~oOo~ { READ MY BIO FIRST BEFORE YOU READ MY OWN FANFICT } ~oOo~

100 SECONDS

100 detik tidak akan cukup untukku bisa mendapatkanmu.

Bersama kecepatan, aku harus mampu mengalahkan waktu.

Kau lah yang selalu aku kejar.

Cahayaku.

Tujuan utamaku dan pemberhentian terakhirku.

Cahayaku.

Ingin ku rengkuh tubuhmu kedalam pelukanku hingga esok hari datang dan datang lagi.

Tidak akan pernah aku takut akan kegelapan, karena aku selalu mempercayaimu jika kau akan..

Menemaniku disisiku dengan sinar terangmu.

.

.

.


~oOo~ 100 SECONDS ~oOo~


.

.

.

Author:

Yuta CBKSHH

Tittle:

100 SECONDS (CHANBAEK)

Main Cast:

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Support cast:

Kim Jong In . Kai

Do Kyungsoo a.k.a Kyungsoo

Others cast (EXO's members)

Rating:

M ++

Genre:

Angst, Romance, Drama, Hurt/Comfort

Length:

Chaptered

Disclaimer:

Fanfict yang terinspirasi dari beberapa pengalaman. Di tulis oleh Yuta sendiri dan di bantu oleh overdose6104 (ig : selirnyaparkchanyeol). Murni dari pemikiran beliau dan Yuta bantu mengembangkannya dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Yuta pun merasa bangga bisa di percaya beliau untuk menulis ide sebagus ini, semoga Yuta bisa memberi feel cerita ini pada kalian melalui tulisan Yuta. Cerita ini tidak memplagiat cerita dari orang lain. PLAGIARISM ISN'T MY STYLE! NO COPAST! NO PLAGIAT! Semoga kalian suka dan bisa menerima cerita ini dengan baik ^^

Warning:

BL-BoysLove / YAOI / SHOUNEN-AI / HUBUNGAN SESAMA JENIS. MATURE CONTENT INSIDE! NC-21! DLDR! DO NOT BASH BUT KRITIK ATAU SARAN SANGAT DI PERBOLEHKAN. ENJOY IT!

Summary:

ChanBaek True Love Story. Perjalanan cinta Chanyeol dan Baekhyun. "Dengan alasan mencintaimu, tidak ada hari dimana aku tidak mencintaimu" (CHANBAEK) Slight Official Pairing! RnR!

Backsong:

Navi ft. Kebee of Eluphant - Incurable Disease

~~ HAPPY READING ~~

.

.

.

'Aku tidak ingin mendapatkan apapun'

Ia terus menarik gasnya dengan kecepatan yang sangat tinggi dimalam hari di sepanjang jalan ini, berusaha untuk mengalahkan semua yang menjadi saingannya. Berapapun kecepatannya akan ia hadapi agar ia bisa menjadi posisi pertama. Ia harus menang, karena kemenangan adalah hal yang mutlak yang harus ia raih. Ia hanya ingin menjadi yang pertama dan nomor satu. Mengabaikan jika apa yang dilakukannya saat ini dapat membunuhnya kapan saja.

Kematian mengincarnya setiap detik.

'Aku hanya ingin meraih sesuatu'

Tekadnya terus ia gumamkan dalam hati dengan pandangan yang tajam kedepan tertuju pada sebuah bendera berwarna hitam putih yang berada tidak jauh didepannya. Tangannya tergerak kembali untuk menarik gas hingga benar-benar pada kecepatan yang maksimal yang mampu dicapai oleh motor yang ditungganginya saat ini.

'Balapan bukan berarti mengejar sesuatu yang dinamakan dengan hadiah. Aku tidak membutuhkan barang sampah itu semua. Aku hanya memiliki satu tujuan'

Mata elangnya melirik ke arah spion sejenak untuk memastikan jika lawan-lawannya berada jauh dibelakangnya. Ia sudah menduga jika lawannya malam ini hanya pembalap pengecut yang tidak berani menarik gas mereka hingga full. Ia menyeringai tipis di balik helm yang menutupi wajahnya. Kembali menatap kedepan dan sesaat lagi ia tau jika ia akan menjadi seorang pemenang.

