Tittle : Admit It, You Love It
Author : Jejehan
Warning : Boy x Boy. Don't like? Don't read.
Special request from Shella Rizal. Happy Reading, Readers!
Saat ini ada dua orang direktur dari dua perusahaan berbeda sedang berkutat dengan laptopnya masing-masing dan saling memeriksa laporan keuangan kedua perusahaan mereka. Keduanya diam satu sama lain tanpa mau berbicara kalau tidak ada yang penting. Apa hal yang penting menurut mereka? Hanya mengenai perusahaan mereka yang menurut mereka penting.
"Oh God!" Seorang direktur berparas cantik mengumpat karena melihat pergerakan sahamnya terus turun. Dia berencana mengambil rokoknya dan menyesapnya, namun mendapatkan tatapan tajam dari direktur muda yang berparas tampan di depannya, "Saya rasa di ruangan ini sudah ada tulisan 'DilarangMerokok', Tuan Kim."
Ya, direktur berparas cantik itu memang bukan seorang wanita, melainkan seorang pria. Dengan sedikit mendeath-glare direktur tampan yang ada di depannya, dia meletakan lagi rokoknya. Ah, dengan begini dia harus mendatangi pemegang saham dan meminta mereka jangan menjual sahamnya karena harga saham perusahaannya akan terus turun. Apabila saham tersebut semakin lama semakin turun, para investor akan meragukan perusahaannya.
"Aku rasa kita harus bergegas, Tuan Jung," direktur berparas tampan itu sedikit melirik ke direktur cantik itu dan menjawab, "Aku tidak mau."
"Demi semua sahamku, sahamku yang berada di Perusahaan Jung juga terkena dampaknya kalau seperti ini," direktur cantik yang dipanggill 'Tuan Kim' itu mendengus. "Itu urusanmu, Tuan Kim," tolak 'Tuan Jung'.
"Ck!" dengan cepat direktur cantik itu pergi dari ruangannya setelah mengecek semua nama pemegang saham dan membawa berkas serta laptopnya yang berisi semua data sahamnya.
Blam
Direktur perparas tampan itu hanya melirik sebentar ke arah pintu dan kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi. Namun pandangannya kembali dia arahkan ke meja direktur berparas cantik yang ada di depannya. Dia melihat sesuatu di meja direktur dari kayu mahoni itu.
Handpone di sebelah papan nama sang direktur berparas cantik dengan tulisan 'Kim Jaejoong'.
"Tsk," dia berdecak ringan dan kemudian membereskan semua berkas dan laptopnya dengan santai. Sepertinya dia akan sedikit terlambat untuk menghadiri rapat.
.
Di lain pihak, sang direktur berparas cantik, Kim Jaejoong terhanyut dalam pikirannya saat menuju ke tempat akan dilaksanakannya pemegang saham. Dia teringat kejadian yang menyebabkan sahamnya dan saham Tuan Jung tersebut jatuh dengan cepat.
Flash back
"Perusahaan kita hampir bangkrut dan itu hanya karena tindakan yang tidak terpuji dari kalian berdua, kalian tau!?" Suara Mr. Jung menggelegar memenuhi ruang rapat Jung Corp yang dikatakan sangat besar.
"Tapi Aboji, bukan aku yang melakukannya duluan, namja itu lah yang melakukannya duluan," tutur direktur berparas tampan itu sambil menunjuk direktur berparas cantik yang berdiri tak jauh darinya dan Abojinya.
"Jangan menyalahkan orang lain Jung Yunho! Hanya karena kamu menumpahkan wine-mu di baju Direktur Muda Kim itu, kalian jadi beradu mulut, bahkan hampir saja berkelahi! Oh God!"
"Tapi Aboji—"
"Tidak ada tapi-tapi. Sekarang kamu harus bekerjasama dengan namja Kim itu untuk mengembalikan nama baik perusahaan kita atau semua investor akan lari!" potong Mr. Jung, Pemilik Jung Corp dengan tegas.
Direktur muda bernama Jung Yunho itu menatap Mr. Kim yang juga sedang memarahi anaknya.
"Sudah aku bilang Aboji, namja Jung itu lah yang seharusnya bersalah! Aku tidak bersalah!"
"Diam kau Kim Jaejoong! Ini memang salahmu yang tersulut emosi dengan begitu mudahnya! Kemana perawakanmu yang dingin hah!?"
"Itu jas Armani terbaruku, Aboji. Demi semua sahamku, jas itu susah sekali mendapatkannya dan noda wine itu sudah pasti akan berbekas pada jasku!"
"Hanya karena jas saja kamu menyebabkan nama baik perusahaan ini tercoreng! Aboji tidak menerima protes apapun, kamu harus mengembalikan nama baik perusahaan kita bersama Jung Yunho itu!"
