Cause Kihyun
.
.
Semua karena Kihyun. Kibum dan Kyuhyun bisa bertemu, bisa saling jatuh cinta dan karena bocah itu jugalah keduanya bisa berpisah.
.
Drama Romance
.
Cho Kyuhyun, Kim Kibum dan Yoo Kihyun.
.
"Ohayoo" Kyuhyun tersenyum menyambut orang yang mengucapkan salam pagi padanya. "Aku harus segera pergi, istriku pasti menunggu di bandara. Terima kasih untuk malam ini." Kyuhyun hanya mengangguk. Membiarkan lelaki itu keluar dari kamar motel murahan dengan beberapa lembar won di atas meja nakas.
Kyuhyun menghela nafas. Merasa dirinya kotor.
Tak lama kemudian ponselnya bergetar. "Selamat pagi hyung" suara berat di seberang sana membuat senyuman di wajah Kyuhyun yang sempat menghilang kembali lagi.
"Selamat pagi Chanyeol, bagaimana tidurmu?" meski orang yang selalu ia bayangkan dan mimpikan sepanjang malam itu tidak dapat melihat senyumnya sekarang.
"Baik." Chanyeol tertawa di seberang sana. Membuat Kyuhyun membayang wajah seseorang yang ia rindukan itu. "Anu hyung. Aku ingin bertemu denganmu" Kyuhyun cepat menutup mulutnya, tidak ingin suara bahagianya terlalu kentara terdengar.
"Kau tidak sekolah?"
Chanyeol di seberang sana kembali tertawa. "Aku ingin bertemu hyung dulu. Kurasa tidak masalah libur satu dua pelajaran."
"Dasar anak nakal"
"Tapi hyung suka kan?" Kyuhyun kembali tersenyum mendengarnya. "Hyung, aku mencintaimu"
Sambungan itu terputus. "Aku juga" Kyuhyun menatap layar ponselnya. Ada foto dirinya di sana. Tersenyum dengan Chanyeol—lelaki yang beberapa tahun lebih muda darinya sedang merangkulnya dan mencium pipinya. "Tapi—"
"Benarkah kau mencintaiku, Chanyeol?"
Ika. Zordick
Seorang lelaki menatap serius berkas berkas di tangannya. Sesekali ia mengalihkannya pada laptop yang terletak di sisi kirinya. Ia terlihat begitu sibuk. Wajah tampannya menunjukkan gurat lelah tapi ia seolah tak ingin berhenti. Ia membetulkan letak kacamatanya yang sempat melorot, kembali lagi menarikan jemarinya di atas keyboard setelahnya.
Terasa sangat—
Sexy.
"Menjengkelkan" suara gumaman rendah milik seorang remaja yang mengenakan seragam sekolah mebuatnya menghentikan aksinya dalam melihat berkas dan mengutak atik laptopnya. Dia mendongak dan berkedip sesekali.
Rasa berdosa langsung terselip di batinnya. Seolah ia adalah pelaku kejahatan dan dia baru tertangkap basah.
"Kihyun" dia memanggil anaknya yang bersedekap sambil menatapnya dengan tatapan mengadili. Dia buru buru menutup laptopnya, membuka kacamatanya dan berdiri dari singgasana kerjanya. Raut dinginnya tak berubah tapi Kihyun—si remaja mengatahui bahwa pria di hadapannya ini sedang merasa bersalah terhadapnya.
"Ayah, kurasa kau perlu istirahat" itulah yang bisa dikatakan oleh Kihyun, dia terkadang pusing dengan tingkah ayahnya yang kelewatan mencintai pekerjaannya.
"Maafkan ayah." Kibum—lelaki tampan yang masih berusia tiga puluh satu itu langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerjanya. "Ayah akan—"
"Tidak usah pergi bekerja hari ini. Tidurlah ayah!"
"Baiklah. Jangan marah! Ayo kita makan"
Dan terlalu mencintainya. Ayahnya berjalan melewatinya. Kihyun menghela nafas. Ia menatap foto keluarga kecilnya—ia, ayahnya dan ibunya tergambar disana. "Ibu, bagaimana aku harus menjaga ayah. Dia pecundang yang terus memikirkanmu"
Sejujurnya, remaja itu juga merasa terbebani oleh keberadaan ayahnya yang terlalu mencintai ibunya yang telah tiada. Menyiksa diri dengan pekerjaan. Kihyun merasa ayahnya yang tampan tidak keren sama sekali.
Kihyun mendudukkan dirinya di sisi kiri ayahnya, membiarkan kursi di sisi kanan itu kosong. Itu adalah kursi ibunya. Tidak ada yang pernah duduk di sana sejak enam tahun yang lalu—sejak kecelakaan itu terjadi dan merenggut nyawa ibu cantiknya. Kihyun rasa ada yang perlu duduk disana, menjaga ayahnya dan membuat senyum ayahnya yang telah lama hilang kembali lagi.
