirik suatu benda yang tak jauh dari bajunya tadi, dia kemudian mengambil barang tersebut dan langsung memakai ke leher jenjangnya.


Di dapur…

Terlihat dua sosok manusia yang berada disitu. Seorang pria dengan rambut pirang dan iris mata bewarna biru layaknya langit cerah tak berawan. Di sebelah pria itu terdapat sesosok wanita berambut merah.

Tak lama kemudian, munculah pemuda pirang dan langsung menghampiri kedua orang tersebut.

"Kaasan… Tousan…"

Merasa dipanggil, dua orang tersebut langsung menoleh. "Naruto…"

"Kapan kita akan berangkat?" tanya pemuda berambut pirang tersebut, panggil saja pemuda tersebut Uzumaki Naruto.

"Sebentar lagi. Kita harus sarapan terlebih dahulu." ujar wanita berambut merah tersebut. Dialah ibu kandung Naruto, Uzumaki Kushina.

"Benar. Kita harus sarapan dulu. Tapi, kau sudah membereskan barang-barangmu 'kan, Naruto?" ujar pria berambut pirang yang duduk di sebuah kursi. Ya… Dia adalah ayah Naruto, Namikaze Minato.

"Ha'I, tousan!" jawab Naruto, kemudian ia langsung mengambil semangkuk ramen miso dan melahapnya.

Tanpa disadari oleh Naruto, Minato dan Kushina hanya menatap cemas ke arahnya.

Ya… Hari ini adalah hari keberangkatan Namikaze family itu ke Konoha. Dan hari ini juga adalah hari kepergian Naruto dari Suna.

Suna adalah sebuah kota yang terletak di Negara Angin. Kota yang kering dan tidak banyak tumbuhan berdiam di kota ini. Hanya beberapa yangmampu bertahan dari teriknya matahari.

Sedangkan Konoha adalah salah kota yang terletak di Negara Api. Berbeda dengan Suna yang kering, Konoha adalah sebuah kota yang subur dan kaya akan tumbuhan. Banyak tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di kota itu. Disana juga terdapat sebuah hutan yang rimbun dan sejuk.

Yah, seperti itulah keadaan Suna dan Konoha. Walau perbedaan nya sangat mencolok, tapi kedua kota itu sangatlah terkenal. Dan kota Konoha adalah tujuan keluarga Namikaze. Mulai hari ini, mereka akan tinggal kembali di Konoha.

Kembali?

Ya… Dulu mereka memang tinggal di Konoha. Tapi hanya sampai usia Naruto beranjak 3 tahun. Karena suatu kejadian, mereka pindah ke Suna. Dan hari ini, setelah 11 tahun meninggalkan Konoha, mereka pun kembali lagi.


Setelah menempu perjalan sekitar 45 jam lebih, Naruto, Minato dan Kushina sampai di konoha. Mereka pun perlahan berjalan masuk ke dalam suatu rumah yang terbuat dari kayu dan bercat putih.

Hampir semua rumah di Konoha ini terbuat dari kayu. Itu karena Konoha adalah sebuah kota yang terletak di daerah gunung dan dikelilingi oleh hutan. Berbeda dengan Suna yang bangunan rumahnya terbuat dari tanah yang dijemur ataupun dikeringkan.

Naruto pun berjalan mendekati rumah tersebut sambil membawa tas nya yang berisi baju-baju dan keperluan lainnya, dan tak lupa beberapa bungkus ramen instant yang memang adalah makan sehari-harinya.

"Naruto… Kau bisa memilih kamarmu di lantai atas." ujar Kushina sambil meletakkan tasnya didekat sebuah meja makan.

"Baik, kaasan." Naruto pun langsung bergegas menuju lantai dua. Ia lalu melihat terdapat satu pintu yang terbuka dengan lebar.

