Dan selama perjalanannya itu, ia jadi tahu bahwa hati yang paling rapuh sekalipun dapat belajar menyayangi, kehilangan, dan menyayangi lagi.
-The Miraculous Journey of Edward Tulane
CHAPTER 1
"Appa!"
Sehun menoleh ke belakang saat ia mendengar teriakkan itu. Dengan cepat ia beranjak dan melambaikan tangannya, tak kalah antusias dengan anak laki-laki kecil yang sedang melambaikan tangan dan berlari kearahnya.
"Appa!Bogoshipeo!"
Ucap bocah laki-laki itu saat ia melompat kedalam pelukan Sehun. Sehun mendekap anaknya erat,mengangkat anak satu-satunya itu dipangkuannya.
"Nado Ziyu-ah.." balasnya pelan sambil menciumi wajah anaknya. Ziyu terkikik kegelian mendapat kecupan-kecupan Sehun disekitar wajah imutnya.
"Sehun.."Sehun menghentikkan kecupannya lalu menaruh Ziyu ke bawah dengan perlahan saat ia mendengar suara yang –sangat- ia kenal memanggilnya.
"Hai Luhan Hyung,sudah lama tidak bertemu.." Jawabnya sambil tersenyum kearah Luhan. Luhan balas tersenyum. Suasana terasa Canggung untuk keduanya. Sehun memasukkan tangannya ke saku jeans'nya,menahan hasrat untuk memeluk Luhan. Ia sadar jika ia memeluk Luhan –sebagai teman tentu saja- suasana akan menjadi lebih canggung.
"Hyung?Kenapa Appa memanggil Baba dengan sebutan Hyung?" tanya Ziyu polos sambil menarik-narik kemeja Sehun. Sehun berlutut,menyejajarkan tubuhnya dengan tinggi Ziyu. Ia tersenyum saat melihat tatapan polos anaknya. Ziyu mirip sekali dengan Luhan,pikir Sehun. Ia mempunyai Mata bulat,hidung bangir dan bibir merah seperti Luhan. Tidak ada jejak wajah Sehun di wajah polos Ziyu. Tapi Sehun bersyukur,karena ia tidak ingin merusak wajah imut anaknya dengan Struktur wajahnya yang lebih tegas.
Ia tidak bisa membayangkan anaknya yang menggemaskan ini mempunyai Alis setajam dan setebal dirinya.
Ziyu mempunyai wajah turunan Luhan,dan untuk Sehun itu lebih dari cukup.
"Karena Baba usianya lebih tua dari Appa Ziyu.." Jawab Sehun sambil mengacak rambut hitam anaknya.
"Tapi Appa temanku tidak pernah memanggil Hyung kepada Eomma'nya?" tanya Ziyu sambil mengerutkan alisnya.
"Karena mereka pasangan suami istri Ziyu mereka sudah menikah.." jelas Sehun lagi.
"Tapi Appa dan Baba juga sudah menikah!" Jawab Ziyu tidak mau kalah.
Sehun terdiam. Bagaimana lagi ia harus menjelaskan kepada anaknya kalau antara dirinya dan Luhan sudah-
"Ziyu,Appa memanggil baba dengan sebutan Hyung untuk mengajarkan Ziyu rasa hormat dan menghargai kepada yang lebih tua. Kalau Ziyu bertemu dengan teman yang lebih tua dari Ziyu, Ziyu juga harus memanggilnya dengan sebutan Hyung. Arra?" Jelas Luhan sambil mengelus kepala Ziyu lembut.
"Hmm Arraseo Baba.." ucap Ziyu sambil mengangguk antusias.
"Ah Appa sebelum kita pergi bolehkah aku bermain dulu? Aku ingin naik ayunan itu!" Ucap Ziyu sambil melompat kegirangan.
"Tentu saja. Aku dan Baba akan menunggumu di sini. Hati-hati ya Ziyu jangan sampai terjatuh."
Ziyu berteriak "Yeaayyy!" dengan keras sebelum akhirnya berlari kearah ayunan yang ia tunjuk.
Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat anaknya yang begitu antusias bermain.
"Ia mempunyai otak seperti dirimu.."
"Apa?" tanya Sehun sambil menoleh kearah Luhan.