"Ayah"
"Hm"
Tidak ada yang hilang. Hanya keberadaan ibunya dan senyum ayahnya. Selebihnya, Kihyun selalu mendapatkan kasih sayang yang seperti sebelumnya. Bahkan kasih sayang ayahnya menutupi bagian ibunya yang telah tiada juga.
"Bagaimana dengan pertanyaanku beberapa hari yang lalu?" Kihyun menatap ayahnya. Dia sedikit menggaruk lehernya canggung.
"Ayah sudah katakan tidak, Kihyun. Ibumu terlalu cantik, sexy dan sempurna jika harus di gantikan dengan orang lain" Kibum akan menjawab hal yang sama jika anaknya itu bertanya soal istri baru. "Kau mau memiliki ibu tiri yang tak lebih baik dari ibumu?"
"Aku butuh ibu, ayah" Kihyun juga akan tetap keras kepala. Ia lelah dengan ayahnya yang terlalu menyiksa diri. Ayahnya itu kesepian dan ayahnya terlalu muda tanpa pendamping.
"Tidak ada wanita yang lebih baik dari ibumu" Kibum masih menjawab dengan tenang.
Kihyun mengeram. Dia di besarkan sebagai anak manja dan semua permintaannya harus di wujudkan. Dia menjadi seorang egois dan itu membuatnya menjadi sosok pemarah. Tapi Kibum lebih memandangnya seperti sosok istrinya—seseorang yang ceroboh. Kihyun menghempas sendok di tangannya. "Kalau begitu nikahi saja pria"
Hening—
Kibum meletakkan sendoknya. Menatap ke dalam mata anaknya yang tengah berkaca kaca. Mirip sekali dengan istrinya pikirnya. Dia jadi merindukan sosok Hyuna—istri baik hatinya yang akan selalu memeluknya ketika ia merasa sangat lelah dan gagal seperti ini. "Pria?" Kibum bertanya kembali. Anaknya mungkin sudah gila menginginkan ibu barunya seorang pria.
"Bukankah tidak ada wanita yang lebih baik dari ibu? Kenapa kau tak memilih pria saja? Pria yang bisa menjadi ibuku dan istrimu, ayah" Kihyun tidak mengerti. Entah ide mana yang terlintas di otaknya. Para pelayan di rumahnya bahkan saling berpandangan mendengar ide gila itu. Kihyun rasanya ingin menepukkan kepalanya ke meja makan sekarang juga.
"Kurasa itu ide yang bagus" dan ayahnya memang berbeda. Si jenius brilian yang selalu memenangkan tender periklanan itu terkadang memang gila. "Daripada mencari istri, ayah lebih menginginkan seorang ibu untukmu. Carikan dia dan ayah akan mencintainya"
Kihyun merasa—
Dia baru saja memberi beban baru untuk ayahnya.
Dia menggigit bibir bawahnya. Kihyun akan menemukan yang terbaik untuk menjadi ibunya dan istri ayahnya. Dia yakin itu.
Ika. Zordick
Kyuhyun melangkahkan kakinya turun dari bus. Dia melirik ke kiri dan ke kanan, mencoba menemukan seseorang yang menelponnya pagi tadi. Suara berat yang begitu familiar di telinganya terdengar. Ia cepat menoleh dan menemukan seorang pria dengan balutan seragam sekolah serta senyuman lebar bertengger manis di wajahnya sedang melambaikan tangannya persis seperti orang idiot—namun terlihat charming di matanya.
"Chanyeol!" Kyuhyun balas memanggilnya.
Chanyeol berlari cepat menghampiri Kyuhyun—kekasihnya yang umurnya terpaut cukup jauh darinya. "Sudah lama menungguku?" Tanya Kyuhyun saat Chanyeol tepat berada di hadapannya sambil mengatur nafasnya yang tersenggal.
Chanyeol cepat menggeleng. "Aku hanya mengira aku akan mati" akhir musim gugur memang kondisi cuaca yang lumayan buruk dalam menunggu dan Chanyeol tipe yang jujur dalam mengungkapkannya—membuat Kyuhyun merasa bersalah.
GREP
Tapi pelukan hangat yang langsung melingkupi tubuh Kyuhyun—membuat hati bersalah itu menghangat. Chanyeol memang segalanya untuknya. Lelaki itu selalu bisa membuatnya bahagia. "Aku rindu" dan suara parau Chanyeol menjelaskan bahwa lelaki itu sungguh merindukannya dibalik ketidaksukaan semua orang atas hubungan mereka.
"Bagaimana keadaan ayah?" Kyuhyun bertanya tentang kondisi ayah Chanyeol. Lelaki yang selalu menentang hubungan keduanya. Chanyeol menunjukkan senyuman lebarnya lagi. "Dia baik baik saja hyung, ayo ke taman!"