Penasaran, Naruto berjalan masuk ke dalam kamar tersebut. Ia pun melihat sekeliling kamar yang bewarna putih. Lalu Naruto berjalan menuju jendela. Dapat dilihatnya pemandangan kota Konoha dari atas. Udara segar dapat tercium dari sini.

"Baik! Aku mau kamar ini, dattebayo!" ujarnya semangat dan langsung membuka tas kopernya. Ia pun langsung manaruh semua baju-bajunya di dalam lemari kamar itu.

Di kamar itu, terdapat satu kasur ukuran sedang dan sebuah kamar mandi. Terdapat juga sebuah lemari yang ia gunakan untuk menaruh baj-bajunya. Terdapat sebuah meja kecil disamping tempat tidurnya yang baru.

Naruto berjalan menuju meja kecil tersebut. Ia lalu meraih sesuatu yang berada di lehernya, melepasnya dan kemudian menaruhnya diatas meja tersebut.

"Aku ingin mandi dulu, dattebayo!" ujar Naruto riang dan langsung masuk kedalam kamar mandi sambil membawa handuknya.

'Kring… Kring…'


Keesokan harinya…

"Nah, Naruto… Tousan akan mengantarkan mu ke sekolah yang baru." ucap Minato.

"Memangnya sekolah yang seperti apa?" tanya Naruto penasaran.

"Haha… Itu sekolah tousan dulu, Naruto." jawab Minato sambil tersenyum kecil. "Tapi Naruto…" ucapnya pelan. "Disana… Kau harus berhati-hati…" ucap Minato lagi. Hal itu membuat Naruto malah penasaran.

"Memangnya ada apa, tousan?"

"Karena disana…"

"Ng?"

"ADA HANTU!"

"WUAAAA!"

"Haha… Ternyata Naruto masih takut dengan hantu. Haha…" tawa Minato. Membuat muka Naruto memerah karena menahan malu dan marah.

"Aku tidak takut tousan! Hanya kaget karena tousan berteriak seperti itu!" ucap Naruto kesal.

"Sungguh? Setahu ku, Naruto itu adalah seorang anak kecil yang sangat takut terhadap hantu. Bukankah begitu, Na~ru~to~?"

"Tousan!"

"Hahaha… Iya iya… Tousan hanya bercanda kok!" ujar Minato sambil tertawa. Hal itu malah membuat muka Naruto semakin memerah karena malu.

Lama mereka berjalan, akhirnya mereka tiba disuatu bangunan yang bertuliskan 'Konoha High School'.

"Nah, Naruto. Ini lah sekolah yang tousan maksud barusan." ucap Minato kepada Naruto. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam sekolah itu.

.

.

.

Minato dan Naruto akhirnya tiba disuatu ruangan…

"Naruto, perkenalkan. Ini Tsunade, kepala sekolah ini sekaligus nenekmu." ucap Minato.

"Hoo… Jadi si bocah rubah sudah sebesar ini rupanya!" seru seorang wanita berambut pirang dan bermata coklat sambil mengacak-ngcak rambut Naruto.

"Hentikan mengacak-ngacak rambut ku, baachan." ujar Naruto protes. Walau sudah 11 tahun tidak bertemu, Naruto masih ingat tentang Tsunade. Karena dulu sewaktu kecil, jika Minato dan Kushina pergi karena ada urusan, pastilah Tsunade yang akan menggantikan mereka menjaga Naruto.

Ya. Naruto masih ingat hal itu. Walau memori itu sudah mulai memudar dalam otaknya.

"Hm… Baiklah. Aku akan meminta Kakashi untuk mengantarmu ke kelas yang baru." ucap Tsunade pelan. "Dan kau Minato, kau boleh pulang sekarang."

"Baiklah, nenek bertenanga raksasa…"

Dan selanjutnya, hanya terdengar sebuah buku yang menabrak pintu dengan sangat kencang. Sedangkan Minato sudah berhasil menyelamatkan diri dengan menggunakan pintu sebagai tameng. Poor door…


Di kelas VIII-A…

Suasana kelas sangatlah ribut. Hal itu dikarenakan karena sang wali kelas yang seharusnya mengajar tak kunjung datang.