Luhan tersenyum, "Ia mempunyai otak yang cerdas sepertimu. Ah dan juga keras kepala,seperti dirimu Sehun.." Ucap Luhan sambil menjulurkan lidahnya.
Sehun mendengus sambil memutar bola matanya.
"Ya ya Bukankah itu hal yang bagus?" canda Sehun membuat Luhan tertawa kecil.
"Kau menindik kupingmu Hyung?" tanya Sehun saat menyadari anting hitam ditelinga sebelah kanan Luhan.
"Ah,iya aku menindiknya bersama Jongdae.." Ucap Luhan Malu-malu.
Sehun mengangguk mengerti, "Cocok.." ucapnya pelan namun masih bisa terdengar ditelinga Luhan.
"Thanks.." Ucap Luhan sambil tersenyum.
Sehun memperhatikan Luhan dari ujung kaki hingga ujung rambut. Luhan tidak berubah banyak dari 3 tahun yang lalu. Kulitnya tetap putih,wajahnya tetap cantik dan indah. Ia memang memangkas rambutnya hingga lebih pendek dari sebelumnya dan juga mewarnainya dengan warna cokelat yang lebih tua. Tapi itu semua tidak merubah kekaguman Sehun terhadap pesona Luhan.
Bagaimanapun tampilan Luhan,ia selalu mempesona.
"Kau tidak banyak berubah..." gumam Sehun. Luhan mendongak,mata berkilaunya bertemu dengan mata Sehun .
"Apakah itu hal yang bagus?" tanya Luhan.
Sehun mengangguk sambil bergumam dengan pelan,
"Ya.."
Luhan tertawa malu-malu. Tangannya yang kurus berusaha menutupi bibirnya yang terbuka lebar mempertontonkan giginya yang putih, ujung matanya mengkerut dan untuk Sehun itu adalah pemandangan terbaik yang pernah ia lihat.
Sehun jadi mengingat pertama kali ia menyatakan cinta pada Luhan saat masa SMA dulu. Luhan juga bersikap seperti ini. Tertawa malu-malu dengan pipi mulusnya yang merona merah.
"Hyung jadilah kekasihku!" ucap Sehun sambil berlutut didepan Luhan.
"Yak!Apa yang kau lakukan hah?!"
"Aku menyatakan perasaanku padamu Hyung!" ucap Sehun sambil menyodorkan sebuket bunga mawar untuk Luhan.
"Ta-tapi bukankah kau masih .. Normal?" tanya Luhan ragu. Luhan sudah menyadari dirinya Gay sejak ia SMP. Tapi ia tidak pernah menyadari bahwa teman dari masa kecilnya ini juga Gay. Hell,walaupun ia menyukai Sehun sejak dulu ia tidak bisa membayangkan Sehun menjadi seorang Gay dan membalas perasaannya.
"Well,itu sebelum aku menyadari kalau kau lebih mempesona dari perempuan-perempuan di dunia ini Hyung.. Bahkan dari bidadari sekalipun." ucap Sehun mantap.
Luhan tertawa malu-malu.
Oh,rasanya ia ingin terbang ke langit ketujuh dan menertawakan bidadari-bidadari disana karena menurut Sehun Luhanlah yang lebih mempesona dibanding mereka.
"Se-Sehun.."
"Hyung.. Kau pantas dicintai . Kau pantas dihargai karena kau memang sangat berharga, Kau pantas menerima semua pujian karena kau cantik-"
"Aku tidak cantik!" bantah Luhan memotong 'Pernyataan cinta' Sehun.
"Ya maksudku bukan cantik yang seperti perempuan tapi cant-"
"Aku tampan Sehun!"
Sehun terdiam.
"Baiklah terserah. Jadi maukah kau menjadi kekasihku?" Tanya Sehun akhirnya.
Memang rencana pernyataan cinta Sehun tidak semulus yang ia rencanakan (karena Luhan tidak mau dibilang cantik) tapi setidaknya Luhan menerima cintanya dan Sore itu diakhiri dengan Ciuman yang manis dan menyenangkan.
"Sehun,ini barang-barang Ziyu untuk sebulan ke depan." Ucap Luhan sambil memberikan Koper kecil bergambar Bambi kepunyaan Ziyu.