Jemari itu saling bertaut, menyalurkan kehangatan. Di udara yang dingin itu, keduanya merasakan hangat yang tak di temukan oleh orang lain. Hangatnya cinta. Menggelikan memang—jika kau masih jomblo.
Kyuhyun mendudukkan dirinya di salah satu bangku di taman itu. Pemandangan pohon tanpa daun membuatnya merasa melankolis. Sedikit meratapi bahwa dirinya menyedihkan. "Hyung, aku—"
Kyuhyun tak suka jika Chanyeol meminta darinya. Tapi ia mengerti kebutuhan Chanyeol. Ayahnya yang keras sementara Chanyeol adalah seorang anak yang memiliki banyak teman. Chanyeol juga memiliki cita cita menjadi seorang pemusik—itu artinya dia butuh uang untuk membeli kertas partitur dan alat music. Kyuhyun menyerahkan sebuah amplop yang agak tebal pada Chanyeol.
"Aku rasa ini terlalu banyak hyung"
"Tidak ada salahnya kau membeli pakaian baru kan? Hyung akan senang kalau kau terlihat keren saat bermain music" Kyuhyun mengacak rambut Chanyeol. Mencintai seseorang yang lebih muda itu memiliki sensasi tersendiri. Kadang akan merasa termanfaatkan—terkadang merasa bahagia karena perlakuan yang istimewa.
Chanyeol menatap wajah Kyuhyun dan pancaran matanya menunjukkan ia tidak enak menerima segalanya dari Kyuhyun. "Jangan di pikirkan! Inilah gunanya kau memiliki pacar yang lebih tua kan? Jadi jangan selingkuh dariku, mengerti!" Kyuhyun serius dengan itu. Dia akan mati jika Chanyeol selingkuh darinya. Dia mengorbankan segalanya—bahkan ia rela tidur dengan siapapun asal bisa mendapatkan uang agar Chanyeol bahagia bersamanya.
"Pergilah sekolah!"
"Hyung, aku tidak bisa kencan denganmu minggu ini"
"Aku tahu, kalau begitu tidak usah. Hubungi aku kalau kau punya waktu. Mengerti"
Chanyeol mengangguk. Dia menarik Kyuhyun dan mengecup bibirnya. "Hyung, terima kasih karena begitu pengertian" Jantung Kyuhyun rasanya ingin meledak.
Dia akan memberikan perhatian sebagai balasannya. Karenanyalah Kyuhyun begitu mencintai berondongnya itu. "Kurasa aku harus mencari pekerjaan baru" dia menghela nafas.
Ika. Zordick
Melihat ke kiri ke kanan. Kihyun berkeliaran di sekitar daerah pertokoan. Dia membolos, dia bermain seenaknya dari internet café di sekitar sana untuk menunjukkan bahwa ia anak yang nakal. Dia memiliki banyak nilai yang buruk belakangan ini dan ayahnya belum mengetahui itu.
"Hei Kihyun, kau serius akan melakukan ini?" Kihyun melirik temannya—Jooheon yang tampak ketakutan setelah mendengar ide gila dari Kihyun.
"Tentu."
Kihyun selalu serius dengan ucapannya. Dia berkata dia akan melompat dari gedung kantor ayahnya—maka ia akan melakukannya. Dan jika dia berkata dia akan mengutil dari sebuah toko yang terlihat mahal itu—maka ia juga akan melakukannya. Kihyun sudah memastikannya—toko itu bukan langganan keluarganya.
Dia tak boleh dikenali, atau mereka akan membiarkan dia mengambil seenaknya lalu meminta uang dari ayahnya sebagai bayaran. Kihyun tidak memaksudkan untuk itu. Ia akan berbuat nakal. Dia akan mengutil dan ayahnya harus kecewa dengan dirinya. Ayahnya membutuhkan orang lain untuk merawatnya—dia tak bisa melakukan seorang diri. Ayahnya takkan merasa membutuhkan siapapun untuk dirinya jika dia menjadi anak yang patuh.
"Kau tenang saja Jooheon. Percaya saja padaku!"
Kihyun memiliki sahabat yang mengerti dirinya dan mengingatkannya ketika salah. Tapi sayangnya Jooheon—lelaki berparas preman namun berhati hello kitty itu tak terlalu mampu untuk menolak permintaan Kihyun. Untuk mengawasi dirinya agar tak tertangkap tangan dalam mencuri salah satu barang di dalam toko.
Kihyun melangkahkan kakinya ke dalam toko, mengeratkan topi hitamnya. Ia mencoba memilih salah satu aksesoris gelang di toko itu. Ia menjilat permukaan bibirnya yang kering—rasa gugup menderanya ketika tangannya hendak memasukkan gelang itu ke dalam tasnya.
