Author : Hoonna Oh

Cast : Do Kyung Soo

Kim Jong In

The other cast find them by yourself ^^

Genre : Romance, Marriage Life, Drama and it's GS

Length: 1/?

Rated : T

Disclaimer: EXO belong to SM Entertainment and their parent. I only borrow the member's name. The plot is totally mine. Don't plagiarist.

::

If you do not like my story, just do a simple thing, close the tab. Simple^^

::

Warning: Typo is everywhere, Alur lambat, GAJE

::

Pengenalan Cast:

Kim Jongin (28th)

Do Kyungsoo (29th)

Kim Taeoh (5th)

Park Chanyeol (31th)

Byun Baekhyun (30th)

Kim Taehyung BTS as Byun Taehyung (22th)

Jesper Chu as Jasper Park (5th)

Zhang Yixing (49th)

Kim Joonmyeon (49th)

Kim Sinah OC (40th)

Lu Han (31th)

Oh Sehun (28th)

The other cast will be released soon^^

Story begin

/

Chapter 1

\\

Author POV

"Wanita ini yang akan aku nikahi eommonim." Suara dingin dan tegas mengalun dari seorang laki-laki dewasa yang berdiri di depan wanita patuh baya yang sedang duduk dengan anggunnya disalah satu kursi dalam Cafe yang memiliki nama D'Amour Cafe tersebut. Disamping kanan laki-laki tadi berdiri seorang wanita yang tangannya digandeng dengan erat oleh lelaki tersebut. Wanita yang dipanggil Eommonim tadi mendongak untuk sekedar melihat anaknya, wanita tadi mendapati sang anak yang sedang memandang dingin dan tajam kearahnya sambil menggandeng seorang wanita. Dengan sedikit kesal ia berdiri dan memandang tajam anaknya. Dia mengunjungi Cafe ini berniat untuk mempertemukan antara gadis yang akan ia jodohkan dengan anaknya, akan tetapi sang anak malah memberikan kejutan yang tak terduga untuknya. Padahal gadis tersebut sebentar lagi akan tiba di Cafe tersebut.

"Kim Jongin! Apa-apaan ini? aku menyuruhmu kesini untuk menemui calon tunanganmu, bukan untuk menemui wanita yang dengan seenaknya akan kau nikahi."

Laki-laki dewasa yang bernama Kim Jongin tersebut nampak acuh dan tidak tertarik dengan kata-kata yang telah dikeluarkan oleh ibunya. Berbanding terbalik dengan wanita yang berdiri tepat disamping Jongin. Ia merasa ia tidak berhak berada disana dan ikut dalam urusan keluarga antara ibu dan anak tersebut. Dengan susah payah ia mencoba melepaskan genggaman tangan laki-laki disampingnya. Tetapi apa daya, genggaman tangan laki-laki tersebut sangat erat untuk dilepaskan.

"Jwoisonghamnida, sebaiknya saya permisi dari sini." Wanita mungil yang sedari tadi berusaha melepaskan tangannya mulai mengeluarkan suaranya ketika dia sudah merasa risih dipandang dengan tajam oleh wanita yang dipanggil Eommonim oleh laki-laki disebelahnya. Tetapi dia tidak bisa pergi kemana-kemana ketika tangan yang menggenggam lengannya malah mengeratkan genggaman tangannya.

"Apapun yang Eommonim katakan, aku akan tetap menikahi wanita ini. Sebaiknya Eommonim membatalkan acara perjodohan ini." Pandangan dingin dari mata Jongin sudah membuktikan ia tak mau keputusannya diganggu gugat. Melihat kekeras kepalaan laki-laki yang ada didepannya wanita yang dipanggil Eommonim tersebut dengan segera beranjak dari tempat tersebut.

"Kau! Pulang sekarang juga. Temui ayahmu dan katakan kemauanmu itu. Aku sudah muak mengurusi dirimu dengan sikap keras kepalamu itu." Dengan langkah kaki yang mantap, wanita yang mulai menginjak usia 40 tahunan itu keluar dari Cafe, meninggalkan dua orang yang sedang berdiri itu, mematung tanpa menghiraukan pandangan pelanggan Cafe lainnya.

"Maaf Tuan, bisakah kau melepaskan tanganku. Aku harus melayani pelanggan yang ada disini." Wanita yang sedari tadi diam setelah tersadar dari keadaan kemudian mengeluarkan suara yang sedikit ditekan agar emosinya tidak meledak kepada pelanggannya ini. Tak lupa ia memberikan senyum terpaksanya.

