"Woiii...Ron! Cepetan dong mandinya! Lama banget sih!" jerit cowok berambut merah yang sudah menunggu di depan kamar mandi dengan handuk tergantung di lehernya. Cowok yang dipanggil 'Ron' itu tetap cuek sambil asyik berendam di bathub yang berisi air hangat.
"Suka-suka gue dong... Lagian kenapa sih lo ngebet banget mandi di kamar mandi gue?"
"Kamar mandi gue lagi dipake sama adek gue Ron..."
"Salah sendiri bangun kesiangan" kata Ron, tetap tak peduli dengan nasib kakaknya sendiri. Ia menenggelamkan kepalanya sendiri ke dalam air. Matanya terpejam menikmati kehangatan air yang merayapi wajahnya yang bolong-bolong karena jerawatan. Kakaknya hanya pasrah melihat kelakuan adik yang sebenarnya lumayan nyebelin tapi juga disayanginya itu. Ia mencoba satu trik lagi.
"Ron, please...gue ada meeting pagi ini"
"Alah...nggak usah pake trik itu lagi, deh! Toh kalaupun ada meeting pun, klien Kakak bisa nunggu. Kakak kan bosnya" sahut Ron yang suaranya sedikit terhalang dengan suara shower yang dipakainya.
"Awas lo ya! Entar nggak gue kasih diskon di Zonko loh!"
"Diskon apaan...harusnya tuh sama sodara sendiri itu GRATIS, bukan diskon. Pelit amat sih jadi kakak!"
"Week, biarin! Tokonya kan punya gue, jadi terserah gue dong!"
"Punya lo? Plis deeh...lo kan mbuatnya bareng George! Dasar sok ngaku-ngaku!"
Red-Haired Millionaire
A Harry Potter Fanfict
Disclaimer: all characters owned by J.K. Rowling
Warning: OOC, rated T, friendship/romance/action, AU, gaje, alay, typo, abal, etc. got any comments/critic/suggestion? just press 'review' button & write it down! I will reply it asap :)
A/N: this is my first fic on HPI. Enjoy!
Chapter 1
Bad Boy
Ron Weasley menatap sekolah yang ada di depan matanya. Sekolah itu sangat besar dan luas, dengan fasilitas superlengkap. Umumnya sekolah itu hanya bisa dihuni oleh anak-anak borju yang ada di lingkungan Jakarta, karena biaya SPPnya yang selangit. Selain itu sekolah tadi menerapkan sistem pendidikan yang setingkat dengan luar negeri, jadi banyak juga anak-anak ekspatriat yang sekolah disini.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat mobil-mobil mewah setingkat Alphard atau Ferarri hilir-mudik memasuki lapangan parkir sekolah yang mirip parkir mall saking luasnya. Ron jadi bingung saat ia hendak memarkirkan motor Ninja-nya. Sejauh mata memandang, hanya ada mobil-mobil mengkilap yang diparkir disitu. Setelah berputar-butar, akhirnya ia menemukan parkir motor di pojok, dekat pintu keluar. Itupun hampir semua jenis motornya sekelas Harley. Tanpa buang waktu, Ron segera melaju kesana dan memarkirkan motornya.
Saat ia masuk, ia semakin tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun semua muridnya pakai seragam, tapi mereka lebih mirip seperti cewek-cewek yang lagi hangout ke mall. Tasnya, jaketnya, sepatunya...semua bermerek. Cowok-cowoknya juga tak kalah 'wah'nya dengan cewek. Kayaknya sekolah di Singapura pindah sini deh, batin Ron kagum. Berbeda sekali dengan jaket kulit hitam yang dikenakannya jadi lusuh karena berkibar-kibar ditiup angin saat perjalanan kemari. Sepatunya hanya Converse hitam yang warnanya sudah memudar. Ranselnya cuma Black ID hitam yang sudah bernoda disana-sini. Satu-satunya aksesori yang dikenakannya hanya dog-tag yang dikeluarkan dari seragamnya dan jam tangan Swatch hitam.
Ia seperti ayam kampung yang kesasar ke kandang ayam kalkun.
Tapi Ron tetap tak peduli. Dengan santai ia berjalan melewati lorong-lorong yang dipenuhi anak-anak artis atau pejabat pemerintah, sambil mencari kelas yang akan dihadirinya. Aha, itu dia. Kelas Chemical ada di kiri jalan. Ron segera masuk ke dalam, tapi langkahnya terhenti setelah ia membuka pintu kelas itu. Sial, gurunya udah dateng!
"Well, well, look what we have here" kata guru tadi dengan sinis. "You're fresmen, rite?"
Ron hanya bisa mengangguk. Guru tadi melanjutkan,
"Well, you should introduce yourself in front of your friends in TWO MINUTES. After that, you can enjoy your seat" kata guru itu yang hampir seperti memaksa daripada meminta. Rambut hitam sebahunya membuat Ron muak. Dengan kaku-kaku, Ron maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri seadanya.