'Srek…'

"Maaf anak-anak. Saya terlamabat karena—"

"Tersesat di jalan bernama kehidupan. Ya 'kan, sensei?" ujar paraa siswa-siswi tersebut kompak. Sepertinya mereka sudah sangat mengenal tabiat buruk sang wali kelas alias Hatake Kakashi.

"Ya, ya… Terserah kata kalian." ucap Kakashi sambil berjalan menuju mejanya. " Hari ini kita kedatangan murid baru." ucapnya lagi setelah sampai di mejanya.

Dalam sekejap, kelas kembali ribut. Kali ini mereka sedang berdiskusi tentang murid baru.

Kakashi menghela nafas sebentar. "Masuklah, Naruto." panggilnya.

Tak lama kemudian, Naruto pun masuk ke dalam ruang kelas.

Dan kelas pun kembali ribut…

'Anak perempuan yang manis…'

'Wah… Manisnya.'

'Yaah… Anak perempuan…'

'Ck… Ternyata anak perempuan!'

Begitulah pikiran beberapa murid. Dan sepertinya, mereka harus memeriksakan mata mereka ke dokter mata terdekat. Oh yeah… Naruto itu laki-laki, bukan perempuan.

"Hei! Kau sudah punya pacar belum?" tanya seorang anak laki-laki ke Naruto. Sedangkan Naruto yang ditanyai begitu hanya menatap bingung kea rah anak tersebut. 'Maksudnya?' tanya Naruto dalam hati.

Sementara itu Kakashi kembali menghela nafas.

"Anak ini namanya Uzumaki Naruto. Dia pindahan dari Suna." kata Kakashi menjelaskan. "Dan dia laki-laki…" katanya lagi dengan penekanan pada kata 'laki-laki'. Cukup membuat para siswa-siswi tersebut syok berat. Hah… Yare yare…

.

.

Jam istirahat…

Kini Naruto sedang duduk sambil menikmati bekalnya. Disampingnya terdapat Kiba yang juga sedang memakan bekalnya. Didepannya ada Shikamaru dan Neji.

Ya. Atas suruhan Kakashi, Naruto duduk sebangku dengan Kiba yang ada di pojok belakang sebelah kiri dan dekat dengan jendela.

"Hei, Naruto." panggil Kiba.

"Ng?" Naruto hanya menatap Kiba bingung.

"Kau pindahan dari Suna?" tanyanya ke Naruto.

Naruto menelan makanannya. "Ya. Tapi aku lahir disini." jawab Naruto.

"Kalau begitu. Apa kau tahu legenda kota ini?" tanya Kiba lagi.

"Legenda?"

"Ya. Legenda turun-menurun yang selalu diceritakan di kota ini." ucap Kiba dan diikuti oleh gelengan kepala Naruto. "Kau tidak tahu?"

Naruto kembali menggeleng.

"Memangnya orang tua mu tidak menceritakannya?" Kiba kembali bertanya.

"Kurasa tidak." jawab Naruto. "Memangnya legenda apa?" kini, naruto yang bertanya ke Kiba.

"Legenda pertarungan dua ksatria, Naruto." jawab Kiba.

"Entahlah, aku tidak tahu." balas Naruto.

"Ya. Itu hanya sebuah legenda. Tidak ada yang tahu kebenarannya." ucap Kiba lagi. "Tapi, konon katanya, legenda itu terjadi di kota ini. Karena itulah…"

"Ng?"

"Kota ini, dan khususnya sekolah ini…"

"A-apa?"

"BERHANTU!"

"GYAAAAA!"

"Hahaha! Jadi, kau takut hantu ya? Haha!" tawa kiba pun langsung meledak. Memenuhi seluruh isi ruangan kelas.

"Kiba! Itu tidak lucu tau!" balas Naruto.