Dengan segera Jongin melepaskan cengkeraman tanganya. Dengan sedikit kikuk, ia membungkukkan badannya ke arah wanita tersebut. Melihat hal tersebut dengan acuh sang wanita meninggalkan laki-laki tadi untuk meneruskan pekerjaannya yang sedikit tertunda tadi. Tetapi baru beberapa langkah ia berjalan, sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"Nona! tunggu aku sepulang kerjamu di depan Cafe ini. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Dan aku tidak menerima penolakan." Sang wanita membalikkan badannya dengan cepat untuk menolak keinginan laki-laki asing tadi, tapi kata-katanya harus ia telan kembali melihat laki-laki dengan suara dingin tadi telah meninggalkan Cafe tempatnya bekerja dengan langkah yang lebar-lebar.

"SooAh-ya, pesana meja nomor 5."

"Ne!" Mendengar namanya di panggil, wanita tadi –yang diketahui bernama SooAh– segera mendatangi asal suara. Tak mau ambil pusing, ia lebih memilih melupakan kejadian tadi.

~0~

Jongin memarkirkan mobilnya di garasi mansion keluarga Kim. Dengan langkah kaki yang tegap ia memasuki mansionnya, tak lupa sorot mata dinginnya selalu menghiasi wajahnya yang tampan. Sudah tak diragukan lagi, ketampanan milik pewaris kekayaan Kim itu. Banyak wanita yang mendambakannya, tetapi ia tak tertarik sama sekali. Ketika melewati ruang tengah mansionnya, ia bertemu dengan butler keluarga Kim.

"Tuan Besar Kim telah menunggu anda di ruangannya, Tn. Muda." Dengan wajah malas Jongin menuju ruangan besar milik ayahnya, tak lupa sang butler keluarga Kim mengantar sang Tn. Muda untung menemui Tuannya.

"Tuan, Tn. Muda sudah datang." Setelah mendapat jawaban dari dalam Jongin pun masuk kedalam ruangan ayahnya. Di sana ia melihat ayahnya yang sedang duduk di Kursi kebesarannya dan sekretaris ayahnya yang sedang duduk di sofa panjang yang terdapat di tengah ruangan tersebut.

"Duduklah. Tadi ibumu membicarakan sesuatu denganku. Ada yang ingin kau jelaskan?"

Jongin mendecih mendengar penuturan ayahnya. Dia sudah memprediksikan ini pasti akan terjadi. Sekarang ia akan mempertahankan apa yang menurutnya benar, ia tidak mau kejadian dulu akan terulang lagi. Ia tidak mau kembali merasakan sakit ditinggalkan oleh orang yang disayanginya.

"Aku sudah menemukan seseorang yang akan aku nikahi Abeoji. Dan Abeoji tidak berhak lagi melarangku untuk melakukan apapun yang ingin aku lakukan. Aku tidak mau terjebak dalam keadaan menyedihkan sama seperti Abeoji." Mendengar penuturan yang sedikit kurang ajar dari anaknya, Tn. Kim mencoba bersabar. Ia ingat ia memiliki riwayat penyakit jantung, sangat beresiko jika ia marah-marah kepada anaknya yang keras kepala itu. Sebenarnya Jongin juga sedikit menyesal mengatakan kata-kata kasar kepada ayahnya, tetapi ia terlajur kecewa dengan ayahnya sehingga ia tidak bisa mengontrol perkataannya.

"Apa kau sedang main-main Kim Jongin. Ini menyangkut nama besar Kim. Kau harus memikirkan konsekuensinya jika membatalkan acara perjodohan dengan anak gadis keluarga Jung." Tn. Kim sedikit memperbesar suara. Melihat itu, sekertaris Tn. Kim yang duduk di sofa depan Jongin sedikit khawatir dengan kesehatan Tuannya itu.

"Aku sudah tidak peduli dengan apapun itu. Persetan dengan nama keluarga. Aku sudah tidak peduli. Aku akan tetap menikahi wanita pilihanku." Jongin beranjak untuk meninggalkan ruangan yang suasana sedikit memanas tersebut.

BLAM

Suara pintu yang ditutup dengan kasar membuktikan betapa marahnya sosok Tuan Muda Kim tersebut.

"Tuan, anda tidak apa-apa?" Sekretarsi Tuam Kim panik melihat keadaan tuannya.

"Aku tak apa Jongdae-ya. Menurutmu apa keputusanku ini benar? Aku merasa melakukan kesalahan yang sama seperti apa yang telah dilakukan ayahku dulu, dengan memaksakan perjodohan ini pada Jongin."

"Mungkin Tuan Muda membutuhkan waktu untuk memikirkan keputusan ini Tuan."

Mendengar penuturan Tuannya, Sekretaris yang diketahui bernama Kim Jongdae tersebut hanya bisa memberikan saran yang menurutnya dapat mengurangi beban pikiran Tuan besarnya, Ia khawatir jika Tuan Kim terus-terusan memikirkan kejadian ia akan tertekan dan berimbas pada kesehatannya

~0~

Setelah membanting pintu ruang kerja ayahnya dengan sangat keras Jongin memutuskan untuk beranjak menuju sebuah ruangan yang membuat ia betah berada di mansion besar itu. Ruang dimana ia bisa dengan tulus tersenyum setelah ia kehilangan pemicu senyuman tersebut 5 tahun yang lalu.

