Kurobas belongs to Tadatoshi Fujimaki-sensei
Warn : AU! Typo(s), OOC mungkin, non baku, dan kekurangan lainnya. DLDR!
a MayuAka fict by Zokashime
"LIAR"
…
Saya cinta Akashi yang Bokushi karena kayaknya dia lebih manis begitu, galak-galak aneh. Hahaha. Tapi Bokushi di sini dibuat nggak terlalu kasar. Intinya Akashi punya mata beda warna. Setting SMA Rakuzan. GoM juga bersekolah di SMA Rakuzan.
Oh iya, buat ngelurusin aja, judul "LIAR" bukan artian dalam bahasa indonesia, ya, tapi artian dalam bahasa inggris.
Fanfict multichap ini saya persembahkan untuk MayuAka/AkaMayu Day! Tanggal lima bulan empat yang akan datang. Masih lama, ya? tapi saya menikmatinya.
Yosh Enjoy!
.
.
.
.
.
…..
Dua bulan duduk dibangku kelas tiga bukan masalah buruk bagi remaja yang terkenal akan kegilaannya terhadap sebuah novel ringan. Malah dia ingin cepat lulus dari masa SMA yang sangat monoton, karena baginya setiap waktu yang dijalani di sekolah hanya sebagai kewajiban anak terhadap orang tua.
Dia tak pernah menuntut apa-apa terhadap hidupnya yang biasa-biasa saja. Enjoy, atau lebih condong ketidak peduli dengan apa yang dijalankannya.
Tak pernah senyum, tak pernah terkejut, tak pernah sedih atau masalah ekspresi lainnya. Bahkan, dia berpikir mungkin dirinya hanya sekedar boneka yang diberi nyawa.
Tidak pernah menanggapi masalah seserius orang-orang kebanyakan, atau masalah remaja yang selalu trend dan tak pernah ada matinya.
Cinta, iya cinta.
Masalah asmara.
Kadang ia bingung terhadap manusia-manusia yang selalu mengagungkan asmara. Meski ia tidak peduli bukan berarti ia buta, sering ia melihat anak-anak gadis menangis dipojokan sekolah mengumpat-umpat nama pria yang telah menyakitinya, atau anak lelaki yang saling tonjok karena memperebutkan satu gadis.
Tidak tahu dia yang salah menjalankan hidup atau orang-orang yang hanya melebih-lebihkan hidup.
Dia tak punya teman, satu pun. Bukan karena tak ingin berteman, tapi semua orang yang tak pernah melihatnya ada. Sekali pun ada, dia hanya untuk dimanfaatkan. Dan di dalam jiwanya yang terpencil tak ada dorongan untuk bersosialisasi, barang secuil pun.
Dia terlalu mencitai dan menghormati diri sendiri, terlalu mencintai kedamaian. Dia tak pernah membuat hidupnya kalut akan masalah yang kemudian membuatnya stress.
Tapi semua itu harus lenyap ketika ada manusia berjiwa aneh masuk ke dalam area atapnya….
"Yo,"
Suara baritone itu menguar bersama udara kemudian dibawa oleh angin dan masuk ke dalam telinganya dengan jelas. Dia harus rela menghianati novel yang sedang dibaca untuk sekedar melihat kearah sumber.
"Mayuzumi Chihiro, benar?"
Dia harus memasang tampang seperti apa?
Mahluk yang sedang berdiri di depannya ini sedang menyeringai seakan dia menang sudah menemukan mangsanya. Mata yang berbeda warna berkilat tajam, mengintimidasi.
Mayuzumi merinding, sepertinya angin pun kabur, karena dia tiba-tiba merasa panas.
Semakin lama dunia memang semakin canggih, lihat sekarang. Bahkan, ada manusia yang terlahir dengan mata berbeda. Mayuzumi berpikir mungkin anak itu hasil penelitian seseorang. "Siapa?" jawabnya dengan tatapan heran kenapa anak kecil itu tahu namanya.
"Kau tak tahu aku?" tanyanya lagi sambil menyerngit.
"Jelas saja. Kau pikir ada berapa banyak siswa di sekolah ini," Jawab Mayuzumi sekenanya tanpa melihat lawan bicara.
"Oh, baiklah. Mari kita berkenalan," katanya. Dia menjulurkan tangan kepada seseorang yang sedang menumpahkan seluruh pandangannya kesebuah buku kecil. Dan dia harus menatapnya tidak suka karena uluran tangannya sama sekali tidak disambut. "Bisakah anda bersikap sopan?"
Mayuzumi menghela napas lelah, dia sangat benci waktunya yang berharga untuk sang buku harus terganggu karena orang yang tak dikenal.
Memberi pembatas tepat dihalaman yang akan ia baca nanti, sebelum sukses menutupnya. Berdiri dari zona duduk yang nyaman, untuk kemudian menatap seseorang yang ingin ia lenyapkan secepatnya. "Bukankah anda yang tidak sopan, karena telah menganggu kenyamanan orang lain," balasnya.
"Maaf saja jika aku mengganggu, tapi aku tidak suka kau mengacuhkanku," katanya dengan tegas.
"Jadi apa yang kau inginkan dariku?" sumpah Mayuzumi tidak paham jika ada orang yang semerepotkan ini.
"Aku mau kau mengenalku."