'Aku merasa puas dan bangga jika aku sudah melewati garis finish'

Kedua roda yang berputar dengan kecepatan tinggi itu berhasil menginjak garis finish dengan gagahnya, di barengi dengan tepuk tangan meriah semua orang yang menyaksikan balapan liar tersebut.

'Aku berhasil menjadi pemenang untuk yang kesekian kalinya, tetapi..'

"Good job, Park Chanyeol. Kau keluar sebagai pemenang seperti biasa. Dan kau bisa menikmati hadiahmu"

'Aku masih merasa belum lengkap. Entahlah, aku tidak perduli. Aku ingin menikmati hadiahku saat ini'

"Thanks Bastard"

"You're even more bastard, Park"

'Ck! Sepertinya hadiahku kali ini cukup nikmat'

"Chanh~ dimana kita akan bersenang-senang?"

Seorang gadis cantik berbicara sambil mendesah kala tangan besar milik Chanyeol sudah bertengger sempurna di pinggangnya. Chanyeol si pembalap tampan yang memiliki banyak pengagum, bahkan ada yang rela jika dirinya di setubuhi oleh Chanyeol tanpa dibayar sepeserpun. Chanyeol yang pada dasarnya adalah lelaki brengsek, tentu dengan senang hati menerima tubuh seksi untuk di jamahnya. Menurutnya itu lebih terdengar seperti hiburan daripada untuk melampiaskan nafsu, karena ia sama sekali tidak pernah memakai nafsunya di setiap kegiatan seksnya bersama wanita-wanita yang di anggapnya jalang itu.

"Disinipun akan dengan senang hati aku mengisi lubangmu dengan penisku" ucapan Chanyeol membuat wanita yang berada disebelahnya sedikit merona. Membuat Chanyeol mengembangkan senyuman lebar khasnya karena ia mulai merasakan perbedaan antara wanita Korea dan wanita Amerika.

Ya, Chanyeol adalah pindahan dari luar negeri. Lebih tepatnya ia pernah tinggal disana dari kecil hingga sekarang ini ketika ia memasuki Universitas. Ia mengikuti kepindahan Pamannya yang memutuskan untuk tinggal di Korea di masa tuanya. Chanyeol sangat patuh pada Pamannya karena Pamannya lah yang selama ini mengasuhnya dari kecil hingga dewasa. Dan kadang ia merasa menjadi seorang yang kurang ajar karena justru memilih jalan hidupnya untuk dunia malam yang identik dengan seks dan perkumpulan orang-orang brengsek, bukannya membantu sang Paman untuk menjalani bisnis.

Baiklah, untuk saat ini ia tidak ingin memikirkan hal itu. Lebih baik ia bersenang-senang dan menikmati hadiahnya hingga pagi menjemputnya. Tidak perduli jika ia hanya memiliki waktu 2 jam saja untuk memejamkan matanya, karena pada pagi hari ia harus kembali kerumah Paman nya dan tentunya kuliah.

"Dimanapun, asalkan itu tidak terdapat cermin"

"Baiklah, bagaimana jika kita melakukannya di kolam renang rumahku?"

Chanyeol terlihat berpikir dengan tawaran gadis itu, namun tak beberapa kemudian ia mengangguk dan menuju ke rumah gadis itu.

Tentunya untuk melakukan seks.

.

.

.


~oOo~ 100 SECONDS ~oOo~


.

.

.

"Baekhyun, apa aku boleh menemanimu disini hingga kau menyelesaikan lukisanmu?"

Kai duduk disamping Baekhyun kala sahabatnya itu duduk seorang diri di ruang seni kampus mereka. Kai adalah sahabat Baekhyun semasa sekolah menengah pertama hingga sekarang mereka sudah duduk di bangku kuliah. Kai begitu mengenal Baekhyun luar dan dalam, begitupun sebaliknya. Mereka kuliah di jurusan seni yang mengharuskan mereka untuk menghabiskan hampir separuh dari waktu mereka diruangan seni yang penuh berbagai macam alat kesenian seperti saat ini.

