Prince

Sae Kiyomi

Untuk Event Minor Chara Paradise

Setelah membuat pesta pernikahan kakaknya hancur berantakan, Gakuko masih harus berurusan lagi dengan pangeran menyebalkan itu! Ia harus menikahi orang itu karena 'kecelakaan' yang terlalu dilebih-lebihkan!

Warning (for you): Typo, aneh, mainstream, alur cepat, silakan membaca! XD

DLDR!

Jika anda seorang pembenci cerita mainstream, dan Sae's Family, silakan pencet tombol exit dan Miya-chan memandu kalian ke arah pintu keluar.

MENGINGATKAN KEMBALI!

Karena mengingat Crypton Family tidak memiliki pairing asli, jadi tidak ada yang namanya crack pair!

Disclaimer: Sae meminjam tokoh Vocaloid.


Part 1


Gakuko Kamui, gadis putri Kerajaan Kamui, negara terbesar penghasil batu bara, saat ini sedang mengamuk di aula pesta pernikahan kakak perempuannya.

"Kurang ajar kau, Luki Megurine! Kamu pikir aku ini siapa, hah!? Berani-beraninya kau!" rambut berwarna ungu terong yang disanggul rapi segera jatuh ke bahunya. Namun gadis itu masa bodoh dengan rambutnya yang tergerai semua.

"Tunggu, tahan dul-" pemuda ini, Luki Megurine, sedang menerima amukan putri bungsu Kerajaan Kamui.

"Dasar tidak tahu diri! Kamu pikir sudah berapa lama aku menyiapkan semua ini, dasar bau selokan!" Gakuko sibuk mencari senjata yang akan ia lempar lagi ke Luki Megurine. Sedangkan kedua mempelai, Lily Kamui dan Kiyoteru Hiyama hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan pesta pernikahan mereka yang menjadi porak poranda.

"Hentikan! Kamu ingin menghancurkan pesta ini!?" Luki menahan kedua tangan Gakuko. Jika Gakuko gadis biasa, mungkin ia akan terkesiap, menjatuhkan gelas yang ia pegang, fall in love akan tatapan Luki yang mempesona. Mungkin ia akan berbalik jatuh cinta dan merutuki sikap mengamuk yang ia lakukan.

Tapi sayang sekali, Gakuko bukan gadis seperti itu. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan jatuh cinta kepada Luki, apalagi berhenti melemparkan barang-barang. Di mata Gakuko, terpancar kebencian yang sangat kepada pemuda itu. Matanya sama sekali tidak menangkap pesona pada Luki.

Dan dengan posisi mereka cukup ambigu ini, Luki memojokkan Gakuko di sudut ruangan besar itu untuk menahan amukannya, yang membuat semua pejabat, rakyat (terutama gadis-gadis yang mengincar pangeran Luki) dan Raja dan Ratu dari berbagai Kerajaan terkesiap, tersipu malu-malu dan sangat mendukung mereka, Gakuko melempar gelas tepat di pipi Luki. Gelas itu pecah saat menyentuh pipi pemuda tampan itu, jatuh berhamburan. Darah segar mengalir dari pipi mulus nan indah pangeran Kerajaan timah. Luki jatuh terduduk, terdiam cukup lama. Tidak ada tanda belas kasihan dari gadis itu, malahan tatapan benci terus-menerus menusuk diri pangeran tampan itu.

Seluruh tamu undangan di pesta itu terkesiap. Lily segera berlari sambil mengangkat gaunnya, menuju lokasi pertempuran. Ia terperagah melihat pertempuran bertumpah darah (Oke ini berlebihan) yang membuat pelayan dan juru masak yang berjaga di sana ketakutan akan keganasan sang putri. Sedangkan si mempelai pria, Kiyoteru hanya membuka mulutnya lebar-lebar, melihat aula Kerajaannya hancur berantakan.

"Ya Tuhan, Pangeran, apa anda tidak apa-apa?" semua langsung mengerubuni Luki. Luki hanya terdiam, tidak menerima uluran tangan banyak orang. Perlahan, senyuman terukir di bibirnya. Kepalanya mendongak, menatap Gakuko tajam-tajam. Tangan kirinya menghapus sisa darah dari pipinya.

Luki bangkit berdiri, menghampiri Gakuko yang memandangnya penuh benci lekat-lekat. "Gakuko Kamui," ucapnya di tengah keheningan para tamu.

Gakuko tidak menjawab. Garis bibirnya kaku ke bawah, alis matanya turun dan matanya meruncing seperti rubah. Luki mengusap pipinya yang masih mengeluarkan darah dengan jari telunjuknya, lalu mengoleskan darah segar itu di bibir Gakuko.