Dengan langkah tergesa ia menaiki satu persatu tangga menuju lanti dua mansion megah tersebut. Setelah berada di depan pintu bercat putih, Jongin sedikit mengatur emosinya agar ia terlihat lebih tenang sebelum menemui malaikatnya dalam mansion emosinya cukup tenang, Jongin pun membuka pintu bercat putih tersebut.

"APPA!" Sapaan riang hinggap ditelinga Jongin seketika setelah ia membuka pintu bercat putih tersebut. Jongin segera mengembangkan senyumnya setelah melihat sang anak dengan cerianya bermain dengan mainan ironmannya. Dengan berlari anak yang bernama Kim Taeoh tersebut menerjang tubuh tegap ayahnya agar ia bisa mendapat pelukan nyaman dari sang ayah tercinta.

"Aigoo, anak Appa semangat sekali eoh, Taeoh senang Appa sudah pulang eoh?" Dengan aggukan kuat Taeoh menjawab pertanyaan ayahnya. Ia memang rindu dengan pelukan ayahnya. Ayahnya sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga ia hanya bisa bermain sendiri di rumah ini. Kadang-kadang ia juga bermain di temani Halmeoninya. Sehingga ketika ayahnya pulang saat siang seperti, membuat Taeoh sangat senang melebihi kadar senangnya dari hari-hari biasanya.

"Apa Taeoh hari ini menjadi anak yang baik? Taeoh juga sudah makan siang hari ini?"

"Ne! Taeoh sudah menjadi anak yang baik hari ini. Taeoh sudah membantu Paman Jang berkebun, membantu Bibi Ahn menyiram tanaman milik halmeoni, Taeoh juga sudah makan siang tadi. Sekarang Taeoh menuggu Appa agar mau mengantar dan menemani Taeoh untuk bertemu dengan Eomma. Appa mau kan mengantar Taeoh bertemu Eomma?" Mendengar permintaan anaknya yang ingin sekali bertemu dengan Eommanya membuat Jongin tak tega menolak permintaan sang anak.

"Karena Taeoh telah menjadi anak baik hari ini, Appa akan mengabulkan permintaan Taeoh."

"Assa, Taeoh sayang Appa." Dengan girang Taeoh memberikan kecupan sayang pada ayahnya.

"Oke jagoan, ayo kita menemui Eomma. Appa juga rindu dengan Eomma." Dengan riang Taeoh menggandeng tangan ayahnya. Ia sedikit menarik tangan ayahnya karena ia sudah tidak sabar bertemu dengan sang Ibu. Melihat kelakuan anaknya, Jongin mengembangkan senyumnya melihat kecerian yang terpancar diwajah anaknya.

~0~

Kembali pada suasana Cafe D'Amour, terlihat SooAh dengan semangatnya mondar-mandir melayani pelanggan Cafe. Sang manajer yang melihat semangat kerja bawahannya hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Park SooAh, istirahatlah dulu. Ini jam makan siang untuk pekerja Cafe. Ada Ahyoung yang akan menggantikanmu."

"Ne bujangnim, sebentar lagi." Sudah terbiasa manajer tersebut dengan jawaban SooAh. Ia akan dengan keras kepalanya menolak perintah sang manajer untuk istirahat sekedar untuk makan siang.

"Unni istirahat saja, biar aku yang meneruskan pekerjaanmu." Ahyeong yang bergiliran mengerjakan shift nya pun merebut nampan yang sedang SooAh pegang untuk melayani pelanggan. Melihat nampan yang sebelumnya ia pegang telah berpindah tangan tak ayal membuat SooAh sedikit kesal.

"Yak! Ahyeong-ah aku belum mengirimkan pesanan pelangganku. Kembalikan."

"Tidak akan. Sebaiknya unni makan siang dulu, biar aku yang mengirimkan pesanan tersebut." Dengan sedikit kesal SooAh pun pergi meninggalkan Ahyeong untuk pergi ke ruang pegawai. Manajer yang mengawasi pun hanya tersenyum melihat kelakuan anak buahnya.

"Ck, cepat sana isi perutmu yang lapar itu. Aku heran padamu. Kau itu anak orang kaya, Untuk apa kerja sebagai pelayan Cafe seperti ini." Sang manajer masih bingung sampai sekarang mengingat alasan SooAh yang mau bekerja sebagai pelayan di Cafe padahal jelas-jelas ia anak orang kaya.

"Entahlah bujangnim. Aku hanya ingin bekerja dengan suasana seperti ini saja. Mungkin ini panggilan hati." Jawab SooAh sambil lalu. Kita tinggalkan SooAh dengan makan siangnya.