"Jangan Lupa memakaikan jaket padanya jika kalian akan pergi bermain, Selalu siapkan Obat asma Ziyu kemanapun kalian pergi, Jangan biarkan Ziyu menonton Tv terlalu dekat,Jangan lupa sebelum tidur buatkan susu cokelat kesukaannya dan saat ia tidur-"
"Dan Saat tidur jangan mematikan lampu karena ia takut gelap dan temani ia sampai tertidur. Ya ya aku mengerti Hyung. Aku juga ayahnya,kau tidak usah khawatir." Ucap Sehun menenangkan.
Luhan menggigit bibir bawahnya,terlihat ragu.
"Entahlah Sehun,kau meninggalkan kami selama 3 tahun dan-"
Luhan memejamkan matanya lalu menghela napas, "Dan aku takut kau tidak akan mengenal Ziyu karena kau melewatkan banyak hal tentangnya.." Ucap Luhan khawatir.
Sehun menghela napas berat.
"Maaf.." Ucap Sehun akhirnya.
"Tidak. Tidak perlu. Maaf sudah tidak ada artinya lagi untukku Sehun.." Lirih terdiam sesaat. Masih berdiri sambil berhadapan satu sama lain. Sehun mengepalkan tangannya erat sambil memandang Luhan yang berdiri dihadapannya. Ia ingin sekali memarahi Luhan dan berteriak 'Memangnya menurutmu apa alasanku untuk pergi?!Apa kau tidak mengerti?!' . Tapi ia tidak ingin menghancurkan Luhan. Sosok yang lebih kecil darinya itu sudah terlihat rapuh. Sehun tidak mau menjadi dirinya yang dulu, yang buta terhadap kondisi dan perasaan Luhan. Sudah cukup dirinya menyakiti Luhan.
Dan sudah sepantasnya Luhan tidak menerima kata maaf yang seharusnya ia ucapkan dari 3 tahun yang lalu.
"Aku harus kembali ke Kafe..." ucap Luhan memecah keheningan.
"Tolong jaga Ziyu untukku.." Lirih Luhan sambil memperhatikan Ziyu yang sedang bermain tak jauh dari tempatnya berdiri. Luhan menitikkan air matanya. Luhan tidak peduli jika Sehun beranggapan kalau dirinya cengeng atau seorang Drama Queen, tapi berpisah dengan buah hatinya –walaupun hanya sebulan-, membuatnya Sedih. Mereka tidak pernah terpisahkan selama 3 tahun hidup berdua.
"Hey,Aku akan menjaganya. Kau dan Ziyu tidak berpisah untuk selamanya,hanya sebulan. Kau masih bisa bertemu dengannya jika kau mau.." ucap Sehun sambil menggapai tangan Luhan. Luhan meringis lalu menjauhkan tangannya dari Sehun,membuat Sehun terkejut.
"Ah! Aku harus pergi.." Ucap Luhan gemetar. Ia lalu membalikkan badannya dan berjalan cepat meninggalkan Sehun.
Sehun menjatuhkan tangannya yang tergantung dan menunduk sedih.
'Apa sebenci itu Luhan padaku?' tanyanya dalam hati.
Bahkan disentuh olehnya-pun Luhan tidak mau.
"Appa!" Teriak Ziyu sambil berlari kearah Sehun. Sehun yang menyadari anaknya berlari kearahnya menangkap Ziyu lalu menggendongnya.
"Baba ke mana? Kenapa ia tidak memberi Ziyu ciuman perpisahan sebelum pergi?" ucap Ziyu sambil mengerucutkan bibirnya.
"Aigooo Kyeopta! Baba ada kerjaan Ziyu. Ia janji akan menelepon Ziyu jika pekerjaannya sudah selesai.." jelas Sehun sambil mencubit pipi anaknya.
"Tapi Ziyu ingin dicium Baba!" rengek Ziyu.
"Mmmm Bagaimana kalau dicium Appa saja?" ucap Sehun sambil berjalan menuju mobil hitamnya yang terparkir diseberang taman.
"Andwae! Appa sudah menciumi wajah Ziyu tadi! Dan itu Membuat Ziyu kegelian!"
"Ah maksud Ziyu mencium Ziyu seperti ini?!" ucap Sehun lalu menciumi Ziyu lagi. Ziyu terkikik geli sambil memukuli pundak Sehun.