Ia membuka kancing tasnya—memasukkan barang curiannya ke dalam sana namun,
Sebuah tangan menghentikan aksinya. Habis sudah.
Dia tertangkap.
Bayang bayang wajah ayahnya seketika menghantuinya. Dia mendadak takut. Mendiang ibunya seolah menangis menatapnya. Harusnya dia sadar lebih awal kalau perbuatannya itu salah.
Kihyun mendongak, menemukan lelaki bertubuh kurus tinggi, berambut coklat pendek sedang menariknya ke meja kasir. Ia akan di adukan. Habislah dia.
"Aku beli ini dan yang di pegang anak ini"
"Harganya tiga puluh ribu won" Kihyun menatap tak percaya sang kasir dengan lalaki itu bergantian. Lelaki itu memberikan kasir itu tiga puluh ribu won dan mereka keluar dari toko.
Ika. Zordick
"Kau bolos sekolah" lelaki itu menatap Kihyun dengan tatapan menyelidik. Kihyun menunduk. Ia malu. Dan lelaki dihadapannya itu—penyelamatnya seolah mengadilinya. Membuatnya semakin berdosa.
"Iya, aku—" rasanya Kihyun ingin mengutuk Jooheon yang menghilang. Anak itu pasti kabur ketakutan karena Kihyun telah tertangkap pria ini tadi. "Apa kau akan membawaku ke kantor polisi?"
Tertawa. Kihyun mendongak dan dia terpesona pada lelaki yang sedang tertawa—mungkin mentertawakannya. Lelaki itu menarik tangan Kihyun, memasangkan gelang yang tadi di curi olehnya. "Ini hadiah dariku, kau harus mengingatnya dan tak akan pernah mengutil lagi, mengerti"
Kihyun tak mengerti. Dia bukanlah anak yang patuh dan dia adalah seorang yang egois. Tapi ia mengangguk. Dia menanamkan itu pada dirinya sendiri. Ia berjanji pada pria itu bahwa ia tak akan melakukan kelakuan konyol sejenis mengutil lagi. "Kau akan membuat ayah dan ibumu sedih" Kihyun menatap dalam bola mata kecoklatan dihadapannya. Terlihat bersinar. Seperti milik ibunya. "Kau juga membuatku sedih jika kau mengingkari janjimu"
Kihyun membungkukkan tubuhnya. "Maafkan aku" ungkapnya.
Lelaki itu tertawa lagi. "Kau sangat lucu. Apakah kau di bully di sekolah dan mereka menyuruhmmu untuk mengutil di toko itu?"
Kihyun buru buru menggeleng. "Pacarku ketua gang di sekolah, jadi—" tawa lelaki itu semakin menjadi jadi membuat Kihyun semakin malu. Dia bicara apa, bagaimana bisa dia sampai membicarakan pacarnya—tentu saja yang diluar sepengetahuan ayahnya pada lelaki yang baru dikenalnya itu—tidak, Kihyun tidak kenal dia.
"Sudahlah, tidak apa apa" lelaki itu mengacak rambut Kihyun. "Aku hampir ingin mematahkan leher orang tadi" dia kemudian berlalu dari Kihyun. Kihyun sendiri hanya menatap punggung lelaki yang pergi semakin menjauh darinya. Dengan dedaunan kering yang di terbawa angin menghiasinya. Lelaki itu indah. Seperti ibunya.
"Jika aku bertemu denganmu lagi, aku anggap kau adalah jodoh ayahku" gumamnya.
Ika. Zordick
Kihyun menatap ayahnya dengan serius. "Ada apa denganmu?" Kibum menurunkan kacamata bacanya. Dia tak pernah bisa membuat anak manisnya itu menjadi nomor dua. "Kau terlibat masalah?"
"Tadi aku bolos sekolah"
Kibum tampak terkejut. Tapi ekspresinya kembali tenang, tapi sebagai gantinya dia meletakkan berkasnya kembali dan menutup perkakas kerjanya. Ia bangkit dan menarik anaknya keluar dari ruang kerjanya. Ia perlu bicara dan Kihyun yang bolos sekolah bukan tipe anaknya sekali. Pasti ada yang salah di sini.
"Apakah ayah terlalu sibuk bekerja hingga ayah kurang memperhatikanmu?"
"Tidak, ayah melakukannya dengan sangat baik" Kihyun tersenyum hingga matanya menyipit. Senyum yang mirip ibunya—pikir Kibum. "Lalu apa masalahnya sayang?" Kibum berusaha menjadi ayah yang baik. Menjadi seseorang yang bisa menjadi ibu Kihyun juga.
"Aku juga mengutil barang di sebuah toko"
"Apa?" ekspresi Kibum tampak mengeras.