~0~

Terdapat banyak guci yang berjejer rapi dalam lemari-lemari kaca di tempat tersebut. Dua laki-laki berbeda tinggi badan itupun telah sampai dimana sekarang sedang berdiri didepan sebuah lemari kaca dengan nomor 201 dari ribuan lemari kaca yang ada dalam tempat tersebut. Laki-laki yang diketahui sebagai Jongin dan Taeoh itu kemudian meletakkan sebucket bunga didalam lemari kaca yang di dalamnya terdapat guci keramik dan sebuah pigura foto. Karena letak lemari kaca yang tinggi, terpasak Taeoh pun digendong oleh Jongin.

"Eomma annyeong. Taeoh datang lagi bersama Appa. Taeoh sangat rindu pada Eomma. Eomma pasti senang disana karena hari ini dikunjungi anak Eomma yang paling tampan ini." Taeoh dengan riangnya bercerita panjang lebar pada sang Eomma. Melihat itu, Jongin pun merasa terharu.

'Sayang liatlah anak kita. Dia sudah sebesar ini. Dia tumbuh dengan sehat dan ceria. Jika kau ada di sini kau pasti akan bangga padanya, karena akupun sangat bangga padanya. Aku minta maaf untuk tak bisa menemuimu setiap saat, kau pasti kecewa. kau pun pasti juga kecewa jika melihat aku tidak selalu ada di samping anak kita untuk 5 tahun ini. Maafkan aku. Tetapi kuharap kau selalu mendoakan Taeoh agar ia tumbuh menjadi anak kebanggan kita. Aku mencintaimu istriku.. Do Kyungsoo' Dengan setulus hati Jongin mengucapkan doa untuk istrinya.

"Apa anak Appa telah selesai berdoanya?" melihat Taeoh yang terdiam dalam gendongannya membuat Jongin menyimpulkan anak tersebut telah selesai dengan ceritanya.

"Ne! Taeoh tadi merdoa agar Eomma selalu senang dan dilindungi dimanapun ia berada." Jongin sangat bersyukur bahwa Taeoh tumbuh dengan ceria walaupun ia tumbuh tanpa sesosok seorang ibu. Dia juga bersyukur ibu tirinya menyayangi Taeoh sehingga ia memiliki sosok seorang perempuan walaupun itu bukan Eommanya.

"Kalau begitu sekarang saatnya kita pamit pada Eomma."

"Eomma, Taeoh dan Appa pulang dulu. Taeoh janji akan sering-sering mengunjungi Eomma disini. Annyeong Eomma. Taeoh sayang Eomma."

Setelah mengucapkaan salam, Jongin dan taeoh pun pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir sang istri dan ibu tercinta.

~0~

"Ahyeong-ah jangan lupa kunci pintu dengan benar."

"Ne unni, tenang saja. Tah usah khawatir."

"Maaf hari ini aku tak bisa menemanimu sampai Cafe tutup. Aku ada keperluan mendadak hari ini. Tiba-tiba Oppaku menyuruh agar aku cepat pulang." SooAh sangat tidak enak terhadap gadis didepannya. Ia telah menganggap Ahyeong seperti adiknya sendiri. Dan sekarang ia membiarkan Ahyeong untuk menutup Cafe sendirian malam-malam begini.

"Tenang saja unni, ini tinggal sedikit lagi. Tinggal membereskan kursi-kursi setelah itu aku akan menutup Cafenya. Unni pulang saja, aku akan baik-baik saja. Tak usah khawatir." Ahyeong meyakinkan SooAh agar tak terlalu khawatir dan cepat-cepat pulang takutnya keperluan SooAh sangat penting.

"Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu. Bye Young-ah. Hati-hati."

Ne Unni. Kau juga, hati-hati." Sooah melambaikan tangannya tanda ia pamit pada Ahyeong.

Setelah keluar dari Cafe, SooAh pun dengan tergesa-gesa menuju halte terdekat. Sebelum ia melaksanakan keinginannya ia sudah lebih dulu terhenti mendengar seseorang memanggilnya dari arah belakang tubuhnya.

"Park SooAh-ssi, tidak ingatkah kau ada janji dengan seseorang." Mendengar suara orang asing menyebutkan namanya membuat SooAh membalikkan badannya untuk melihat orang tersebut.

"Kau.." suara SooAh tercekat melihat orang tersebut.

.

.

TBC

Hi, FF Kaisoo lagi. Ide ini menghantui saya seharian ini. Berharap kalian semua menyukainya. Jika ada yang berminat akan aku publish chapter 2 dalam waktu dekat. Doakan saja tangan aku tidak malas untuk mengeriknya.

okee. sekian cuap-cuap saya. And the last

Mind to Review?