"Appa! Hentikan!" ucap Ziyu disela tawanya. Sehun berhenti lalu ikut tertawa dengan anaknya.
"Baiklah,sekarang Ziyu duduk dan pakai sabuk pengaman ya!" ucap Sehun sambil menaruh Ziyu di kursi penumpang dan memasangkan sabuk pengaman ditubuh Ziyu. Setelah memastikan Ziyu aman,ia berputar lalu masuk ke pintu pengemudi.
"Sudah siap?!" Tanya Sehun riang pada Ziyu. Ziyu mengangkat tangannya ke atas sambil berteriak "Yaaa!" Dengan girang. Lalu Duo ayah dan anak itupun pergi meninggalkan taman bermain menuju rumah Sehun.
.
.
.
"Aku pulang!" teriak Sehun sambil membuka pintu rumahnya. Ziyu yang memegang tangan Sehun, mengedarkan pandangannya kesemua penjuru ruangan. Ia terus menggumamkan kata 'Wow' dengan takjub saat melihat keadaan rumah Appanya yang besar dan modern.
"Ah jagiya, kau sudah datang?" ucap seorang wanita sambil menuruni tangga besar tepat didepan ruang utama rumah Sehun.
"Ne. Lihat siapa yang datang bersamaku?" ucap Sehun sambil mendorong pelan Ziyu.
"Omo Lucu sekali ! Kau pasti Ziyu? Ziyu-ah aku hyemi eomma! Bangapta!" ucap Hyemi riang sambil berlutut didepan Ziyu dan mencubit pipinya. Ziyu mengernyitkan dahi bingung.
"Eomma?" tanyanya bingung.
"Tapi Ziyu tidak punya Eomma. Yang Ziyu punya hanya baba dan appa." Ucap Ziyu polos.
"Ziyu,Hyemi Eomma ini kekasih appa. Ia adalah pasangan appa, jadi Ziyu juga harus memanggilnya dengan sebutan Eomma.." jelas Sehun sambil tersenyum.
"Kekasih?Pasangan? Tapi pasangan appa adalah Baba!" teriak Ziyu.
Hyemi menatap Sehun heran dan Sehun balas menatapnya dengan perasaan bersalah.
"Apa Tante Hyemi yang membuat appa pergi dari Ziyu dan Baba?" tanya Ziyu. Air mata mengalir dipipinya. Ia mengeratkan genggamannya ditangan Sehun yang lebih besar, takut jika sang Appa meninggalkannya dan bersanding dengan wanita yang berdiri didepannya dengan kikuk.
"Ah!Bukan begitu Ziyu! Appa tidak pergi karena Hyemi eomma.." ucap Sehun panik saat melihat Ziyu menangis.
"Lalu kenapa Appa pergi? Apa karena Ziyu tidak baik? Apa Karena Appa tidak menyayangi Ziyu dan baba lagi?" tanya Ziyu sambil terisak. Ia mengusap air mata yang mengalir dengan punggung tangannya yang kecil.
"Ziyu. Maafkan appa hmm? Appa sangat menyayangi Ziyu. Mianhae,Appa tidak akan meninggalkan Ziyu lagi. Tidak akan pernah.." ucapnya sambil memeluk Ziyu. Hati Sehun begitu sakit melihat anaknya menangis. Rasa bersalah kembali muncul saat ia menyadari bahwa bukan hanya Luhan saja yang ia sakiti, tapi juga buah hatinya.
"Sekarang Ziyu berhenti menangis ya? Appa dan Hyemi Eomma sudah menyiapkan kamar untuk Ziyu! Pasti Ziyu menyukainya.." Ujar Sehun lalu menarik tangan anaknya untuk naik ke atas. Ziyu mengikuti sang appa hingga mereka sampai disalah didepan pintu kamar bercat putih dengan nama ZIYU yang tertermpel dan terangkai lucu didaun pintu.
"Ta-da! Ini kamar Ziyu!" ucap Sehun sambil membuka pintu berwarna putih didepannya. Ziyu masuk dengan mata dan bibir yang terbuka lebar,takjub dengan ruangan yang sekarang dimasukinnya.