"Haha! M-maaf!" ujar Kiba masih tertawa. Muka Naruto mengembung pertanda ia kesal.

"Anu, Kiba…"

"Apa?" ucap Kiba penasaran.

"Memangnya, yang kau katakana tadi itu benar?" tanya Naruto.

"Entahlah. Itu 'kan hanya mitos. Tak ada yang tahu." Jawab Kiba.

"Oh…" Naruto hanya beroh-ria. Kemudian ia mengambil sesuatu dari saku celananya.

"Apa itu?" tanya Kiba sambil menunjuk benda yang dikeluarkan Naruto.

Sebuah lonceng berbentuk bola dari kaca bening dan transparan. Di dalamnya terdapat sebuah bola logam kecil bewarna merah.

"Lonceng." jawab Naruto.

"Aku tahu itu lonceng. Tapi rasanya, aku pernah melihat lonceng ini deh. Dimana ya?" kata Kiba sambil berusaha mengingat-ngingat lonceng tersebut. Namun hasilnya nihil. Ia tak dapat mengingat asal-usul lonceng tersebut. Ataupun tempat ia pernah melihat lonceng tersebut.

"Hm… Lonceng ini sudah ada sejak aku berumur satu minggu. Kata kaasan, lonceng ini tiba-tiba saja ada di genggaman tanganku yang sedang tidur." ucap Naruto dan disusuli dengan anggukan paham oleh Kiba.

"Begitu… Tapi rasanya, ada yang aneh dari lonceng ini. Tapia pa ya?" ucap Kiba lagi. Ia kemuduan berpikir-pikir mengenai lonceng milik Naruto tersebut.

"Tak berusara…"

"Eh?" Kiba langsung menoleh kearah Naruto.

"Dari pertama ada, lonceng tak ada suaranya. Ya 'kan?" kata Naruto sambil mengayun-ngayunkan lonceng tersebut pelan. Dan hasilnya? Tak ada satu pun suara yang keluar dari lonceng tersebut. Meskipun didalamnya, terdapat bola logam yang menjadi asal-usul lonceng bersuara.

"Be-benar… Tak ada suaranya."

"Hehe… Iya 'kan? Tak ada suaranya?" ujar Naruto. Ia pun kembali mengayunkan loceng miliknya.

'Kring… Kring…'

"Eh?"

"Ada apa Naruto?" tanya Kiba begitu melihat wajah Naruto yang sepertinya agak terkejut.

"Eh… Tadi… Sepertinya lonceng ini bersuara. Kau dengar tidak?" ucap Naruto sambil menatap bingung ke arah Kiba.

"Hah? Tak ada suara kok!" balas Kiba. Ia pun menatap Naruto dengan tatapan bingung.

'Aneh… Rasanya tadi aku mendengar lonceng ini berbunyi…' ucap Naruto dalam hati sambil menatap lekat ke lonceng tersebut.

Sementara itu, di belakang Naruto dan Kiba. Berdiri sosok laki-laki. Mata hitamnya tak berhenti menatap ke arah Naruto.

'Selamat datang kembali, Naruto…' ucapnya pelan. Dan kemudian, sosok itu menghilang bagaikan debu tertiup angin.

.

.

.

Bersambung…


Kagu: Jiah! Bukannya ngelanjutin fic yang laen, malah bikin fic baru. -,-" *pundung*

Oke, gimana readers? Ada typo kah? Apa OOC? Gaje? Pasti! *pundung lagi*

Ehem! (halah) Oke, aku publish nih fic, karena jaga-jaga supaya nantinya, kalo ada fic yang nyaris serupa, aku tak dibilang plagiat. =,= *tampoled* Gimana? Serem gak? Aku bikin nih fic sambil agak merinding lho~ Padahal, aku tuh biasanya gak mempan merinding ama yang berbau hantu. Tapi kali ini aku merinding. Ntah apa yang bakal terjadi selanjutnya. ==

Yowes, dah!

.

.

.

Review, please? :3