Sebenarnya Kai tidak ingin mengambil jurusan ini, tetapi karena Baekhyun, ia bahkan rela mengorbankan cita-citanya yang ingin menjadi seorang penari handal dan terkenal yang sudah sejak lama ia impikan. Sosok Baekhyun saat ini membuat Kai ingin selalu melindunginya, entah karena alasan apa Kai sendiripun tidak mengetahuinya. Jika kalian berpikir Kai mencintai Baekhyun, maka kalian salah, karena Kai sama sekali tidak merasakan degupan di jantungnya kala ia memeluk Baekhyun setiap kali Baekhyun menangis. Lebih tepatnya Kai hanya menyayangi Baekhyun tidak lebih dari rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Dan ia bisa pastikan jika perasaannya terhadap Baekhyun tidak akan pernah berubah sampai kapanpun.

Baekhyun sementara tinggal di apartemennya. Kai memang berasal dari keluarga yang mampu, dan kuliahpun hanya ia jadikan prioritas yang kesekian karena tanpa berkuliah pun, Kai bisa dengan mudah menjadi orang yang sukses. Sudah disebutkan tadi, jika Kai hanya sebatas ingin melindungi Baekhyun. Dan Kai memiliki sebuah alasan kenapa ia rela berkorban hanya untuk melindungi Baekhyun hingga seperti ini.

Ya, Baekhyun adalah lelaki yang lemah dan tidak mudah untuk mengekspresikan apa yang di rasakannya. Hobbinya adalah melukis, seingat Kai, Baekhyun pernah mengatakan jika dengan melukis, emosinya bisa tertuang dan bahkan menghasilkan sebuah karya yang tidak bisa di bandingkan dengan apapun. Kai tentu menyetujui pendapat Baekhyun, menurutnya apa yang dilakukan dan di katakan oleh Baekhyun adalah suatu hal yang benar dan juga.. tulus.

Baekhyun tersenyum sangat tipis ketika sahabatnya sudah duduk disampingnya. Kemudian ia kembali memfokuskan pandangannya pada kanvas putih yang sudah terdapat beberapa goresan abstrak hasil karya tangan Baekhyun disana.

"Kau bisa pulang lebih dulu, Kai. Aku sudah terbiasa seorang diri disini. Tidak perlu mengkhawatirkanku" lirih Baekhyun yang sibuk dengan lukisannya.

Kai memandang wajah cantik itu dari samping dan ia melihat senyum ketulusan yang Baekhyun coba tunjukkan terhadap lukisannya tersebut.

"Kau selalu mengatakan itu, bahkan aku sudah mendengarnya jutaan kali"

Baekhyun tertawa mendengar kalimat sahabatnya.

"Aku akan pulang tepat waktu. Sebelum jam 8" singkat Baekhyun.

"Dan kau harus pulang bersamaku"

Baekhyun menghentikan goresan pada kanvas putih itu dan beralih meraih tangan Kai lalu menggenggamnya.

"Entah bagaimana aku dapat membalas semua kebaikanmu, Kai" ucap Baekhyun begitu tulus ditambah dengan senyumannya yang begitu menenangkan hati semua orang yang melihatnya.

"Hidup dengan bahagia. Hanya itu permintaanku yang harus kau lakukan" Kai membalas genggaman tangan Baekhyun dan mengusapnya lembut.

"Aku sudah bahagia"

"Seperti dulu. Aku ingin kau kembali seperti sosok Baekhyun yang dulu"

Reflek Baekhyun melepaskan genggaman tangannya pada Kai dan ia membuang pandangannya ke arah lain.

"Aku selalu berusaha. Aku harap kau bisa mengerti bagaimana keadaanku"

Kai membawa Baekhyun kedalam dekapannya dan memeluknya dengan sangat erat. Ini selalu terjadi ketika Baekhyun berakhir dengan menangis ketika Kai mulai membahas masalah ini. Ia tidak ingin melihat airmata itu lagi.