"Waahh! Bambi!" teriaknya saat kamar berwarna biru langitnya terisi penuh dengan barang-barang bertema Bambi,figur favoritnya. Sehun tertawa kecil melihat ekspresi girang anaknya.
Sehun mengalihkan pandangannya dari Ziyu ketika ia mendengar Hyemi berdeham.
"Ah jagi,maafkan Ziyu. Ia tidak bermaksud kasar,ia hanya belum mengerti tentang kondisi ini.."
"Ya,ya aku tahu." Balas hyemi, "Butuh waktu untuknya mengerti dan akan berusaha agar lebih dekat dengan Ziyu. Bagaimanapun Ziyu akan menjadi anakku kelak.." Ucap Hyemi sambil memperhatikan Ziyu yang sedang bermain dengan Boneka bambi kesayangannya.
"Terima kasih.." ucap Sehun sambil merangkul pinggang Hyemi agar lebih mendekat dengannya lalu mencium pipi Hyemi.
"Tapi omong-omong,kapan kau akan mengurus perceraianmu?" tanya Hyemi.
"Ah ya segera.." jawab Sehun ragu. Hyemi memutar bola matanya.
"Ayolah Sehun. Setiap aku bertanya tentang ini semua kau selalu menjawab dengan segera atau nanti. Dan nyatanya sudah 3 tahun kau belum bercerai dengannya. Kenapa begitu sulit untukmu mengurus itu semua?"
Sehun terdiam.
Karena ia juga tidak tahu kenapa sampai sekarang, begitu sulit untuknya memutus tali pernikahannya dengan Luhan.
"Ziyu.." panggil Sehun malam itu sambil masuk membawa susu cokelat favorit Ziyu.
"Appa!" jawab Ziyu sambil mengalihkan perhatiannya dari buku dongeng yang sedang ia lihat ditempat tidurnya.
"Waktunya tidur baby. Ini susu untukmu." Ucapnya sambil menyodorkan mug favorit ziyu dengan perlahan.
"Minum dengan hati-hati Ziyu. Susunya masih panas.." ucap Sehun sambil membantu Ziyu meminum susunya.
"Ahh! Susunya sangat enak!" ucap Ziyu sambil mengacungkan jempolnya. Sehun tertawa."Ucapkan terima kasih pada Hyemi eomma. Ia yang membuatkanmu susu ini Ziyu.." bohong Sehun pada Ziyu. Yah setidaknya ia berbohong agar Ziyu lebih menyukai Hyemi. Mau bagaimanapun Hyemi akan menjadi ibu Ziyu kelak.
"Jinjja?Wahhh Baiklah!Ziyu akan berterima kasih padanya nanti!" ucap Ziyu riang sambil berbaring dikasur empuknya. Sehun tersenyum lalu duduk di kasur,disebelah tubuh kecil Ziyu. Ia lalu mengelus pelan rambut Ziyu sambil bersenandung kecil untuk mengantar Ziyu tidur.
Ziyu merentangkan kedua tangannya. Jari-jari kecilnya bergerak membuka dan tertutup, berusaha menggapai Sehun.
"Appa! Aku ingin menyentuh wajahmu!" rengek Ziyu. Sehun tertawa lalu ikut berbaring disebelah Ziyu. Ziyu menangkup wajah tegas Sehun yang berada dihadapannya dengan kedua tangannya yang kecil.
"Appa,Kau lebih tampan dari yang kulihat dikomputer baba..." ucap Ziyu takjub sambil mengelus wajah Sehun. Sehun tersenyum sambil mencium telapak tangan anaknya.
"Appa,jangan pergi lagi ya? Ziyu lebih suka Appa yang ini daripada Appa yang berada dikomputer Baba. Memang sih tidak kalah tampan tapi ia tidak bisa memeluk Ziyu seperti sekarang." Ucap Ziyu sambil mem-poutkan bibirnya. Saat pertama kali melihat Sehun dilayar komputer babanya,Ziyu memandangnya dengan takjub. Appanya terlihat sangat tampan dan kuat. Pertama kali Luhan memutuskan untuk mengizinkan Ziyu melakukan Video Chat dengan Sehun,Ziyu tidak berani untuk menatap ayahnya dan selalu bersembunyi dibalik punggung Luhan sambil mengintip sedikit Sehun yang tertawa melihat sikapnya. Akhirnya Ziyu mulai merasa nyaman dengan Sehun,mereka melakukan Video Chat setiap tiga hari sekali. Dan setiap appanya harus mengakhiri sesi 'Video chat'nya bersama Ziyu,Ziyu sangat ingin mengatakan bahwa dirinya masih merindukan sang ayah dan ingin memeluk sang ayah yang sudah lama tidak bertemu.