Jaejoong hanya meng-death glare namja yang ada di sebrangnya dan Yunho juga melakukan hal yang sama. Namun, kedua Aboji mereka memukul masing-masing kepala anak mereka, menyebabkan keduanya mengaduh kesakitan.
Flash back end
Jaejoong, sang direktur berparas cantik itu mengusap kasar wajah berkulit pucatnya. Dia menjilat bibirnya dan kemudian menghela napas. Oh God, sungguh terlalu. Hanya karena insiden kecil tersebut, harga saham perusahaannya turun dan diberitakan bahwa Kim Corp dan Jung Corp memiliki hubungan yang tidak baik. Padahal, Abojinya dan Mr. Jung dikenal cukup dekat dari mereka sekolah dulu.
Nasi sudah jadi bubur. Pilihannya adalah lari dengan semua hujatan akan diterimanya atau menyelesaikannya dan mengembalikan nama baik keluarganya, well, secara tidak langsung keluarga Yunho juga.
Tidak terasa perjalanan selama 15 menit. Jaejoong turun dari mobil Audi hitam miliknya dan bergegas menuju ruang rapat para pemegang saham.
Sesampainya di ruang rapat, dia langsung disambut oleh para pemegang saham, termasuk ketiga temannya yang juga menjadi pemegang saham di perusahaannya yaitu Kim Junsu, Shim Changmin, dan Park Yoochun.
Dia memulai rapat tersebut dengan baik, namun, saat seseorang pemegang saham menanyakan mengenai data yang dikirimkan ke Jaejong melalui aplikasi pada handphone, namja cantik itu tidak bisa menemukan handphonenya.
'Oh crap!' batinnya. Dia meninggalkan handphone miliknya di meja kerjanya.
Kriet
"Maaf saya terlambat," Jaejoong tidak mengindahkan sapaan orang tersebut, bahkan meliriknya saja tidak. Dia fokus mencari handphonenya.
Namja tersebut menghampiri Jaejoong dan kemudian duduk di sampingnya.
Perlahan namja tersebut mendekatkan wajahnya ke belakang telinga Jaejoong. Merasakan terpaan napas seseorang di belakangnya, dia berbalik dan hampir mendapati bibirnya bersentuhan dengan bibir namja yang tadi melarangnya untuk merokok.
Deg
"Aku membawakan handphonemu," ucap namja bermata musang itu, Yunho, sambil memberikan handphone milik Jaejoong kepada namja yang masih terpaku tersebut.
Merasa tidak direspon, Yunho mengelus tangan Jaejoong dan memberikan hanphone Jaejoong ke tangan Jaejoong.
"Wah, kalian tampak sangat serasi," sebuah suara menginterupsi kedua namja tersebut. Namja yang mengatakan hal tersebut tersenyum evil. Shim Changmin, dia memang berteman dekat dengan Jaejoong dan Yunho, bahkan bisa dikatakan kalau dia suka sekali mengintil dua namja itu, sekedar untuk menemani Changmin untuk menuntaskan hasratnya untuk makan. Yunho hanya tersenyum sedangkan Jaejoong hanya terdiam.
Jaejoong mengerutkan dahinya dan kemudian sibuk untuk mengurusi data yang diminta oleh pemegang saham. Selagi Jaejoong mencari data, Yunho mengambil alih rapat tersebut dengan membuka pertanyaan lainnya.
Setelah 2 jam berlalu dihujani pertanyaan dan diskusi, Jaejoong merebahkan tubuhnya di kursi rapat setelah semua pemegang shaam kecuali Changmin, Junsu, dan Yoochun yang tidak ikut beranjak.
"Hyung, apa kamu kecapean?" tanya Junsu sambil melihat Jaejoong yang memijit pangkal hidungnya.
"Gwaenchana," ucap Jaejoong masih dalam posisinya.
Yunho mengangkat alisnya dan memilih untuk beranjak dari luar ruangan dengan Yoochun yang sudah mengajaknya makan siang bersama Changmin. Sebenarnya dia mengajak Junsu dan Jaejoong juga namun kedua namja bermarga Kim itu menolak karena ingin makan di tempat lain.
"Kamu dan Yunho benar-benar menjadi dingin sekarang."
"Well, tidak ada yang perlu diomongkan."
"Apa kamu betah seperti itu terus hyung? Kalian berada di satu tempat yang sama sudah sebulan ini namun kalian masih saja berdiam diri satu sama lain."
"Memang tidak ada hal penting yang perlu dibicarakan selain pekerjaan, Suie. Kamu tau sendiri kalau aku memang pendiam sendari lahir."
"Tapi hyung, kamu selalu saja bawel terhadapku, Yoochun, dan Changmin." Jaejoong mengulum senyumnya. Pasalnya Junsu sedang memanyunkan bibirnya.