"Morning. My name's Ronald Bilius W. I live in Pondok Kelapa, Jakarta. I was in 70 High School Jakarta. Nice to meet y'all"
Suasana yang awalnya ribut mendadak jadi hening. Anak-anak itu memperhatikan Ron dari ujung rambut sampai ujung kaki, mencari label-label bermerek yang tersembunyi di balik jaketnya atau sepatunya. Tapi tidak ada yang istimewa dari cowok berambut merah berantakan yang ada di depan matanya. Alias, total nobodies. Semuanya kembali ke kesibukannya masing-masing, tidak peduli dengan Ron lagi. Ron juga tidak peduli dengan mereka. Ia segera berjalan mencari tempat duduk. Sayangnya, tidak ada yang mau duduk dengan seseorang yang dianggapnya 'tidak level' itu.
"What are you waiting for, Mr. Bilius? Go and find your seat!" bentak guru itu tadi, lengkap dengan pelototan dari mata onyx-nya. Aura hitam gelap sekonyong-konyong keluar dari tubuhnya. Ron hampir saja mau menjawab kalau tidak disela dengan seorang cowok berkacamata yang duduk di pojok sendiri sambil menunjuk-nunjukkan kursi kosong di sebelahnya.
"Ron! Here, here!"
Ron segera berjalan ke arah cowok tadi. Bodoh amat siapa orangnya, yang penting gue bisa dapet tempat duduk dan nggak diomelin sama guru sialan tadi, batin Ron sambil menjatuhkan pantatnya ke kursi tadi. Ia sama sekali tak peduli saat cowok berkacamata tadi tersenyum ke arahnya dan mengulurkan tangannya.
"Hai. Kenalin, nama gue Harry"
"Ron" Ron menyalami cowok itu dengan sedikit rasa sungkan. Ia menatap wajah cowok tadi dengan teliti. Rambutnya yang hitam berantakan dan mata emerald-nya rasanya familiar. Tubuh kekarnya sangat kontras dengan kacamata buat yang dipakainya. Rasanya...ia pernah melihat cowok itu di TV. Siapa ya? Ron berusaha mengingat-ingat. Tiba-tiba sebuah bayangan terlintas di otaknya. Cowok yang wajah yang sama sedang mengenakan kaos sepakbola timnas.
"Lo...kan...Harry Potter, pemain timnas terkenal itu!"
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Harry kebingungan.
"Eh...enggak kok, cuma...cuma ngefans aja. Hehehe" Ron jadi salah tingkah sendiri. Ia tak menyangka bisa sekelas dengan pemain timnas idolanya sejak usianya masih sepuluh tahun, bahkan sebangku! Ron nyaris tak bisa menahan keinginannya agar tidak memeluk cowok berkacamata satu ini. Nanti pasaran turun dong kalo dia ketahuan hombreng alias homo, hehe.
"Waah...makasih banyak ya! Seneng deh ketemu fans sendiri, hehe"
"Ya iyalah, siapa sih yang nggak nge-fans sama lo? Kemampuan lo di lapangan itu hebat banget, tau nggak! Gue aja main sepak bola bertahun-tahun tapi belom bisa sejago lo"
"Haha, bisa aja lo. Ya semua cowok juga pasti main sepak bola dari kecil kalee...cuma gue milih buat jadi profesional" terang Harry ramah dan rendah hati. Ron jadi semakin tidak habis pikir, mengapa cowok yang seharusnya bergaul bersama orang-orang kaya yang lain memilih untuk berteman dengan dirinya?
"Mr. Potter! Mr. Bilius! Harap tenang!" teriak guru itu. Ron jadi mengekeret di bangkunya, takut dimarahi lagi. Anehnya, Harry santai-santai saja, malah ia menertawakan kelakuan Ron barusan.
"Biasa aja deh Ron...dia emang suka kayak gitu"
"Dia? Mukanya aja udah horor...apalagi kalau lagi marah. Hii...kayak udah mau nelen orang aja" kata Ron sambil bergidik ngeri, kalau mengingat aura hitam kelam itu seperti akan menerkamnya hidup-hidup. Harry jadi tertawa lagi."Emangnya siapa sih dia?"
"Severus Snape, guru tersadis yang pernah ada di dunia ini. Ngajar Kimia. Jangan harap bisa dapet nilai bagus dari dia...orang yang pinter aja dimarahin kok, apalagi yang goblok. Yaa kayak gue ini, hehehe" jelas Harry sambil cengar-cengir. "Anak-anak suka ngejek dia. Selain kejam, rambutnya itu loh, lepek banget, kayak nggak pernah keramas bertahun-tahun. Atau nggak punya stok shampo anti-berminyak, kali"
Mau tak mau Ron jadi tertawa mendengarnya, tapi ditahannya karena takut diomelin Snape lagi. Harry melanjutkan,
"Trus juga ada Horace Slughorn, guru matematika. Ya ampuun...mending mati aja deh, daripada ikut pelajarannya dia. Sumpah narsis banget! Pernah pas waktu itu dia mbawa foto-fotonya pas lagi bareng artis jadul. Dia juga sering party gitu...ngundang murid-murid cewek yang cantik-cantik. Gila banget kan! Dasar tua-tua kelabing! Ceweknya sih mau-mau aja, habis dia bilang dia bisa mendongkrak nilai cewek-cewek itu" seru Harry bersemangat. Ron memperhatikan dengan seksama. Apa sih yang membuat cowok ini mau berteman dengan gue?