"Aku kira kau akan membutuhkan seseorang untuk menjagaku. Tapi aku sadar itu salah ketika ada seorang pria yang menyadarkanku. Aku seperti melihat ibu" Kibum terdiam. Dia menatap Kihyun yang mulai meneteskan air mata. "Aku sudah besar ayah. Aku bahkan sudah memiliki pacar yang hebat. Dia bisa menjagaku dan aku rasa dia akan sangat menghormati ayah hingga dia takkan berani menyakitiku."
"Si—siapa dia?" Kibum merasa Kihyun keterlaluan karena merahasiakan soal percintaan. Kihyun itu hanya anak kelas sepuluh yang masih perlu bimbingan.
"Aku akan mengenalkannya nanti ayah" Kihyun memutar bola matanya. Dia menghapus air matanya. "Tapi yang sebenarnya ingin ku katakan, yang membutuhkan pengganti ibu itu bukan aku ayah, tapi kau"
Kibum merasa tertohok. Kihyun memegang tangannya dan tangan itu bukan lagi tangan kecil yang bergetar menahan tangis ketika ia kehilangan Hyuna dahulu. Tangan itu sudah tumbuh menjadi tangan yang besar—hampir sebesar tangannya.
"Ibu mencintaimu lebih besar dari yang kau tahu, ayah. Dia ingin kau bahagia. Bukan menjadi pecundang yang lari dengan terus menatapku seperti ibu dan menjadi lelaki yang gila kerja"
Kibum terdiam. Anaknya benar. Dia hidup di bawah bayang bayang istrinya terlalu lama.
Ika. Zordick
Tes
Tes
Tes
Kibum menangis. Dia menatap gambar Hyuna yang tengah tertawa bersama Kihyun di video yang sedang tampil di laptopnya. "Kihyun, lihatlah! Ini perguruan Santa Monica, tempat ibu dan ayahmu bertemu" Hyuna tertawa. "Dia sangat culun dulunya"
Memori Kibum berputar pada wanita korea yang sangat popular di perguruannya dulu. Wanita cantik yang memirangkan rambutnya dan selalu tersenyum padanya yang selalu berkutat pada buku. Memori itu terus berputar, membuatnya menyadari ia merindukan istrinya dengan sangat buruk.
Hyuna berlari di pantai. Tato di bahu kirinya yang pernah membuat Kibum marah kini menimbulkan senyum di bibir lelaki itu. Wanita itu terlihat sangat sexy sekaligus cantik. Kesan kebaikan hatinya terlihat di tawa polosnya meski ia bergaya ala bad girl di pinggir jalan Los Angeles. Kibum pikir dia sungguh akan sangat tak bisa melupakan Hyuna dengan tetap tinggal di sana. Tapi dimanapun dia berada, Hyuna masih sangat membekas di hatinya.
Kenyataannya.
Istrinya itu akan selalu ada di dalam hidupnya. Meski ia memperistri orang lain dan mencintai orang lain.
"Bryan Trevor Kim." Kibum menghapus air matanya. Matanya terasa mengabur. "Berbahagialah, sayang! Berbahagialah! Aku mencintaimu" suara Hyuna yang memanggil namanya dan menyuruhnya berbahagia membuatnya yakin, dia butuh orang lain untuk menemaninya.
"Ya, aku juga mencintaimu sayang" bisiknya.
Kibum merasa istrinya itu hadir di sampingnya. Membuatnya mampu tertidur. Hingga ia tak mendengar ketukan di pintu ruang kerjanya. Kihyun menyembulkan kepalanya dari pintu, melihat ayahnya yang tertidur dan masuk begitu saja.
"Astaga, badanmu bisa sakit jika seperti ini ayah"
Kihyun membangunkan ayahnya. Menyuruh Kibum untuk berpindah ke kamar. Kihyun menghela nafas ketika dia tidak mampu membangunkan ayahnya. Dia melirik sebuah dokumen data di meja kerja ayahnya. Dia rasa ia familiar dengan foto yang tertera di sana.
Kihyun mengambil dokumen itu. Membaca "Lamaran kerja" di bagian atasnya. Lelaki itu adalah lelaki yang menolongnya kemarin. Namanya adalah—
"Cho Kyuhyun" kihyun menyeringai. "Sepertinya kau memang berjodoh dengan ayahku"
Ika. Zordick
"Selamat pagi ayah" Kihyun mengucapkan selamat paginya dengan ceria melalui telpon hari ini. Kibum mengeriyit di belakang meja kerjanya menatap panggilan mendadak anaknya. Dia menaikkan sebelah alisnya dan melirik pada sekretaris cantiknya. "Apakah hari ini ulang tahunku?" tanyanya dan sekretarisnya mengatakan tidak setelah mengingat ingat sebentar.