"Karena kalian aku anggap sebagai adik-adikku. Berbeda dengan namja yang sudah menumpahkan wine ke jas Armani kesayanganku itu," sekarang Jaejoong yang memanyunkan bibirnya ketika mengingat kejadian tersebut.
"Sudahlah. Itu hal kecil hyung. Lebih baik kalian fokus kepada perusahaan kalian sekarang," Junsu menjentikkan jemarinya pada handphone keluaran terbaru di negeri gingseng tersebut, meminta supirnya untuk menjemput dia dan Jaejoong di lobby.
"Kita mau makan apa?"
"Hmm... aku mau makan pasta," ucap Junsu setelah menghubungi supirnya.
Jaejoong hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti namja berpipi chubby tersebut.
.
Yunho menyesap kopi hitamnya setelah dia memakan sushi miliknya.
"Jangan kebanyakan minum kopi hyung, ingat lambungmu," ucap Yoochun sambil menyenderkan tubuhnya pada sofa.
"Aku harus minum kopi, kalau tidak aku akan mengantuk," jawab Yunho yang kembali menyesap kopi itu. Kali ini dia meneguknya sampai 3 tegukan.
Changmin masih bergulat dengan steak ketiga miliknya. Dia masih menikmati makan siangnya dengan khidmat dan tidak mengubris apa yang ada di sekitarnya, termasuk Yunho dan Yoochun yang asik mengomeli dirinya karena porsi makanan siang hari ini.
"Yunho hyung, bagaimana kalian sekarang?"
"Bagaimana apanya maksudmu, Yoochun?" Yunho melihat jam Rolex miliknya. Pukul 2 siang saat ini.
"Dengan Jaejoong hyung tentu saja."
"Biasa saja. Tidka ada yang spesial."
"Begitukah? Tampaknya kamu mulai memperhatikannya," ucap Yoochun sambil menaikturunkan alisnya.
"Tidak. Aku hanya berbicara dengannya kalau sudah seputar pekerjaan. Itu saja Yoochun. Well, saatnya aku pergi. Aku harus kembali ke kantor. Aku duluan, Yoochun, Changmin," Yunho mengambil jasnya dan kemudian beranjak ke mobil Mercedes yang dia kemudikan sendiri.
Changmin mengerutkan dahinya ketika dia melihat kursi Yunho sudah kosong setelah selesai memakan steaknyadan menanyakan kemana Yunhokepada Yoochun. Yoochun hanya memutar bola matanya malas. Monster makanan satu ini benar-benar tidak akan memperhatikan sekitar kalau sedang makan.
.
Jaejoong sudah ada di ruangan mereka saat Yunho masuk ke ruangannya. Jaejoong terus saja memperhatikan laptopnya.
'Ya, kebiasaannya tidak akan terusik oleh apapun jika sudah fokus,' ucap Yunho dalam hati. Dia sepertinya sudah hapal betul direktur muda yang ada di depannya ini.
Yunho juga ikut mengerjakan urusan perusahaannya tanpa ada pembicaraan di antara mereka berdua.
Keduanya hening, mereka hanya berinteraksi apabila masing-masing sekretaris mereka datang untuk membawakan data.
Ya, Jaejoong ada di Jung Corp saat ini. Itulah sebabnya dia menghadiri rapat sahamnya di Kim Corp yang jarkanya tidak terlalu jauh dari Jung Corp. Mr. Kim memintanya untuk di Jung Corp sebagai bentuk hukuman kepadanya. Awalnya dia menolak, tapi itulah Kim Jaejoong, akan lupa oleh apapun kalau sudah menyangkut pekerjaannya.
.
'Kruuk' suara perut Jaejoong benar-benar menggema di dalam ruangan tersebut. Tuan muda Kim sepertinya benar-benar tidak sadar kalau perutnya sudah berbunyi nyaring.
'Kruuk' kedua kalinya perut Jaejoong berbunyi. Jaejoong menjilat ini dia sadar kalau kantung lambungnya perlu diisi secepatnya. Dia memang tidak memiliki sakit maag, tapi tetap saja kalau tidak makan, lambungnya benar-benar berisik sekali. Yunho sendiri tampak tidak menghiraukan hal tersebut.
Dia melihat jam tangannya. Sudah pukul 8 malam ternyata. Biasa dia makan malam pukul 6 sore, terang saja perutnya berkoar-koar minta diisi.
Jaejoong menelpon office boy yang berjaga malam itu, memesan makanan untuk dirinya. Diliriknya Yunho. Namja bermata musang itu masih berkutat dengan berkasnya dan laptopnya. Bahkan Jaejoong diam-diam memperhatikan komat-kamit bibir hati itu. Kebiasaan Tuan Jung ketika sedang serius membaca laporan.
Jaejoong kembali menelpon office boy tersebut, mengganti pesanannya dari nasi goreng kimchi menjadi dua bubur ayam dengan dua porsi besar, dan juga dua teh jasmine hangat untuknya.