"Itulah pernyataan perangku," ucapnya berbisik, sehingga tidak dapat didengar orang lain. Gakuko memandang mata pemuda itu dengan sedikit keheranan memutari kepalanya. Bibir Luki tertarik membentuk senyuman. Senyuman licik.

Semua terperagah. Luki menarik Gakuko ke dadanya, dan menempelkan bibirnya dengan bibir Gakuko. Para putri pejabat dan Kerajaan, gadis-gadis rakyat jelata terkesiap dan merutuki dirinya dengan kesal.

Mata Gakuko tidak bisa terpejam. Luki yang menciumi dirinya dengan mesra tampak menikmati bibir mungilnya yang sibuk dilumatkan. Isi kepalanya berputar. Antara bingung, kesal, marah, malu dan ketakutan menghantuinya. Ia tidak cukup kuat untuk meronta, karena genggaman tangan Luki yang kuat dan tubuhnya yang lemas. Untung Luki memeluk dirinya, kalau tidak ia sudah jatuh terduduk. Tapi bukan itu intinya! Ketakutan menyelimuti dirinya saat melihat Meito Sakine, pangeran Kerajaan penghasil bahan tambang ikut menonton dirinya dipermalukan seperti itu.

Sungguh, segarang apapun dirinya, ia tetap seorang gadis. Ia tidak bisa menjaga kehormatannya di depan para pejabat, para menteri, para Raja, dan rakyatnya. Lagipula, itu ciuman pertamanya. Ia ingin berciuman dengan orang yang ia cintai, bukan pemaksaan seperti ini!

Mata Gakuko berputar. Dia mencari senjata untuk menimpuk pemuda kurang ajar ini. Dengan sangat perlahan, ia mengangkat kaki kanannya, dan melepas sandal hak-nya. Ia yakin, wedges yang ia pakai bisa digunakan untuk menimpuk anjing sampai mati. Begitu tangannya terangkat ke atas untuk siap-siap memukul kepala pemuda itu, Luki membuka matanya, dan melepaskan ciuman yang lama itu. Dengan penampilan kacau seperti itu, rambut berantakan, rok robek, napas terengah-engah, wajah memerah karena kehabisan napas, wedges di sebelah tangannya, sangat seperti perempuan habis diperkosa.

Luki tersenyum senang. Dia berhasil membalas Gakuko dengan cara tidak hormat. Gakuko langsung melempar sepatu wedgesnya mengenai kepala Luki dengan cepat dan tepat. Gakuko bersyukur saat usianya 14 tahun ia tidak menolak diajarkan lempar lembing dan lempar cakram oleh Kiyoteru.

Ia langsung mendorong Luki sampai jatuh, dan mengangkat kerahnya. "Kurang ajar sekali kamu padaku, pangeran. Kamu telah menodai harga diriku, dan juga harga dirimu. Kamu tidak tahu akibat dari perlakuan tidak hormatmu itu?" ucap Gakuko mengancam.

Luki tersenyum licik.

"Tentu aku tahu. Aku telah memperhitungkan semuanya, terutama akibat yang aku lakukan tadi."

Luki mengangkat kepalanya dan kembali mengecup Gakuko. Mata Gakuko membulat. Tapi ciuman itu tidak lama seperti sebelumnya, hanya beberapa detik namun cukup membuat bibir Gakuko memerah dan menjadi pusat tontonan hiburan menarik.

"Siap-siap saja, aku pasti akan menikahimu."

Gakuko kaku. Dengan senyuman puas, Luki berdiri dan meninggalkan pesta pernikahan itu dengan gembira.

"Sampai jumpa lagi, putri. Terima kasih undangannya," dengan sombongnya Luki memunggungi mereka dan melambaikan tangan.

Mata Gakuko memutih. Ia capek, sakit kepala menyerang dirinya.


Memori itu. Saat ia sedang menikmati permainan piano, dengan sang Ratu duduk di sebelahnya dan berduet dengan anak kecil itu.

Namun ingatan itu segera menghilang, saat pemuda mengancamnya dan menarik ibunya sejauh yang ia bisa.

Sosok anak kecil itu, menangis kencang dan mengejar sosok itu dengan sekuat tenaga. Namun sosok ibunya menghilang, menampilkan pemuda jahat itu yang tersenyum licik.

Gakuko terbangun. Mimpi buruk yang tidak pernah ia saksikan. Napasnya terengah-engah, tubuhnya berkeringat. Mimpi…

"Kakak!"