"Astaga." Kihyun sendiri heran kenapa ayahnya terlahir sebagai orang yang kaku dan tak bisa bercanda seperti ini. "Ayah, aku punya permintaan. Setelahnya aku berjanji akan belajar dengan baik di sekolah"
Kibum memilih untuk mengiyakan. "Aku menginginkan kau mewawancarai secara langsung seseorang ayah"
"Kualifikasi ayah sangat mengerikan, kau tahu?"
Kihyun tertawa di seberang line sana. "Aku yakin ayah akan memilihnya. Dia lebih dari cukup untuk kualifikasi ayah. Namanya Cho Kyuhyun. Ahh—guruku datang. Bye"
Sambungan Kihyun terputus. Kibum menatap layar ponselnya—berpikir kalau anaknya itu durhaka. Ia melirik sekretarisnya. "Soyou. Dimana calon karyawan atas nama Cho Kyuhyun di wawancarai"
"Akan saya periksa, tuan"
Ika. Zordick
"Tuan Kim ada di sini" seluruh karyawan buru buru membungkukkan tubuhnya. Kibum melangkahkan kakinya dengan angkuh, memasuki sebuah ruangan dan terdapat beberapa calon duduk menghadap tiga karyawan bagian personalia di perusahaannya. Seperti sidang.
Kibum duduk di kursi kosong. Sedikit menunjukkan wajah tidak suka—ternyata dibagian personalia ada yang tidak hadir hingga kekosongan kursi ini bisa terjadi. Bagian personalia yang lain terlihat berbisik, takut akan ketidak hadiran anggota mereka yang lain dan bisa mendapat surat peringatan dari sang pemilik perusahaan.
"Aku seseorang yang menggantikan yang tidak hadir" Kibum berbicara dengan nada dingin. Cukup membuat calon karyawan dan karyawannya merasakan aura mencekam di sekitar mereka. Kibum cukup punya andil memecat karyawan yang tidak berkompeten dengan hukum yang sah jika ia mau.
Sekretaris cantiknya buru buru memberikan berkas atas nama Cho Kyuhyun. Kibum langsung menemukan seseorang itu di sana. Seorang pria dengan berperawakan yang sederhana, pipi yang berisi, tubuh yang tinggi dan rambut yang berponi. Cukup manis.
"Kita mulai dari yang paling kiri, silahkan nama, usia dan pendidikan terakhir" Kibum mendengarkan dengan seksama. Cukup terkesan dengan universitas universitas ternama yang disebutkan oleh para calon karyawannya.
Hingga—
"Cho Kyuhyun, dua pulih lima tahun, pendidikan terakhir SMA H di Seoul" seluruh mata kini tertuju padanya. Kibum menaikkan sebelah alisnya. Cukup tertarik dengan karyawan tamatan SMA yang terlihat lucu dimatanya.
"Siapa yang tidak bisa berbahasa Inggris?"
Kyuhyun mengangkat tangannya. Membuat semuanya kembali menatapnya. "Tuan Cho, kurasa anda tidak punya sesuatu yang di butuhkan oleh perusahaan—"
"Apa alasan Tuan Cho mendaftar sebagai calon karyawan di perusahaan ini" Kibum memotong ketua dari pewancara. Semua terdiam. Kyuhyun membenarkan posisi duduknya. Dia jadi gugup. Apalagi semua mata seolah menelanjanginya. Dia memang terlalu bermimpi banyak untuk berada di perusahaan hebat.
"Karena uang." Kyuhyun meneguk ludahnya. "Pekerjaan disini menghasilkan banyak uang dan terhormat."
"Aku membaca tidak ada pengalaman pekerjaan apapun disini."
"Aku hanya bekerja yang tidak memiliki badan hukum. Kurasa kau mengerti maksudku" Kibum sedikit takjub karena lelaki di hadapannya ini tidak malu mengutarakan bahwa dia mungkin berurusan dengan mafia, preman atau bahkan gigolo. Kibum menopang dagungnya dengan tangannya. Terlihat sekali dia merasa tertarik dengan orang yang kini menatapnya. Seolah intimidasinya tak berguna sama sekali. "Jika anda memperkerjakan saya sebagai OB pun tidak masalah asalkan saya tetap bekerja"
Semua orang buru buru mencoret nama Kyuhyun di sana. Tidak akan ada perusahaan yang mau mengambil resiko dengan memperkerjakan mantan pekerja illegal. Itu akan mencoreng nama perusahaan. "Berapa gaji yang kau inginkan?"
"Anda bisa menilai dari pekerjaan saya"
"Ketika kau membuat kopi, berapa sendok gula yang kau masukkan?"
"Jika saya membuatkannya untuk anda, saya tidak akan memasukkan sesendok pun. Anda sepertinya tidak suka sesuatu yang manis" Kibum tak mengerti, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Dia tersenyum. Dan itu dari seorang karyawan yang belum resmi di kantornya.