Sebulan berada di ruangan yang sama, tentu membuat Jaejoong mengenal Tuan Muda Jung tersebut. Yunho selalu makan tepat pukul 17.30. Tepat. Tidak kurang dan tidak lebih. Jadi dia berasumsi kalau Yunho mempunyai sakit maag. Selain itu dia juga suka memperhatikan kalau Yunho akan meminum obat kalau sudah melewati jam makan malamnya, Tuan Kim yang satu ini sudah memergokinya tadi.
Well, ternyata mereka diam-diam memperhatikan ya.
.
Ceklek
"Selamat malam Tuan Kim, ini bubur ayam pesanan anda," ucap office boy tersebut dengan nampan yang di atasnya dua mangkok besar bubur ayam yang masih mengebul.
"Terima kasih, taruh mangkuknya di atas meja tamu. Sudah makan Lee Ahjussi?" tanya Jaejoong sambil tersenyum. Oh, dan Yunho melihat senyuman itu.
Deg
Yunho memperhatikan bibir pum Jaejoong yang tertarik ke samping dan mata doe Jaejoong yang bulat semakin menawan.
Manis.
'Oh God, Yunho. Apa yang kamu pikirkan?' ucap Yunho dalam hati dan kemudian mengusap wajahnya kasar.
"Tuan Yunho, ada apa?" tanya Lee Ahjussi sambil mengerutkan dahinya saat melihat tuan mudanya seperti itu.
"Ehem, tidak, tidak apa-apa," Yunho pura-pura membuka laporan keuangannya sementara Jaejoong menutup mulutnya, berpura-pura menguap, padahal dia terkikik melihat Yunho yang salah tingkah.
Yunho mendeath-glare Lee Ahjussi, orang yang sudah dikenalnya sendari lama, membuat Lee Ahjussi memberikan tanda 'peace' kepada Yunho.
"Silahkan menikmati buburnya Tuan Kim," ujar Lee Ahjussi sambil menutup pintu ruangan direktur tersebut.
"Makan dua mangkuk?" tanya Yunho sambil melihat dua mangkuk bubur tersebut.
"Eum..," Jaejoong terlalu gengsi kalau dia bilang itu untuk Yunho juga.
"Benar, i-itu untukku," ucap Jaejoong pada akhirnya sambil sedikit berdehem dan berjalan ke arah bubur yang ada di atas meja.
'Bodoh kamu Jaejoong, bodoh,' ucap Jaejoong dalam hatinya. Dia mengutuk bibir pedasnya. Bukan masalah tidak enaknya pada Yunho, tapi mana mungkin dia menghabiskan dua mangkuk besar bubur ayam tersebut.
Yunho menyadari perutnyamulai meronta ketika indera penciumannya menangkap aroma dari bubur ayam tersebut. Tanpa dia sadari kalau dia menelan salivanya.
"Aku makan di luar dulu sebentar," ucap Yunho sambil mengambil dompet, kunci mobil, dan handphonenya, lalu beranjak dari ruangan tersebut menuju ke parkiran.
Jaejoong menghela napas.
See? Karena gengsinya, dia harus makan dua mangkuk besar bubur tersebut sendirian.
Jaejoong mengetok kepalanya, bahkan dia lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Yunho karena Yunho sudah membawakan handphonenya.
.
Dua minggu berlalu dari insiden bubur tersebut. Saham mereka sudah bisa dikatakan stabil walaupun belum menunjukan kenaikan yang signifikan.
"Kalian perlu berlibur hyung," ucap Yoochun sambil mengulum lollipopnya dan memperhatikan grafik perusahaaannya yang stabil. Merasa bosan, dia langsung menutup laptopnya setelah menekan mode 'Sleep'.
Junsu sedang memainkan game pada handphone miliknya. Bosan memeriksa laporan dari sekretarisnya mengenai adanya demo di salah satu pabrik tempat dirinya menanamkan sahamnya. CEO dari perusahaan tersebut harus membayar ruginya nanti jika demo tersebut berkelanjutan.
Changmin sendiri sedang mengotak atik ke sepuluh miliknya dan langsung jadi hanya dalam beberapa menit. "Membosankan," ucapnya sambil menaruh rubik tersebut di atas meja tamu ruangan Jaejoong dan Yunho.
Kedua direktur muda itu masih berkutat dengan laporan keuangan mereka dan mengotak-atik angka untuk meminimalkan kerugian yang diderita karena adanya isu tidak mengenakan mengenai Yunho.
Yunho kedapatan sedang bersama wanita yang menyeretnya masuk ke pub, padahal Yunho sendiri anti mengkonsumsi alkohol setelah mengetahui lambungnya bermasalah.
Hal tersebut kemudian disangkutpautkan dengan Jaejoong. Nama direktur berparas cantik itu ikut terlibat dalam foto tersebut. Media memberitakan kalau wanita tersebut adalah pacar Jaejoong.