"Jangan menangis. Kau harus tau betapa sedihnya aku ketika kau menangis. Lanjutkan lukisanmu hingga selesai dan kita harus segera pulang sebelum hujan turun"

Baekhyun mengangguk dan melanjutkan lukisannya. Kali ini Baekhyun melukiskan sebuah gambar yang abstrak tetapi disana terdapat dua ekor kupu-kupu yang terbang berdampingan di atas sebuah lahan abstrak ciptaannya. Kedua ekor kupu-kupu itu adalah dirinya dan Kai. Dimana mereka selalu bersama karena Kai memang selalu berada disampingnya untuk melindunginya.

Kai berdiri dari posisi duduknya dan memutuskan untuk melihat-lihat hasil karya lukisan bertanda tangan 'Byun Baekhyun' yang dipajang disana. Kai mengembangkan senyuman kala melihat lukisan yang keseluruhannya adalah gambar yang indah. Seperti sang pembuatnya.

Baekhyun adalah sosok yang indah dimata Kai.

'Terima kasih atas semua yang telah kau lakukan untukku, Kai'

.

.

.


~oOo~ 100 SECONDS ~oOo~


.

.

.

"Chanyeol, tidak bisakah kita kembali bersama seperti dulu? Aku masih mencintaimu"

Chanyeol hanya terdiam di atas motornya kala lelaki bermata bulat yang berstatus mantan kekasihnya itu menghentikannya di gerbang kampus mereka. Ini sudah malam hari, dan Chanyeol tidak habis pikir kenapa mantan kekasihnya masih berada disini. Bukankah itu terlalu berbahaya?

"Kau sudah tau jika aku selalu menyakitimu, Kyung" singkat Chanyeol pada Kyungsoo -lelaki bermata bulat mantan kekasih Chanyeol- tanpa mau menatap kearah lelaki manis tersebut.

Kyungsoo terdiam dan sedikit menundukkan kepalanya.

"Entah kenapa aku sama sekali tidak mampu melupakanmu. Kau adalah lelaki brengsek dan semua orang sudah mengetahui itu, tapi kuharap kau mengerti jika kau sudah menanamkan cinta disini.."

Kyungsoo meraih tangan Chanyeol dan membawanya pada dadanya, berharap Chanyeol mengerti jika jantungnya berdegup dengan keras bertanda Kyungsoo masih membutuhkan lelaki itu. Reflek Chanyeol memandang kearah Kyungsoo dan akhirnya ia mengembangkan senyumannya.

"Kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku, Kyung. Aku tidaklah pantas untukmu" dengan perlahan Chanyeol menurukan tangan Kyungsoo dan beralih mengusap kepala Kyungsoo dengan lembut. Kyungsoo masih terdiam dalam posisi menunduknya.

"Lupakan aku karena kenangan masa lalu kita itu tidak pernah ada" setelah mengatakan hal itu, Chanyeol mendekatkan wajahnya pada Kyungsoo dan mengecup bibir Kyungsoo sekilas. Inilah cara yang selalu ia lakukan untuk menenangkan hati seseorang agar tidak menangis. Ia rasa ciumannya cukup lembut dan sangat ampuh untuk membuat orang yang akan menangis dihadapannya itu perlahan tersenyum.

Seperti yang terjadi pada Kyungsoo saat ini, dengan mudahnya ia mengembangkan senyumannya dan mengurungkan niatnya untuk menangis meraung-meraung. Tetapi bukan berarti ia akan melepaskan Chanyeol begitu saja, justru ciuman yang dilakukan oleh Chanyeol itu diartikan lain bagi Kyungsoo dan Kyungsoo semakin bersemangat untuk memiliki Chanyeol kembali.

"Jadilah sahabatku" putus Kyungsoo.

Chanyeol menggangguk dan tersenyum.

"Tentu, dan naiklah. Aku akan mengantarkanmu pulang kerumah" Chanyeol menyerahkan helm pada Kyungsoo dan Kyungsoo menaiki motor Chanyeol dengan senang hati. Ia peluk tubuh tinggi mantan kekasihnya itu dengan erat dan memejamkan kedua matanya berusaha untuk menikmati waktu yang ia miliki bersama lelaki tinggi ini.