"Selamat datang di perusahaan kami, Cho Kyuhyun. Soyou, urus dia di bagian administrasi marketing" Kibum bangkit dari kursinya.
"Tuan bagaimana dengan yang lain?" seorang bagian personalia bertanya ketika Kibum siap siap akan pergi.
"Kalian urus saja. Tapi jika mengikuti verifikasiku, tidak akan ada yang lulus. Jika mereka lebih dahulu takut dengan kehadiranku, jelas saja mereka tidak akan bisa menghadapi saingan bisnis kita"
"Kami mengerti"
Ika. Zordick
Suara ketukan pintu membuat Kibum menghentikan pekerjaannya mengetik berkas. Sekretarisnya dan seorang pria bernama Cho Kyuhyun terlihat di ambang pintu dengan segelas kopi di tangannya. "Masuk" Kibum menutup berkas di tangannya. Memberi perhatian untuk pegawai barunya yang baru bertugas hari ini.
"Sepertinya dia mengambil bagianku untuk membuatkan kopi untuk anda" Kibum tahu kalau sekretarisnya itu sedang bergurau. Tapi Kibum berdehem saja. "Setiap di jam ini, kau harus membuat dan mengantarkan kopi, mengerti!" Soyou—sekretaris Kibum mengingatkan pada Kyuhyun tentang pekerjaannya.
"Aku tidak menyangka anda adalah pemilik perusahaan ini" Kibum tidak mengerti tapi ia menyukai suara baritone Kyuhyun yang lembut.
"Hm" Kibum menjawab dengan gumaman. Dia menyeruput kopinya.
Kyuhyun merasa atasannya itu sedang tidak menggubrisnya. "HEI! JANGAN MENCUEKIKU!"
Kibum nyaris menyemburkan kopinya ketika Kyuhyun tiba tiba berteriak. Kyuhyun kelabakan sendiri, ia cepat mencari sapu tangannya, mengelap mulut sang atasannya yang belepotan kopi karena ulahnya. "Maaf maaf" dan berakhir kopi sang atasan tumpah membasahi berkas berkas yang terlihat penting.
"Astaga!" Kyuhyun jadi kelabakan sendiri. Dia cepat menyingkirkan gelas kopi itu dan tanpa sengaja menjatuhkannya.
PRANGG—
"Ba—bagaimana ini?" Kyuhyun memucat. Dia cepat cepat membungkuk, bahkan dia tak berani menatap sang atasan yang pasti marah besar dengan kecerobohannya. Kyuhyun cepat merunduk—membersihkan pecahan gelas itu. Tapi Kibum cepat menahan tangannya.
Mata mereka bertemu. Bola mata itu seolah memiliki cahaya dari dalamnya—Kibum menyukainya. Ia merasakannya kembali. Kenyamanan ketika sang istri yang selalu melakukan kecerobohan dan dia yang akan membereskannya. Dia seolah di butuhkan. Dan sebagai balasannya ia akan mendapatkan tatapan serta senyuman yang indah.
"Tanganmu akan terluka" Kibum berbicara dengan nada yang begitu berat. Kyuhyun terdiam. Wajahnya sungguh dekat dengan wajah sang atasan. Apakah baru saja atasannya itu mencemaskannya? Harusnya atasannya itu marah. "Dasar ceroboh"
Wajah Kyuhyun memerah. Dia baru saja dikatai ceroboh dan rasanya dia malu setengah mati. "Kau harusnya marah"
"Untuk apa?"
"Karena aku merusak berkasmu"
Kibum tersenyum. "Aku lebih marah jika ada karyawanku yang terluka hanya karena segelas kopi"
Hening—
Kyuhyun rasa, Kibum itu atasan yang sangat luar biasa. Mungkin tidak akan ada perusahaan lain yang memiliki atasan sejenis Kibum. "Kau tertarik untuk makan malam?" Kibum tidak mengerti tapi kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya. Dia baru saja membuka hatinya, dan dia langsung menemukan seseorang yang bisa menggantikan peran sang istri.
Anaknya benar. Dia hanya perlu yakin dia butuh kebahagiaan dan ia bahagia hanya dengan melihat dan mendengar Kyuhyun yang berdiri di hadapannya.
"Aku sebenarnya sudah janji untuk makan dengan karyawan yang lain"
Kibum baru saja di tolak.
"Tapi bukankah akan sangat keren kalau kau ikut dengan kami?"
Benar juga. Kyuhyun hanya memberikan tawaran baru. Kibum tidak punya alas an untuk menolaknya bukan?
Ika. Zordick
Tapi sepertinya Kibum menyesal. Seluruh ruangan yang penuh dengan kericuhan tadi mendadak hening. Kibum membungkukkan tubuhnya canggung—sangat canggung. Dia tidak pernah berdekatan dengan orang orang selain keluarganya. Dan berada di tengah karyawan kantor yang begitu menghormatinya, dengan dirinya sebagai atasan yang kaku cukup membuat pesta ini menjadi sangat dingin.