"Ya Appa tidak akan pergi meninggalkan Ziyu lagi.." ucap Sehun sambil mencium dahi Ziyu. Ziyu tersenyum puas mendengar jawaban Sehun.
"Selamat tidur Appa.." Ucap Ziyu lalu mencium pipi Sehun dan berbaring lebih dekat dengan Sehun.
"Selamat tidur anakku. Appa menyayangimu.." ucap Sehun lalu merengkuh anaknya lebih erat.
Sehun pikir selama ini ia tidak akan menyesali semua yang ia lewati setelah ia pergi. Tetapi dengan anaknya yang sudah berumur 4 tahun berada didekapannya sekarang,Sehun baru sadar ia sudah melewati banyak hal tentang Ziyu dan mulai menyesali semuanya.
.
.
.
"Apa Ziyu sudah tidur?" tanya Hyemi saat Sehun masuk ke kamar utama.
"Ya ia sudah tidur.."
Hyemi mengangguk mengerti lalu kembali berkutat dengan laptopnya.
"Bisakah kau berhenti bekerja saat dirumah? Bagaimana kau bisa menjadi ibu yang baik untuk Ziyu kalau kau lebih sering memangku Laptopmu ketimbang dia!" sindir Sehun sambil melepas dasinya.
"Oh Sehun,Jangan pernah menghubungkan masalah pekerjaan dengan keluarga ok? Lagipula aku ada rapat,untuk proyek perusahaan yang akan dimulai tanggal 8 agustus nanti!" bela Hyemi masih berkutat dengan laptopnya.
"8 Agustus.." gumam Sehun pelan.
8 agustus.
"Bagaimana kalau 8 Agustus?!" Ucap Luhan antusias sambil memainkan jari Sehun yang sedang meraba perutnya yang sudah membesar.
"Kenapa 8 Agustus Lu?" tanya Sehun.
"Karena pada bulan itu anak kita pasti sudah lahir! Ah! Dan juga 8 Angka yang bagus Sehun-ah! Angka 8 tidak mempunyai ujung dan bentuknya sama seperti lambang tak terhingga. Jadi jika kita menikah ditanggal itu aku harap pernikahan kita tidak akan pernah terputus dan cinta kita terus tumbuh hingga tak terhingga..." Jelas Luhan sambil tersenyum puas. Sehun terkikik geli.
"Apa Sisi gombalmu ini timbul akibat dari kehamilan juga hyung?" tanya Sehun Jahil.
"Yak! Aku serius Oh Sehun! Jadi kau mau menikah denganku atau tidak sih?" tanya Luhan sambil menghadap Sehun dan melipat tangannya didada.
"Ya,8 Agustus. Kita akan menikah 8 Agustus nanti.." ucap Sehun sambil menarik tubuh Luhan yang ada dipangkuannya mendekat dan mencium bibir Luhan.
"Saranghae Sehun-ah.." ucap Luhan lembut sambil memandang Sehun dengan mata berbinarnya.
"Nado saranghae Luhan.."
"Sehun?" tanya Hyemi yang tanpa disadari Sehun sudah berada dibelakang dan memeluk tubuhnya.
"Ya?"
"Apa kau marah?" tanya Hyemi lagi.
"Ah tidak." Ucap Sehun sambil memegang dasinya yang sudah tidak terikat dilehernya.
"Maafkan aku. Aku tidak akan lagi menghabiskan waktuku di rumah dengan bekerja. Aku akan menjadi ibu yang baik untuk Ziyu.." jelas Hyemi sambil menenggelamkan wajahnya di punggung tegap Sehun.
"Ya,terima kasih Hyemi-ah.." ucap Sehun sambil memegang tangan Hyemi yang memeluk pinggangnya.
"Saranghae Sehun.."
Saranghae Sehun-ah
"Nado Saranghae..."
Luhan