Jaejoong dan Yunho sempat adu mulut kemarin. Well, saling menyalahkan satu sama lain.
Dan jadilah sekarang. Mereka saling diam satu sama lain tanpa ada yang mau memulai pembicaraan. Bahkan karena hal tersebut, mereka berkomunikasi via email atau dengan sekretaris mereka sebagai pengantar pesan.
Ketiga sahabatnya sengaja datang menemui mereka untuk menghibur mereka, namun apa yang di dapatkan? Mereka bertiga hanya duduk diam.
Kedua sahabat mereka itu benar-benar keras kepala. Sudah diberikan wejangan mulai dari Junsu sampai Changmin sekalipun, kedua orang tersebut tetap diam tanpa menyahut.
"Baiklah, kalau kalian tidak butuh kami, kami harus pergi. Nikmati saja kekeras kepalaan kalian. Perutku minta diisi," ucap Changmin sambil berdiri diikuti oleh kedua hyungnya yang lain, Junsu dan Yoochun.
Jaejoong melirik sebentar ke arah pintu sesaat mereka sudah menutup pintu ruangan tersebut. Helaan napasnya terdengar begitu kasar. Memang hari ini tidak ada jadwal menemui pemegang saham, hanya saja hal mengenai pemberitaan Yunho cukup membuatnya dihujani banyak pertanyaan seputar dirinya juga karena namanya dibawa-bawa.
Yunho masih sibuk berkutat dengan para pemegang sahamnya. Well, namja bermarga Jung itu cukup sibuk selama dua hari ini. Dia menelpon sana sini, bahkan dia mendapatkan semprotan dari Mr. Jung. Cukup sudah mendnegar omelan dan rentetan pertanyaan dari kedua orang tuanya.
Namja bermata musang itu mengambil laptopnya dan membereskan berkasnya, lalu beranjak dari ruangannya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Geez
Jaejoong mendengus kesal karena dia menganggap Yunho lah yang menjadikan dia terlibat. Namun kalau dia ingat-ingat, itu juga salahnya tidak menawari makan dengannya dua hari yang lalu di kantor, sehingga dia harus makan di luar dan akhirnya bertemu wanita yang murahan itu.
Jaejoong mengusap kasar wajahnya dan melihat jam tangan Gucci-nya. Pukul 7 malam dan Yunho harus meeting. Ntah mengapa dia memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Dia ingin menunggu Yunho kembali ke kantor, walau dia tau, kemungkinannya 50% Yunho langsung pulang dan 50% lagi Yunho akan kembali ke kantor. Dia harus meminta penjelasan dari Yunho mengenai insiden tersebut dan mungkin ada yang dia bisa bantu.
.
Pukul 10 malam dan Jaejoong sudah cukup mengantuk. Dia bersandar pada sofa sambil mengotak-atik laporan kepada Abojinya. Jaejoong memang sudah tampak kelelahan dan menguap beberapa kali.
Pukul 11 malam. Saat itu juga Jaejoong memutuskan untuk pulang. Dia membereskan laptopnya dan menelpon supirnya untuk menyiapkan mobil. Namun tak lama Yunho muncul ke dalam ruangan.
Mukanya terlihat kusut dan sedikit pucat. Jaejoong menghela napasnya ketika dia melihat Yunho seperti itu. Tapi, ego dan gengsi masih menguasainya. Dia tidak ingin menanyakan apa yang terjadi kepada Yunho sampai namja Jung itu terlihat pucat seperti itu.
'Mungkin maagnya kambuh,' asumsi Jaejoong sambil berusaha cuek dan kemudian hendak meninggalkan ruangan tersebut. Ingin rasanya dia menawari Yunho makan malam itu. Namun ego dan gengsi membuat dirinya tidak mengatakan itu.
"Tidak usah menungguku," ucap Yunho dingin kepada Jaejoong. Yunho sibuk membereskan dokumennya dan membuka laptopnya kembali, sepertinya dia akan pulang sangat larut.
Jaejoong hanya menghela napas. Tubuhnya sudah letih untuk berdebat. Kepalanya terasa berat, hidung dan lehernya terasa sakit. Dia benar-benar butuh istirahat sekarang.
Kembali, ego dan gengsi yang menang atas Jaejoong dan Yunho, 2-0.
.
Keesokan harinya, Jaejoong tidak masuk ke kantor. Dia juga mendapatkan info kalau Yunho juga tidka ke kantor. Mungkin hari ini dia akan bekerja di rumah saja. Terlebih mereka berdua sedang melakukan perang dingin sendari dua hari yang lalu.
Dia menghela napasnya lagi setelah melihat tubuhnya dibalut oleh dua selimut tebal dan dengan kompres di kepalanya. Kesimpulannya adalah, dia sakit sekarang ini.