.
TEET TEEEEET
Suara bel itu membuyarkan lamunan Ron. Cowok berkacamata itu bangkit dari tempat duduknya dan mengambil beberapa lembar uang yang ada di ranselnya "Gue mau ke kantin. Lo mau ikut nggak?"
"Eh? Oh iya, gue ikut kok" Ron jadi ikut berdiri dan berjalan menyusul Harry. Saat mereka hampir mencapai pintu, terdengar suara cewek dari belakang mereka.
"Harry! Harry! Wait!"
Harry dan Ron ikut menoleh ke asal suara dan melihat seorang cewek yang memakai cardigan abu-abu melambai-lambaikan tangannya. Rambut brunette ikalnya bergoyang-goyang mengikuti langkah larinya. Tangan yang satunya lagi menggandeng seorang cowok tampan yang berseragam rapi. Ia tergopoh-gopoh mengikuti gadis yang menyeret tangannya, membuat blazer hitam yang dikenakannya jadi sedikit berantakan.
"Harry~~ tungguin aku dong" kata cewek tadi dengan manja sambil memeluk tubuh kekar Harry. Harry hanya bisa cengar-cengir saat merasakan cewek cantik itu sudah ada di pelukannya. Tiba-tiba pandangan cewek bermata hazel itu tertumbuk ke seorang cowok berambut merah messy yang ada di sampingnya.
"Ah-nyway, Harry, siapa cowok gembel yang ada di sampingmu?" tanya cewek tadi dengan tanpa perasaan bersalah sambil melepas pelukannya. Harry yang semula senang dengan kedatangan cewek itu menjadi geram. Ia telah berteman dengan cewek itu selama bertahun-tahun, tapi sifatnya yang sombong dan suka merendahkan orang lain itu tetap tak kunjung hilang.
"Jaga mulut lo, Hermoine Jane Granger! Ini adalah TEMEN GUE, dan lo nggak berhak menghina temen gue!" bentak Harry. Cewek yang dipanggil Hermione itu terkejut, tak menyangka kalau teman dekatnya sendiri berani membentaknya. Di depan umum, lagi. Ron yang tahu kalau dirinya dibela oleh teman barunya hanya diam saja, tak mau memperkeruh keadaan. Cepat-cepat Hermione menyusun kata-kata pembalasan.
"Asal lo tahu ya, gue ini bertanya ke cowok ini! Bukan lo! Jadi jangan ikut campur masalah gue dengan cowok ini!" Hermione kemudian melayangkan pandangannya ke Ron. "So, tell me...who are you? And how do you get into here?" tanya Hermione dengan nada melecehkan. Hermione tahu persis, cowok miskin macam dia takkan mungkin berada di sekolah elit macam Hogwarts High School.
Ron menatap cewek bermata hazel yang ada di depannya dengan perasaan benci. Penampilannya yang tinggi semampai dan langsing takkan mampu merubah perasaan Ron terhadap cewek sialan yang bernama Hermione itu. Mau putih kek, cantik kek, langsing kek, kalau sombong nggak bakal guna! batin Ron kesal. Belum tahu dia siapa gue sebenarnya...lihat saja nanti!
Cowok berambut merah itu mengulurkan tangannya ke arah Hermione. Seringai lebar tersungging di bibirnya.
"Nama gue Ron, Ronald Bilius Weasley. Salam kenal"
.
.
.
.
.
A/N: halo semua~ aku adalah author baru yang mencoba keberuntungan di fic HPI ini :D salam kenal :D
Oke, kembali ke Author Notes. Maaf banget buat semua fans HP kalo hampir semua tokohnya jadi OOC disini...huhu...I can't help it T_T. Ron jadi kubuat lebih cool karena kadang-kadang di beberapa film atau bukunya HP itu Ron bisa jadi dingin (pas dia lagi jeles atau kelaperan). Trus tentang Harry...well...aku mau nulis dia itu pemain Quidditch, tapi pasti nggak bakalan nyambung, jadi aku buat dia jadi anggota timnas aja ;) toh kebanyakan anggota timnas taun ini terkenal kok, kayak Gonzales ato Irfan Bachdim ^^. Terakhir...pasti banyak yang protes ya, kenapa Hermione aku buat judes gitu? Hehehe...gomen ya . abis di buku pertama HP Hermione kan asalnya sombong karena nggak ada yang bisa menyamai kepinterannya, wkwk.
Review? Komen? Kritik? Saran? Semua diterima disini XD