"Nona Lily tidak ada di sini, Nona. Dia kan sekarang tinggal bersama suaminya," terang pelayan. Benar, Gakuko lupa. Sudahlah.

"Dan Nona, anda ditunggu oleh Paduka Raja di ruangannya," kata pelayan itu lagi.

"Kenapa? Tumben pagi-pagi."

"Tuan ingin bicarakan soal pernikahan Nona Lily kemarin."

Gakuko menelan ludah. Ayahanda sudah tahu soal itu. Dengan terburu-buru Gakuko mengganti pakaian tidurnya, dan berlari sepanjang lorong menuju ruangan Raja.

"Ayah!" Gakuko mendobrak pintu besar dengan kasar. Mata gadis itu membulat mendapati tamu yang sedang bicara dengan ayahnya terhenti dan menatap dirinya. "Ma-maaf," kata gadis itu takut diomeli.

"Tidak apa, kami memang ingin bicara padamu," suara berat khas tuan Kamui terdengar dingin untuk mengundang putrinya masuk. Dengan perlahan Gakuko masuk, dan menutup pintu besar itu.

"Gakuko," Ayahanda Gakuko membuka pembicaraan. "Kami sedang mendiskusikan pernikahanmu dengan pangeran Megurine."

Mata Gakuko membulat. Megurine itu… pangeran Kerajaan timah itu!?

"Ayah? Ayah tidak serius, kan? Pangeran Megurine itu… si… si… kurang ajar itu, kan?" ucap Gakuko gemetar.

"Apa yang anakku perbuat kemarin malam memang tidak sopan, Nona Kamui. Tolong maafkan dia," pria berambut merah jambu ini menunduk hormat kepada Gakuko.

Jadi ini ayahnya? Sungguh bertolak belakang dengan anaknya.

"Tidak tidak, malahan anakku tidak sopan padanya. Tolong maafkan dia, saudaraku," kata Ayahanda berusaha meluruskan keadaan.

"Aku…" Gakuko tidak tahu ingin bicara apa lagi. "Apa yang dia katakan pada anda, tuan?"

"Dia bilang, bahwa dia telah melakukan tidak seonoh pada Nona, sehingga dia akan bertanggung jawab," ucap tuan Megurine.

"Apa yang ia katakan dengan maksud kurang ajar itu?" kata Gakuko buru-buru ingin mendengar jawabannya.

"Err…"

"Cepat katakan padaku, Tuan!" kata Gakuko memaksa.

"Gakuko!"'

"Luki mengatakan bahwa ia mencium Nona dengan paksa."

"Aha! Hanya dengan mencium saja, ia berniat mempersuntingku!?" kata Gakuko menjentikkan jarinya. Suasana sunyi. Kedua orang tua itu menatapnya dengan syok dan dingin. Lho, memangnya kenapa dengan mencium saja?

"Jangan katakan mencium saja, Gakuko Kamui! Itu tindakan tidak terpuji! Sebagai pangeran dan putri suatu Kerajaan, seseorang wajib menerima tuaiannya!" bentak Ayahanda Kamui.

"Ya, biar semua orang beranggap bahwa kalian bertunangan, sehingga ciuman di tempat umum akan menjadi biasa bagi rakyat," jelas Tuan Megurine.

"Dan jangan harap kamu bebas melarikan diri atau hal-hal bodoh seperti itu. Jangan lupa bahwa Ayah akan menambah kemarahan ayah sebentar lagi karena kamu telah menghancurkan pernikahan kakakmu kemarin."

Gakuko syok. Sungguh, pikirannya kosong, tidak dapat berpikir lagi.


Gakuko tengah mengendap-endap dengan selendang menutupi kepalanya, pundaknya, dan seanjang tangannya. Baiklah, kita jelaskan kembali lokasi yang sedang ditempati putri Raja yang tengah kesal ini. Gakuko Kamui sedang berada di tengah hiruk piruk kota Kerajaan Megurine, ingin menangkap pelaku yang membuatnya terpaksa menikahi pemuda tampan (#ngek) dalam waktu beberapa bulan lagi.

Gadis itu tersentak melihat Megurine Luki turun dari kereta kuda. Buru-buru gadis itu berbalik dan berharap agar Luki tidak melihat dirinya.

Seseorang menepuk bahu kirinya. Gadis itu bergidik, dan dengan perlahan tubuhnya berputar.

"Gadis cantik, apa kamu sendirian?" tampak seorang pemuda tersenyum menegurnya.

"Ah, aku, iya," ucap Gakuko lega bukan Luki yang menyapanya.