Dan sekarang Mayuzumi Chihiro harus dibuat berpikir agak keras dengan tingkah mahluk adam bersurai merah di hadapannya. Anak itu melipat kedua tangannya didada, mata yang berbeda lurus memadang dirinya lekat, seakan mengatakan bahwa ucapannya tidak akan ada yang berani membantah.
Memang, apa maksud dari kalimat 'Aku mau kau mengenalku' hey! Siapa anda?
"Apa pita suaramu rusak, Chihiro?" cuapnya lagi. Gemas melihat lelaki abu pucat itu tak cepat merespon.
"Chihiro? Aku bahkan tak paham siapa yang tidak sopan di sini?"
"Aku tak peduli. Akashi Seijuurou," Katanya. "Aku ulangi sekali lagi siapa tahu telingamu juga rusak. Aku Akashi Seijuurou. Semoga otakmu bisa mengingatnya."
Mayuzumi tak berkedip mendengar ucapan anak lelaki yang lebih kecil darinya itu. Siapa namanya? Akashi Seijuuro.
Yah cocok, nama itu sangat cocok dengan kepribadiannya yang agak-agak tidak masuk diakal. "Akashi Seijuurou. Ya, semoga otakku takkan lupa. Oh, atau kau anak kelas satu yang dipuja karena menjadi kapten tim basket."
"Selamat untukmu karena itu benar."
Mayuzumi menatap balik manic rubi yang dimiliki adik kelasnya itu, melihat kedua matanya yang berbeda. "Sekarang aku sudah mengenalmu tuan. Boleh aku pergi?" tuturnya. Tak menunggu untuk dijawab, ia langsung melewati tubuh Akashi begitu saja.
Akashi tak tinggal diam. Jelas, karena urusannya yang belum selesai. Ia berbalik dan mengejar punggung kaka kelasnya yang berbalut seragam abu.
Hembusan angin di atap sekolah memang lumayan, bulu-bulu kecil dikulitnya sampai berdiri karena terkena belaiannya. Akashi agak bergidik.
Saat dia melihat bahwa target sudah mau menginjakkan kaki ke anak tangga, dengan cepat tangannya merampas buku yang dibawa oleh sang pemilik. "Dapat," serunya.
Sang empu reflek berbalik dan menatap Akashi tak percaya. Heran. Apa anak-anak memang suka bermain-main yang tak jelas. "Kembalikan," ucap Mayuzumi.
"Itu hukuman untukmu," jawab Akashi santai, lalu menjauhi Mayuzumi untuk kembali ketempat semula.
Dengan paksa Mayuzumi mengekor Akashi yang membawa light novel tersayangnya. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah mengerti apa maksud dari semua ini. "Aku tidak mengerti dengan pikiran anak kecil. Tolong jangan buang waktuku hanya untuk bermain-main," kata Mayuzumi, sambil mendekati Akashi yang sudah bersandar di pagar. "Apa kau tidak punya teman untu diajak bermain?"
BREK...
Suara robekan kertas yang merdu mampu membuat empunya ngilu. Tapi Mayuzumi hanya bisa menatap datar saat cover dari light novelnya dirobek begitu saja. Robekan cover itu melayang dibawa angin kehadapan pemiliknya. Mayuzumi membungkuk sejenak untuk mengambil.
Akashi memantapkan senyuman merasa puas akan perbuatannya. Jangan pernah menantang atau membantahnya jika tidak ingin terjadi apa-apa. "Jaga mulutmu, Chihiro. Jangan pernah ulangi lagi ucapanmu yang barusan itu!"
"Terima kasih atas peringatannya. Jika sudah puas kembalikan novelku."
Akashi tersenyum tajam. Ia mengangkat tubuhnya dari senderan dan lebih mendekatkan diri ke Mayuzumi yang sedang menatapnya. "Aku mau kita pacaran," katanya berkilat.
Sukses. Kali ini, detik ini juga Mayuzumi menganga, menautkan kedua alis abunya. Terkejut. Langit yang tadinya cerah benderang, tiba-tiba terlihat gelap.
Untuk pertama kali dalam hidup yang sudah 18 belas tahun, ia merasakan apa itu SHOCK.
Shock yang membuat pikirannya melayang-layang, meratapi nasibnya yang konyol. Dia tidak mengenal cinta, asmara, atau semacamnya. Tak pernah menyatakan cinta, atau mendapat pernyataan.
Dan sekarang sekalinya ada malah membuatnya horor, bagaimana tidak jika yang menyatakan sama-sama sejenis dengannya. Walau Mayuzumi tak tahu, mungkin semua itu hanya kebohongan.
Akashi gemas dan tidak sabar. Dia tidak suka didiamkan terlalu lama, kalau kalian mau tahu. Melihat kaka kelasnya yang hanya diam mematung di hadapannya saat ini membuat Akashi geram sendiri. Dengan itu ia memanfaatkan keadaan yang ada, menarik dasi Mayuzumi kuat sampai sang empu membungkuk setara dengan dirinya.
Cup!
Akashi mencium bibir pucat Mayuzumi. Dan ia menyeringai dalam ciumannya saat melihat mata abu yang melebar.
.
.
.
.
~TBC~
Respon ya kalau mau dilanjut.
Terima kasih sudah membaca.