"Ah! Oppa sudah bangun ternyata," ucap Kim Hani, adik dari Jaejoong sambil memeriksa suhu badan Jaejoong. Masih panas ternyata.
Jaejoong mendenggung. Dia merapatkan lagi tubuhnya di bawah selimut.
"Oppa harus makan dulu, lalu minum obat," ucap Hani sambil membawakan semangkuk sup ayam jahe dan bubur dengan telur burung puyuh. Jaejoong mengangguk. Dia harus sembuh agar bisa bekerja lagi. Apalagi dalam kondisi seperti ini.
"Kamu tidak kuliah?" tanya Jaejoong dengan suara paraunya. Hani hanya menggeleng dan kemudian duduk di samping pinggir ranjang Jaejoong, membantu Jaejoong meminum air hangat dan makan buburnya.
Sekali suapan, sekali itu juga Jaejoong langsung menolak makan. Terlalu sakit bubur ayam dan sup ayam jahe itu masuk ke dalam tenggorokannya.
"Tapi Oppa harus makan," ucap Hani sambil cembetut.
"Oppa tidak mau makan," Jaejoong memasukkan kembali wajahnya ke dalam selimut. Hani tau sekali kalau Oppanya benar-benar keras kepala. Dengan mengerucutkan bibirnya, dia kembali kepada Omonimnya, mengadu kalau Oppanya tidak mau makan.
"Salahmu menyuruh dia bekerja keras. Sampai dia sakit begitu," ucap Mrs. Kim sambil menyikut perut Mr. Kim dengan pelan dan membuat Mr. Kim pura-pura kesakitan. Mrs. Kim hanya memanyunkan bibirnya dan kemudian beranjak ke kamar Jaejoong untuk melihat kondisi anaknya.
Masih terasa panas saat telapak tangan Mrs. Kim menyentuh dahi Jaejoong dan membuat Jaejoong bergumam. Dia menghela napasnya dan kemudian hendak beranjak untuk membuatkan jus wortel dengan jeruk, kesukaan Jaejoong. Namun suara ketukan menghentikan langkahnya.
Tok tok
"Masuk."
"Nyonya, ada yang ingin bertemu dengan Tuan Muda."
"Nugu?"
"Keempat teman Tuan Muda datang. Mereka menunggu di teras rumah."
Mrs. Kim mengangguk dan kemudian menuju ke teras rumah untuk menemui teman Jaejoong.
"Oh? Kalian yang datang!" Pekik Mrs. Kim sambil memeluk mereka satu per satu.
"Ahjumma~ Bagaimana kabarmu?" Tanya Junsu sambil memamerkan gigi putihnya. Namun wajah cembetut Mrs. Kim lah yang didapatnya.
"Oh iya aku lupa, my Auntie~" ucap Junsu dengan senyum manisnya.
"Nah itu baru yang benar, Suie hehehe," ucap Mrs. Kim sambil mengacak rambut Junsu. Junsu suka sekali dengan Ahjummanya itu. Selalu ramah kepada mereka dari dulu.
"Hallo Auntie," ucap Yoochun sambil memeluk tubuh Mrs. Kim, "Hallo Chunnie. Bagaimana kabarmu? Baik kan?"
"Tentu bawakan cake Opera untukmu Auntie," ucap Yoochun sambil menyerahkan cake Opera di tangannya dan kemudian mencium pipi Mrs. Kim. Langsung saja yang di belakang berdehem merasa tidak senang.
"Ah, Samchon," Yoochun menunjukan cengirannya mendapati Mr. Kim ada di belakangnya dengan tangan terlipat di dadanya.
"Dasar Cassanova," ucap Mr. Kim sambil terkekeh. Dia tau perawakan Yoochun memang seperti itu dari dulu.
"Auntie~ Aku mau cakenya," ucap Changmin sambil menatap penuh harap kepada Mrs. Kim.
"Tentu Changminnie, masuklah, nanti akan Auntie potongkan," ucap Mrs. Kim yang tau betul tabiat food monster yang ada di depannya itu.
"Yey! Ah! Hallo Samchon," ucap Changmin yang memeluk Mr. Kim dengan erat.
"Anak ini selalu saja seperti ini," ucap Mr. Kim sambil mengacak rambut Changmin dan terkekeh, "masuklah, Joongie di kamarnya."
"Selamat siang, Mr. Kim, Mrs. Kim."
"Ah, Yunho. Kamu juga datang. Kamu tidak ke kantor?" Tanya Mr. Kim sambil menjabat tangan Yunho. Yunho memang berperawakan sopan sendari dulu dan mempunyai watak keras kepala yang sama dengan Jaejoong, namun dia tau, Yunho adalah orang yang dapat diandalkan oleh keluarganya.
"Tidak Mr. Kim. Saya sebenanrya ingin beristirahat di rumah, namun teman-teman saya mengajak saya untuk menjenguk Jaejoong."