"Kamu mau di ramal peruntungannya?" ucap laki-laki itu. Gakuko mengangguk. Lebih baik ia menghilang dari sana daripada ketakutan setengah mati takut terlihat oleh Luki.

Gakuko mengikuti pemuda itu. Laki-laki itu bicara selagi berjalan. "Tanganmu indah. Pasti tidak pernah mencuci, ya?"

"Bagaimana anda tahu? Walaupun begitu, aku sangat ahli dalam bela diri dan olahraga berat lho," kata Gakuko tersenyum.

"Hmm, jarimu lentik. Apa kamu bermain piano, atau suka mengetik?"

"Aku suka bermain piano," ucap gadis itu lagi. Tiba-tiba terbesit memori dalam benak Gakuko. Ia memegangi kepalanya, sakit… kenapa waktu itu? Aah, teringat tentang sang Ibu. Apa yang ia lakukan sehingga…? "Aku…" langkah pemuda itu berhenti. Tampak Gakuko menangis dengan tangan menutup matanya. napasnya tersenggal-senggal, antara ketakutan dan kecemasan.

"Kenapa kamu menangis?" kata si pemuda ia berbalik dan menghampiri Gakuko. Tangannya mengusap dahi gadis itu.

"Aku…"

Sepasang kaki melayang mengenai kepala si pemuda. Gakuko terkesiap, melihat sesosok pemuda dengan wajah garangnya melotot bergantian ke arah Gakuko dan pemuda itu.

"Heh, pemuda brengsek!" Luki menarik kerah pemuda itu. Matanya berkilat, seperti ingin menelan si pemuda bulat-bulat.

"He-hei, jangan berbuat-"

"Aku tidak mengapa-apakan gadis ini kok," belas pemuda itu.

"Apa yang kamu lakukan padanya, hah!?"

"Jangan salah paham dulu, aku adalah ahli kecantikan di negeri ini. Jangan-jangan Pangeran tidak mengenal saya?" ucap pemuda itu nyengir. Luki menurunkan tangannya yang ingin memukul pemuda itu, dan terdiam cukup lama.

Suasana hening. Keheningan yang aneh. Gakuko bingung mau berbuat apa.

"Maafkan saya, Tuan. Saya ingin mengasah kecantikan nona ini, sehingga saya menariknya tanpa mengetahui hubungan Tuan dengannya," ucap pemuda itu menunduk hormat pada Luki.

Luki tidak menjawab, melainkan menatap lurus dan panas kepada pemuda itu. Rasanya ia masihi tidka mau memaafkan kesalahpahaman yang terjadi. Pemuda itu menyerahkan kartu nama pada Gakuko, dan berjalan pergi.

Suasana kembali hening.

"Nah, apa yang kamu lakukan, Pangeran Luki? Membuntutiku?" ucap Gakuko bertolak pinggang. "Tidak cukup apa mempermalukanku di depan umum, sekarang menjadi seorang stalker?"

"Tidak kok, jangan terlalu percaya diri," balas Luki tersenyum licik, sesekali mendengus.

"Tidak puas apa memaksaku menikah? Hah?" kata gadis bermata tajam itu mendelik.

"Kamu sudah mendengarnya," kata Luki berkata dengan angkuh.

"Bagaimana aku tidak tahu!? Jika akulah calon mempelai wanitanya itu!?" kata Gakuko nyaris menjerit.

"Aku…" Luki menahan perkataannya. Ia menggigit bagian bawah bibirnya dan berwajah kaku.

Gadis itu, Gakuko, memiringkan kepalanya, bingung sekaligus menunggu jawaban dari Luki.

"Ah, enggak jadi!" kata Luki balik badan.

"Eh, pangeran kurang ajar! Tunggu! Aku buta arah!" kata Gakuko mengejar sosok Luki. Namun Luki menghempaskan tangannya dan menatap Gakuko dengan dingin.

"Hentikan," kata Luki. Matanya sangat tajam, sungguh indah. Tapi ada rasa kesedihan dan kesepian di dalam mata itu. Gakuko cepat-cepat menggelengkan kepalanya, dan kembali marah-marah.

"APA!? DASAR TIDAK TAHU DIRI! SUNGGUH MENYEBALKAN!" teriak Gakuko mencari senjata.

Diam-diam, sesosok pemuda memperhatikan mereka.


TO BE CONTINUED


SaeSite


Sae: ini untuk event Minor Chara Paradise mou! Para admin silakan komen! Silakan kritik jika ada typo dan yang lainnya XD

Jangan lupa RnRnya!