Saat Chanyeol ingin menarik gas motornya, tanpa sengaja matanya menangkap suatu pemandangan indah yang tengah berdiri seorang diri di sebuah lorong kampusnya. Sosok itu begitu bercahaya dimata Chanyeol, mungkin ini terdengar aneh karena Chanyeol memang belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Biasanya ia akan mengabaikan apa yang berada disekitar dan hanya terfokus pada sesuatu yang ingin di kejarnya.

Tetapi ini lain..

Matanya tidak bisa lepas dari sosok itu dan entah kenapa timbul perasaan ingin tau hal yang lebih tentang sosok mungil itu.

'Apa dia benar mahasiswa di kampus ini? Tetapi.. kenapa aku tidak pernah melihatnya?'

Chanyeol tersadar dan melajukan kendaraannya karena Kyungsoo semakin mengeratkan pelukannya. Dengan tidak rela Chanyeol beranjak dari sana namun ketika sosok itu benar-benar menghilang, Chanyeol sempat melihat ada seorang lelaki tinggi yang berdiri disampingnya dan mengambil alih kanvas yang di bawa oleh lelaki mungil itu.

'Mungkinkah..'

Chanyeol yakin dengan perkiraannya dan sepertinya ia tau jika sosok mungil tadi berada di jurusan seni.

'Malaikat cantik dengan sebuah kanvas di tangan indahnya'

'Kuharap kau adalah seorang malaikat yang belum memiliki pemilik karena sepetinya aku..'

'..ingin menjadi pemilikmu'

.

.

.


~oOo~ 100 SECONDS ~oOo~


.

.

.

"Kau bisa melukaiku! Tapi tidak dengan Baekhyun! Hiks"

"Aku tidak perduli! Menyingkirklah! Hei anak manis, kau anak yang penurut bukan? Bisakah kau mendekat padaku?"

"Hentikan Choi Seunghoon! Kau menakutinya!"

"Hiks Umma"

"Berlarilah Baekhyun! Kau harus lari darisini!"

"Umma! Hiks"

"Hya! Kau ingin kemana anak manis? Datanglah kepelukan Appa!"

"Kau gila Choi Seunghoon! Dia anakmu!"

Baekhyun terus berlari menjauhi Ayah tirinya yang ingin mengejarnya walaupun sebenarnya ia ingin sekali menolong sang Umma yang sudah penuh dengan luka lebam di sekujur tubuhnya. Airmata terus mengalir hingga membasahi seragam sekolah yang masih kenakannya. Berlari sejauh mungkin untuk menghindari kejaran sang Ayah tiri yang berniat tidak baik terhadap dirinya. Hingga disinilah Baekhyun berada, disebuah jalanan yang sangat gelap dan sepi yang tidak ia ketahui dimana. Ia tersesat, kepalanya pusing dan dadanya terasa amat sesak. Otaknya tidak mampu berpikir untuk mengingat kembali jalan yang telah dilaluinya tadi. Nafasnya terengah-engah dan kakinya terasa sakit karena telah cukup jauh berlari.

Betapa mengejutkannya ketika ia melihat Ayah tirinya yang sedang memukuli ibunya dirumah ketika ia baru saja kembali dari sekolahnya. Bukan ini yang ia harapkan, ia hanya ingin melihat kedua orangtuanya tersenyum karena ia mendapatkan hasil ujian dengan nilai yang bagus. Bukan airmata yang terus mengalir diwajah cantik ibunya dan raut amarah yang ditunjukkan oleh Ayah tirinya saat ini yang ia inginkan. Baekhyun sangat menyesali kenapa Ibunya memilih untuk menikah dengan lelaki phsyco seperti Ayah tirinya, dan bodohnya ia sama sekali tidak mampu melakukan apapun untuk melepaskan Ibunya dari jerat bahaya lelaki itu. Meskipun Baekhyun masih terlalu kecil untuk mengetahui apa yang terjadi pada Ibunya karena ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, tetapi Baekhyun tidaklah sebodoh itu untuk mengetahui jika sang Ibu tengah mengalami guncangan yang begitu luar biasa.

