Yooo!^o^ Rin dateng mbawa fic multichap baruu! *padahal yang lain belum kelar* pada banyak yang minta sequel 'A Promise' yaudah… ini aja gak papa, ya? 8D palingan cuma 2 sampe 4 chappie. Yang udah review yang kemaren makasih banyak yaaa! . mind to review again? :3
Just enjoy! :D
Single Parents © Uchiharuno Rin
Naruto © Masashi Kishimoto-ojisama
Genre: Family/Hurt/Comfort
Rate: T
Warning: OOC, semi-Canon, abal, gaje, gak nyambung, dll…
.
.
.
Summary: Nasib kehidupan seorang Uchiha Sasuke yang menjadi orangtua tunggal. Ia harus mengurus dan mendidik putra semata wayangnya tanpa Sakura... bagaimanakah kisahnya? Chek disini, ;P! \Sequel for 'A Promise'/ Mind to rnr? :D don't like? Just don't read it…
"Teme…" panggil Naruto lirih pada Sasuke.
"Hn?" respon yang bersangkutan, tanpa menolehkan kepala. Mata onyx-nya tetap menatap datar sebuah batu nisan yang berdiri tegak di depannya.
Ekspresi Sasuke terkesan datar dan tenang. Tapi Naruto tahu, dibalik ekspresinya itu, pasti ada sejuta penyesalan yang terpendam.
Pemuda berambut kuning itu menepuk bahu sahabatnya. "Tidak usah menjaga image! Aku tahu kau sangat menyesal, kan? Kau menyedihkan, teme! Sungguh menyedihkan!" sindirnya dengan nada yang menusuk.
Sasuke hanya mendengus sebal dan melenggang pergi meninggalkan sahabatnya itu. Naruto hanya terkekeh pelan sambil merogoh saku celananya.
"Teme… kau berhutang nyawa padanya!" lanjutnya lagi dengan nada canggung.
"Oh…" balas sang tuan Uchiha datar.
Naruto hanya menatap sendu punggung sahabatnya yang lama-kelamaan menghilang dari kejauhan. Diam-diam ia membatin, 'Baka teme... kenapa sih dia tidak pernah jujur? Apakah si teme bisa mengurus anaknya sendiri? Teme... kau egois!'
xXx
Lima tahun sudah Sasuke menjalankan kehidupannya tanpa Sakura. Sendiri. Err… ralat, dengan putranya yang tak kalah stoic. Dai ichi. Anak laki-laki berambut hitam mencuat kebiruan dengan mata hijau bening.
Tunggu. Dai ichi artinya pertama. Entah karena tersambar petir atau apa, Sasuke menamai putranya dengan nama 'Uchiha Dai ichi'. Jika bersama sang ayah, bocah itu tidak perlu menjaga image-nya.
Fisik bocah itu sama persis dengan ayahnya. Hanya saja, pipinya itu ranum, sedangkan Sasuke mempunyai pipi yang agak tirus. Juga mata mereka.
Di luar rumah, Sasuke memang terlihat stoic dan menampangkan eksperi datar. Tapi di dalam rumah, terlebih di kamarnya, ia selalu menampangkan wajah bersalah dan ekspresi kepedihan. Sering ia menangis tanpa suara di kamarnya.
xXx
"Tou-san…" panggil Dai ichi pelan sambil melipat tangannya di depan dada.
Sasuke menatap balik putranya dengan malas. "Hn?" responnya dengan kepala yang masih tertunduk di atas meja makan. Dai ichi mengucurutkan bibir mungilnya ke depan.
"Teman-temanku bilang, tidak punya ibu berarti anak haram… ja-jadi aku?"
Sasuke membelalakan matanya heran. "Siapa? Siapa yang bilang begitu? Apa alasannya? Apa hubungannya dengan tidak memiliki ibu dan anak haram?" tanya Sasuke bertubi-tubi.
Dai ichi menelan ludahnya gugup dan melanjutkan kata-katanya. "Ka-karena mereka bilang… tou-san yang membuat kaa-san meninggal…"
'DEG'
Sasuke menatap sendu mata putranya. Ia menyeringai pedih sambil menggeser duduknya. "Hn… kau tahu? Dulu, tou-san itu missing-nin… Konoha hampir hancur gara-gara ulah tou-san. Kaa-san meninggal memang gara-gara tou-san yang selalu menyia-nyiakan kasih sayangnya!"
Sasuke menundukkan kepalanya kembali di atas meja. "Tou-san… aku tidak mengerti apa-apa tentang dirimu dan juga masa lalu… aku tidak peduli walaupun orang lain bilang kalau tou-san iblis penghancur. Bagiku, kau orang terhebat sedunia!" hibur bocah berusia lima tahun itu sambil memeluk pinggang ayahnya dari belakang.
Diam-diam, sang ayah hanya tersenyum simpul. "Hn… arigatou. Kau memang anak baik." ucap Sasuke pelan. Sangat pelan, bahkan hampir tidak bisa didengar oleh Dai ichi.
Sasuke masih tetap menundukkan kepalanya diatas meja, sementara Dai ichi sudah lama tertidur dengan pulas di samping ayahnya. Mata onyx Sasuke menatap kosong seisi dapur.
Bayangan Sakura masih terngiang-ngiang di otaknya. 'Baka! Kalau saja dari awal kau memilih untuk bersama Naruto, kau pasti tidak akan pernah menderita! Kau benar-benar bodoh, Sakura!' batin Sasuke pedih sambil mengepalkan tangannya.
Perlahan tapi pasti, Sasuke mengeluarkan air matanya. Hanya saja, suara sesenggukannya tidak terdengar. Bibirnya terasa kelu. Ingin rasanya ia memeluk Sakura, sekali saja. Jika diberi waktu satu detik, mungkin ia akan mencium bibir Sakura sekilas.
Tapi, mungkin ada beberapa hal yang membuat Sasuke tetap semangat untuk hidup. Pertama, karena putranya. Mungkin tanpa kehadiran Dai ichi, Sasuke akan nekat bunuh diri.
Kemudian Sasuke menatap wajah tidur putranya yang polos. Seulas senyum terpeta di wajah tampannya. Dengan perlahan, pria berusia 22 tahun itu melangkahkan kakinya ke kamar untuk mengambil selembar selimut, dan menyelimuti tubuh mungil putranya. Tak lupa dengan satu kecupan hangat ia landaskan di kening Dai ichi.
Tak terasa, ia sudah berada di alam mimpi. Tertidur di atas meja makan. Itulah keadaan Sasuke saat ini. Dengan lengan kekarnya yang masih memegangi kepala Dai ichi. "Baka Sakura..." igaunya pelan sambil meneteskan setitik air mata yang merembes keluar dari kelopak matanya.
Kali ini, Sasuke bertekad dalam hatinya. Ia akan mendidik putranya dengan sungguh-sungguh, dan tidak akan pernah mengajarinya untuk menjadi seorang pengkhianat. Ia masih berpegang teguh pada 'janji terakhirnya' pada Sakura.
"Sa-Sasuke-kun..."
:::Tsudzuku:::
Gomen pendek, minna… 8D chappie depan bakal dipanjangin kok… ^,^ mau tanya… jawab yaa? :3
[1] Ini fic mau sampai chap berapa? Pilih dari 2 sampe 5 yah minna… :D
[2] Bagusna happy ending ato sad ending?
[3] Mau update tiap 1 minggu sekali atau tiap 2 minggu sekali?
Nah… segitu dulu, minna-sama… ;P tolong bangettt… review, yah? Yah? Yah? :33
Salam hangat, minna-sama…^^ jangan lupa klik di bawah ini…