"Jangan formal begitu, kamu bisa memanggilku dengan Samchon dan istriku yang centil ini dengan sebutan Auntie."
"Ah, ne, Samchon, Auntie."
"Anak yang manis, kajja, kita masuk dan makan kuenya," ucap Mrs. Kim sambil menggenggam tangan Yunho dan membawanya masuk ke dalam rumah mereka dan kemudian Mrs. Kim beranjak ke dapur untuk memotong kue, sementara itu keempat anak muda tersebut bercengkrama dengan Mr. Kim.
"Joongie di kamarnya. Tenggorokannya sakit, dia terkena radang. Dia tidak mau memakan makanannya karena sakit sekali saat menelan," ucap Mrs. Kim setelah kembali dari dapur sambil membawa kue Opera yang sudah dipotong-potong.
"Boleh kami ke kamarnya?" tanya Junsu. Dia ingin melihat sahabat yang sudah dianggapnya seperti hyungnya sendiri.
"Tentu, kalian diperbolehkan."
Sontak saja mereka langsung menghambur ke kamar Jaejoong, kecuali Yunho yang masih setia duduk di sofa keluarga Kim dan menyesap teh jasmine buatan Mrs. Kim.
Mrs. Kim mengerti perawakan Yunho yang juga sedikit cuek. Oleh karena itu dia tidak memaksa Yunho untuk menemui Jaejoong.
Tok tok
Junsu mengetuk pintu kamar Jaejoong namun tidak mendapatkan sahutan dari dalam. "Mungkin Jaejoong hyung terlalu sakit untuk bersuara," gumam Junsu dan kemudian membuka pintu kamar berwarna hitam tersebut perlahan.
Hal pertama yang mereka lihat adalah tubuh yang meringkuk di bawah dua selimut beda warna dan dapat langsung mereka kenali siapa orang tersebut.
Jaejoong menyembulkan kepalanya saat mendengar pintu kamarnya dibuka, dia hendak mengomeli orang yang masuk karena menganggunya istirahat, tapi dia urungkan karena yang dia lihat adalah ketiga sahabatnya.
"Hyung, mana yang sakit?" tanya Junsu khawatir melihat wajah pucat Jaejoong.
Jaejoong membuka selimutnya sampai sebatas bahu dan kemudian menujukan leher putihnya sambil menunjuk bagian tenggorokannya.
"Ah.. pasti sangat sakit sampai kamu tidak bisa bicara begitu," timpal Yoochun dan dijawab anggukan oleh Jaejoong.
"Kami membawakan kue Opera kesukaanmu hyung. Cepatlah sembuh dan makan kue Operanya," ucap Changmin dan mendapatkan anggukan dari Jaejoong.
"Huh, tapi kamu memakan setengah kue Operanya."
"Aku hanya memakan setengah dari setengah bagian kuenya, bisa dikatakan hanya 1/4nya saja, hyung pantat bebek."
"Tapi Chunnie yang membelikannya untuk Jaejoong hyung."
"Tapi Auntie yang memberikan porsi besar untukku."
"Karena Auntie tau kamu pasti akan meminta lagi kalau kamu masih lapar," ucap Yoochun sambil mendeath-glare Changmin.
"Hyung pelit!" Ucap Changmin sambil menyilangkan tangan di depan dadanya, persis seorang adik yang marah kepada kakaknya.
Jaejoong hanya tersenyum, dia belum bisa tertawa, terkekeh saja belum bisa karena sakit pada lehernya.
Dia cukup terhibur dengan kedatangan ketiga temannya.
.
Setelah lama bercengkrama, Yunho memanggil ketiga temannya yang ada di kamar Jaejoong. Jaejoong sendiri juga cukup mengantuk dan ingin tidur setelah meminum parasetamolnya, padahal dia belum makan.
Yunho mengetuk kamar Jaejoong dan langsung masuk setelah mendengar sahutan dari ketiga temannya.
Jaejoong hanya terdiam saat Yunho masuk ke kamarnya dan Yunho sendiri hanya menyapa Jaejoong tanpa menanyakan kabar Jaejoong.
Ketiga orang yang sudah lebih dulu di kamar Jaejoong menolak untuk pulang karena masih ingin bersama Jaejoong.
"Sekarang atau kalian akan aku tinggal," Yunho mendelik dan memberikan death glarenya. Well, ketiga orang itu ikut mobil Yunho, tentu saja Yunho yang menang.
Ketiga orang itu berpamitan dengan Jaejoong dan kemudian beranjak dari kamar Jaejoong.
"Aku pulang dulu," ucap Yunho dan hendak keluar ruangan. Namun saat hendak memutar knop,
"Tunggu Yunho," ucap Jaejoong dengan suara seraknya. Yunho berbalik dan kemudian menatap Jaejoong yang mencoba untuk duduk.