Baekhyun hanya ingin hidupnya dan Ibunya bahagia lebih lama lagi. Tentunya jika ia boleh berharap, Ia ingin hidup menjadi anak kecil yang polos bersama kedua orangtuanya yang akan memberikannya senyuman setiap hari, tetapi Tuhan seolah tidak mengizinkannya dan memberikan cerita baru untuknya yang jauh berbeda. Hidupnya yang penuh kebahagiaan telah sirna menjadi hidup yang penuh derita dan airmata.

Grep

Tubuh Baekhyun menegang ketika ia merasakan sebuah tangan besar telah mencengkram lengannya dengan erat. Dan betapa terkejutnya ia ketika yang ia dapati adalah wajah yang menyeramkan milik sang Ayah tiri. Baekhyun tidak bisa melakukan apapun ketika dengan kasarnya sang Ayah menampar pipinya hingga bibirnya sedikit robek dan mengeluarkan darah. Begitu perih dan lebih menyakitkan ketika kepalan tangan sang Ayah sudah meninju bagian perutnya. Pandangan Baekhyun menjadi kabur katika sang Ayah mulai menghantamkan kepalanya pada dinding batu yang berada disampingnya. Baekhyun tidak sadarkan diri ketika tubuhnya sudah di baringkan oleh sang Ayah dan Baekhyun benar-benar kehilangan kesadarannya tak mampu memberontak lagi ketika sang Ayah mulai melucuti pakaiannya dan..

Memperkosanya.

'Umma.. apa yang harus aku lakukan?'

.

.

.


~oOo~ 100 SECONDS ~oOo~


.

.

.

Cklek

"Byun Baekhyun mahasiswa jurusan Seni yang lahir pada tanggal 6 Mei tahun 1992. Senang melukis dan tidak banyak berinteraksi dengan banyak orang. Perkenalkan, namaku Park Chanyeol, mahasiswa jurusan Bisnis dan Management yang tertarik pada sosok pribadimu dan ingin sekali berkenalan denganmu" ucap Chanyeol panjang lebar ketika ia mendapati Baekhyun yang baru saja memasuki ruangan seni favoritnya.

Chanyeol tersenyum lebar ketika Baekhyun menghentikan sejenak pergerakkannya dan terlihat seperti berpikir, biasanya orang yang disambut olehnya dengan cara seperti ini pasti akan berteriak dan menjerit karena terlalu senang. Tetapi yang ia dapatkan saat ini apa? Baekhyun justru melanjutkan langkahnya tidak perduli sama sekali dan menganggapnya seolah tidak ada. Ternyata benar apa yang ada di pikirannya selama ini, jika Baekhyun..

berbeda dari orang lain.

Baekhyun mendudukkan dirinya di kursi dekat jendela dan mulai menyusun peralatan melukisnya. Benar-benar tidak menghiraukan keberadaan Chanyeol disana. Luar biasa.

Senyuman lebar Chanyeol perlahan luntur dan tergantikan dengan wajah herannya. Pasalnya ini baru pertama kali terjadi di sepanjang perjalanan hidupnya. Dan hanya Baekhyun yang mampu membuatnya seperti ini. Pertama, membuat pandangannya hanya tertuju pada sosok mungil itu. Kedua, membuatnya penasaran akan sosok bernama Byun Baekhyun itu. Ketiga, ow mungkin kalian tidak tau jika semalaman Chanyeol tidak bisa tidur dengan nyenyak karena perasaan penasarannya tersebut. Malam hari ia meliburkan diri dari balapan liarnya dan berakhir dengan dirinya yang membuka akun SNS untuk mencari informasi mengenai Baekhyun, agak sulit memang, tetapi sepertinya Tuhan sedang berada dipihaknya karena tidak sengaja ia mengenal salah seorang yang berada di jurusan yang sama dengan Baekhyun. Tanpa basa-basi lagi, Chanyeol segera mengintrogasi orang tersebut hingga benar-benar ia mengetahui jati diri Baekhyun yang sebenarnya.

"Apakah menurutmu lukisan itu begitu penting dibandingkan aku?" tanya Chanyeol sambil berjalan mendekati Baekhyun.

"Tentu" singkat Baekhyun tanpa mengalihkan pandangannya.