"Jangan terlalu memikirkan aku!" Kibum bisa saja bilang begitu dengan raut datarnya. Tapi tak semua orang bisa tak memikirkannya. Dia itu benar benar berbeda.
"Si—silahkan minum, Sir" dan para atasan departemen yang berani menuangkan soju ke botol minuman Kibum. Kibum hanya menatap minuman itu datar. Ia tak pernah minum soju seumur hidupnya. Ia lahirdan besar di Los Angeles, mereka tidak punya soju.
Kibum meminumnya—membuat suasana menjadi canggung. "Aku belum pernah minum ini sebelumnya" dan menjadi benar benar canggung. Mereka berdosa telah membiarkan atasan mereka yang sangat berkelas itu meminum minuman sejenis beras permentasi. Hina sekali. "Ini enak" Kibum jujur soal minuman murahan yang terasa enak di lidahnya.
Kyuhyun tertawa. Ia segera menuangkannya lagi dan karyawan lain sibuk menuangkan cairan itu ke gelas Kyuhyun. Mereka menikmati minum dengan di temani panggangan daging.
Hingga—
Kibum tidak sadar sudah berapa jam yang ia lewatkan untuk minum. Ia bisa melihat kondisi beberapa karyawannya yang sudah teler. Termasuk Kyuhyun di sana yang sudah mulai meracau tak tentu arah. Kibum merasa ia lucu.
Ponsel Kibum berdering. Tertulis rumah di sana. Dari Kihyun tentu saja.
"Baiklah baiklah, ayah kau sangat terlambat untuk pulang. Dimana kau?"
Kibum jadi bingung sendiri mau menjawab apa. "Aku akan segera pulang. Tidurlah duluan!" itulah yang bisa di jawab oleh Kibum.
"Aaaaa! Pimpinan, ada apa? Apa telpon dari istrimu?" Kyuhyun menggoyang goyangkan lengan Kibum. Dia benar tidak sadar dengan apa yang sedang ia lakukan.
"Tidak" Kibum merasa jantungnya berdebar ketika Kyuhyun memeluk lengannya. "Ini dari anakku"
"WOWW! KAU BEGITU MUDA DAN KAU SUDAH PUNYA ANAK" teriak Kyuhyun. "Pimpinan, bawa aku pulang. Aku tidak ingin ada di sini" Kyuhyun meracau lagi, kemudian dia tertawa. Dia lalu pingsan. Kibum hanya menatap datar karyawan barunya itu.
TBC
"DECEMBER CERIA KIHYUN"
Berhubungan karena akan adanya Kibum itu urutan ke 12 di SJ dan Kyuhyun urutan ke 13 (diurutkan usia) maka para author Kihyun dan beberapa Kihyun shipper beranggapan kalau itu "KiHyun Days" (13 Desember). Kita segenap keluarga besar penggemar imajinasi yang dirangkum dalam bentuk tulisan bernama FanFiction maka marilah kita membuat event itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. "Kibum & Kyuhyun paradise FF in December".
Baiklah baiklah, cara gampangnya berpartisipasi adalah sebagai berikut :
Author :
- Menulis FF di akunnya masing masing dalam situs FFn
- Genre dan lainnya bebas
- GS / BL (diperbolehkan)
- Brothership / Romance / Family (No problem)
- Mencantumkan kata "DECEMBER CERIA KIHYUN)" ketika di summary.
- Di posting mulai tanggal 13 Desember sampai akhir bulan Desember.
- One shoot / Chapteran dibebaskan
- Harus bernafaskan Kihyun. Kibum (Super junior) dan Kyuhyun (Super Junior)
- Jangan harapkan ada pemenang (karena cuma buat ceria doang)
- Bersedia di kritik dan di berikan saran, untuk kemajuan seluruh author dan partisipan xD
Reader :
- Membaca FF yang telah di publish
- Diperbolehkan kritik membangun (tidak dalam bentuk bashing)
- Diperbolehkan menulis saran dan pujian (dengan kata yang sopan)
- Diwajibkan meriview yang sudah di baca walaupun tidak sesuai kata hati.
- Langsung di kotak review'an bukan di PM
- Tidak diperbolehkan menagih FF lain dan Out Of Topic
Nah.. kita sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan dan etika dalam penulisan. baik sebagai reader maupun author. Harap diperhatikan.
Nb : JANGAN LUPA MEMBUAT DECEMBER CERIA KIHYUN DI SUMMARY
^^ Terima kasih
Sign
Istri Kibum xD
(Copas dari tahun lalu - parah ya ane)
Harap undangan ini di copy di setiap FF dan PM para author Kihyun agar eventnya semakin besar