"Kenapa kamu tidak ke kantor?" tanyanya kemudian.
"Aku ingin beristirahat saja di rumah."
"Bukan karena lambungmu kan?"
"Hmm... kenapa kamu menanyakan lambungku?" Yunho mengernyitkan dahinya.
"Karena aku tau kalau kamu mempunyai sakit maag," ucap Jaejoong sambil mencoba menggapai air minumnya di meja nakas berwarna hitam miliknya.
Yunho menghampiri Jaejoong dan membantunya mengambil air minum, bahkan namja bermata musang tersebut membantu Jaejoong meminum airnya tanpa ragu.
"Dari mana kamu tau kalau aku mempunyai sakit maag?"
"Karena kamu selalu meminum obat kalau kamu tidak makan pk. 12.00 saat siang dan 17.30 saat malam."
Oh-oh, namja cantik di depannya ini betul-betul tau benar kebiasannya.
Yunho menaikkan alisnya.
"Kamu seperti stalker saja. Lagipula mau aku sakit maag atau tidak, itu bukan urusanmu."
"Tentu saja urusanku. Kalau kamu sakit, siapa yang akan mengurus perusahaanmu dan juga segala mengenai skandalmu?"
Jaejoong tersulut emosinya. Dia hanya ingin perhatian pada namja yang sudah hampir 2 bulan ini bersama dengannya di dalam satu ruangan kerja dan sama-sama berjuang untuk menstabilkan perusahaan mereka.
Apa salahnya jika namja cantik itu menanyakan kabar namja bermata musang itu. Bahkan namja cantik itu bisa melihat wajah pucat Yunho.
"Jangan mengungkit skandal itu lagi. Urusi urusanmu."
"Aku terkena dampaknya, bodoh!"
"Cih, dari awal memang semua ini salahmu, Tuan Emosian yang hanya mementingkan jasnya!"
"Cih! Pergi kamu! Jangan ke sini lagi," ucap Jaejoong setengah berteriak.
"Ya, aku akan pulang, tidak perlu kamu suruh."
Yunho langsung keluar dari kamar Jaejoong.
Oh God. Dia benar-benar merasa tidak sopan sekarang.
Harusnya dia menjenguk Jaejoong, bukan berkata kasar pada namja cantik itu. Dengan langkah perlahan dia kembali ketiga temannya yang sedang mengobrol dengan Mr. Kim, Mrs. Kim, dan Hani yang sedang tertawa karena Yoochun mencontohkan lirikan cassanovanya. Menurut Hani, tatapan Cassanova Yoochun kocak, bukan bisa membuat hatinya luluh.
Beruntung kamar Jaejoong memiliki peredam yang bagus, jadi mereka tidak mendengarkan pembicaraan Jaejoong dan Yunho.
Setelah berpamitan, Yunho dan ketiga temannya langsung meninggalkan rumah Jaejoong, tanpa mengetahui Jaejoong sudah turun dan melihat mereka dari balik daun pintu.
"Ada apa Joongie? Kenapa kamu bersembunyi seperti itu?"
"Anio Omonim. Tolong minta Kwon Ahjussi mengantarkan obat ini ke rumah Yunho," ucap Jaejoong dengan suara seraknya sambil memberikan satu botol obat maag cair.
"Kenapa tidak kamu sendiri yang memberikannya tadi?"
"Bukan urusanku untuk mengurusinya," ucap Jaejoong sambil menyerahkan obat maag tersebut kepada Mrs. Kim kemudian berlari memasukki kamarnya.
"Anakmu terlalu gengsi," ucap Mrs. Kim sambil melirik Mr. Kim.
"Kenapa melihatku?" ucap Mr. Kim tidak terima.
"Wataknya sama denganmu."
"Tidak, dia sama keras kepalanya denganmu."
"Tidak, dia mempunyai gengsi yang tinggi sepertimu."
"Baiklah, kita yang menurunkan sifat kita ke Jaejoong."
"Dan Hani," ucap Mrs. Kim dan kemudian tertawa bersama sementara Hani hanya bingung memperhatikan orang tuanya.
.
.
TBC
.
Hallo Readers! Lama tidak berjumpa!
Astaga sudah 10 bulan tidak bertemu hehehe (bagi di FFN) dan saya baru memposting FF ini di FB dan Wattpad saya : Jejehan_Jeje
Holding Back The Tears akan saya lanjutkan nanti, ok? Terus terang saya harus mencari ide dulu XD
Bagaimana FF ini? Maaf kalau banyak typo Saya tunggu reviewnya ^^
Semoga di chapter depan selesai ya XD
Jangan lupa review dan komennya ok? Review dan komen kalian adalah bahan bakar saya ^^
Mohon maaf jika PM kalian tidak terbalas Kalian bisa hubungi saya di fb: . .73
See you again and Happy 12th Anniversary for DB5K ^^ #RedIsTVXQ