"Baiklah, mungkin kau baru pertama kali melihatku. Tetapi kau harus tau jika aku sangat tertarik denganmu"

Tiba-tiba tangan Baekhyun berhenti bergerak di atas kanvasnya karena merasa sedikit terkejut atas penuturan yang baru saja di lontarkan oleh lelaki tinggi yang sama sekali tidak ia kenal ini. Apakah lelaki ini berniat jahat padanya? Dan juga.. dimana Kai? Bukankah Kai selalu ada disampingnya jika ia dalam kesulitan atau dalam bahaya?

"Maaf?" Baekhyun mengucapkan maaf bermaksud agar lelaki tinggi itu mengulangi perkataannya dan memastikan jika pendengarannya itu berfungsi dengan baik atau tidak.

"Aku Park Chanyeol, tertarik dengan mu Byun Baekhyun"

Deg

Deg

Deg

Tunggu..

Ini..

Tidak biasanya Baekhyun merasakan degupan hebat yang membuat pipinya merona seperti ini. Apa yang salah dengan dirinya? Atau.. apa yang salah dengan diri Chanyeol? Ini sangatlah mengejutkan dan terlihat seperti main-main. Kemudian Baekhyun kembali melanjutkan acara melukisnya dan menutup rapat kedua bibirnya. Membuat Chanyeol gila disana karena ia sama sekali tidak mendapatkan respon dari malaikat mungil ini. Ah tidak, bahkan Chanyeol baru saja mengubah julukan untuk Baekhyun menjadi..

Malaikat mungil yang sangat cantik dan bersinar.

Tetapi..

Ini akan sulit bagi Chanyeol untuk mendapatkan hati malaikat mungil nan cantik ini tentunya. Ataukah ia harus berjuang?

Baekhyun menundukkan kepalanya karena ia tidak kuasa menahan degupan di jantungnya dan ia berusaha untuk menutupi wajahnya yang pasti sudah merona saat ini. Oh ayolah, apa yang terjadi padamu Byun Baekhyun?

"Bisakah kau mengatakan satu kata saja? Aku merasa seperti berbicara dengan tembok saat ini"

Tidak..

Ia tidak ingin menatap wajah itu. Baekhyun tidak ingin menatap mata lelaki selain mata Kai. Rasa traumanya masih belum bisa ia hilangkan.

Grep

Baekhyun membulatkan kedua matanya menatap kedua tangannya yang terbalut sweater hangat berlengan panjang itu sudah berada digenggaman tangan besar Chanyeol. Baekhyun merasa sangat ketakutan saat ini. Apakah lelaki ini akan mencelakainya seperti yang pernah terjadi pada dirinya 3 tahun lalu?

"Tatap mataku Baek"

Chanyeol menarik dagu Baekhyun, tetapi Baekhyun masih enggan mengangkat kepalanya karena ia merasa sangat ketakutan. Baekhyun terus berontak dan ia berhasil menghempaskan tangan Chanyeol. Ia segera beranjak dari sana dengan nafas yang terengah-engah.

"Jangan mendekatiku.."

.

.

.

.

.

.

TBC!

.

.

.

.

.

.

Belum keliatan angst nya ya? Maklum baru Chapter pertama, dan Yuta harap banyak yang tertarik sama FF ini. Perjalanan cinta Chanyeol dan Baekhyun disini bakal Yuta kemas secara rapih(?) dan dijamin bakal di luar dugaan kalian semua *eeaa

Jadi, jika masih ada yang berminat, Yuta bakal lanjutin FF ini hingga benar-benar END.

Jika kalian bertanya apakah FF ini akan berakhir dengan Happy End, Yuta masih belum bisa memastikan karena ini masih dalam progress dan pemikirannya masih belum jelas. Tapi Yuta usahain cerita ini akan menarik karena anti-mainstream *eeaa* dari cerita yang lain :'v

Cuss yang masih mau FF ini lanjut, monggo di review.

Yuta bakal lanjut kalo review mencapai target.

Sebelumnya Yuta ucapin terima kasih.

OK, LAST!

NEXT?

REVIEW JUSEYO~

SARANGHAE BBUING~!

a/n : Ohiya, backsong yang di atas wajib di download ya biar feel FF ini makin berasa. Thanks ^^