The Heirs: Children of the Light
Disclaimer: It's belong to JRR Tolkien. I just own the plot and OC. Tidak ada keuntungan apapun yang saya dapat dari pembuatan cerita ini kecuali 'have fun'. Segala bentuk penistaan karakter harap dimaafkan.
Genre: Family and Hurt/Comfort
Rating: Sekitar T
Warning: deskripsi membosankan, alur tidak jelas, OOC, OC, MPREG, Man x man (kalo nggak bisa dibilang man x elf), penulis tidak bertanggung jawab atas kerusuhan dan ketidak jelasan fic ini dan apapun yang ditimbulkannya. Jika dalam warning ada pantangan anda, harap mundur teratur sebelum menimbulkan damage yang lebih serius. #apadah
Summary: Aragorn akhirnya memberanikan diri mengunjungi Mirkwood, atau Greenwood sekarang. Tapi yang ditemuinya ternyata bukan Elvenking Thranduil, tapi Elvenking Legolas? dan ternyata Legolas sudah memiliki anak? Kembar pula….!
"Italic + Bold" = bahasa Sindarin
"Italic"= bahasa Westron/inggris
"Italic + Underline" = bahasa Sindarin yang ditulis Westron (karena Eve nggak tau bahasa Sindarinnya apa #dziggjderr)
[Bold] = arti dari sekian banyak bahasa aneh. #plaak
*katakatakataka*= pikiran/curcolan/celotehan gak penting dari Eve
Ch 1: Please, don't tell Nana…
Elessar Telcontar yang baru sekitar delapan tahun menjadi raja Gondor, mengunjungi Mirkwood Realm. Dan ini hari ke tujuh ia ada di perjalanan, dalam beberapa saat ia akan melihat kembali realm kediaman seseorang yang telah lama memiliki hatinya. Sebenarnya hatinya dipenuhi rasa takut akan apa yang mungkin nanti ditemuinya. Sejujurnya ia belum siap menghadapinya, tapi atas desakan ayah angkatnya, Lord Elrond, akhirnya ia berangkat juga. Masih terngiang di telinganya ucapan ayahnya.
"Aragorn, sempatkanlah pergi ke Mirkwood. Sudah Sembilan tahun sejak terakhir kali aku melihat Legolas. Sejak saat itu tidak ada berita sama sekali dari Mirkwood. Dan aku sama sekali tidak memperoleh penglihatan tentang kerajaan itu. Aku khawatir sesuatu mungkin saja terjadi. Mengingat keadaannya begitu buruk saat itu, dan Thranduil bahkan tidak mengizinkan aku menyentuh, apalagi mengobatinya."
.
Aragorn menarik pikirannya dari lamunan dan memperlambat kudanya, diikuti keenam pengawalnya. Telinga tajamnya mendengar suara dentingan logam beradu. Bau Orc berasal dari jalanan di depannya. Sepertinya Elf penjaga border bermasalah dengan Orc eh? Tapi ini kan masih dua league dari border? Apa ingatannya menipunya?
"Orcs. Come, maybe they need a little help." Kata Aragorn pada enam pengawalnya. [Orcs. Ayo, mungkin mereka membutuhkan sedikit bantuan.]
Tapi bukan 'mereka' yang dijumpai Aragorn. Shock melanda Raja Gondor itu saat yang dilihatnya adalah seorang anak kecil, elfling yang kelihatannya baru lima tahun, berdiri di atas dahan setinggi diatas kepala Orc yang tengah sibuk melempar dagger dan menangkis panah kasar Orc dengan tangan satunya yang memegang pedang. Sekitar sepuluh Orc tampak tak bergerak berserakan di sekitar pohon itu.
Setelah melempar satu dagger, dengan cepat elfling itu meraih busurnya dan melepas tiga anak panah sekaligus yang membunuh dua Orc. Dan masih tersisa delapan Orc lagi di bawahnya. Kemudian tanpa di duga ia melompat turun. Dengan strategi 'tackle-Orc's-feet-and-stab-them', posisinya hanya bertambah berbahaya. [jegal-kaki-Orc-dan-tikam-mereka.]
"What are you waiting for? Aim the Orcs!" komando Aragorn sambil merentang busurnya sendiri. Enam anak panah melesat merobohkan enam Orc. Tepat saat satu daggernya menembus dada Orc di depannya, dadanya sendiri tertangkap oleh Orc di belakangnya. Tanpa ragu Aragorn melepas anak panahnya dan mengenai kepala Orc itu. Begitu bebas, makhluk mungil itu melenting ke atas, naik ke atas dahan pohon lagi dan bersuara. [Apa yang kalian tunggu? Kenai (panah) Orc-Orc itu!]
"Daerandil, please don't tell Nana-…" [Daerandil, tolong jangan bilang Nana (Mama/Bunda).]
Nada suara dalam bahasa Sindarin-nya terpenggal begitu elf kecil itu berbalik dan menatap mata biru keperakan Aragorn. Ia terbelalak sebentar untuk kemudian melompat dari dahan ke balik pohon. Dua detik kemudian suara benda tercebur ke air terdengar. Sontak Aragorn turun dari kudanya dan memburu ke depan.
Ternyata di balik pohon itu ada sungai kecil dari arah kanan yang membelok sejajar dengan jalan. Airnya jernih bergemericik dan sedikit berbatu di bagian tepinya. Elf kecil itu menyelam di tengah sungai. Untuk kemudia melompat dan mendarat dengan kaki tertekuk di tepian sungai. Sambil berdiri tegak ia sedikit mengibaskan rambutnya yang keemasan. Detik berikutnya, segala air yang menempel di pakaian dan rambut elf kecil itu seperti terlempar ke kembali ke dalam sungai. Menyisakan sosok elf kecil yang kering dan bersih.
Dengan salam khas elf, ia menyapa Aragorn dengan dengan bahasa Westron.
"I'm sorry I've misinterpreted you. I believe I'm speaking to no one but Elessar Aragorn, the King of Gondor himself." [Maaf telah salah mengenalimu. Aku percaya aku tidak sedang bicara pada siapapun kecuali pada Elessar Aragorn, Raja Gondor.]
"Mae govannen." Aragorn mengangguk begitu bisa mengatasi keterkejutannya. Dengan selintas senyum, elf kecil itu lalu bergerak ke arah bangkai para Orc, membalikkannya satu persatu dan mencabut pisau atau dagger serta anak panah yang menancap di padanya. [Well met/selamat bertemu (?)]
"I wonder you know me." Aragorn memecahkan keheningan yang sejenak melanda. [Aku bertanya-tanya bagaimana kau mengenaliku.]
"Aku banyak membaca, hir nin. Begitu aku bisa membaca tiga tahun lalu. Dari tanda-tanda di kudamu, dari bendera yang dibawa pengawalmu dan corak mahkotamu. Aku tak punya keraguan." Elf kecil itu memberinya seulas senyum. Ia selesai mencabuti senjatanya dan mencucinya disungai. [My Lord]
"Tell me, who's your name." suara Aragorn melembut. [Katakan padaku, siapa namamu.]
"Eldarieth enneth nin." Jawabnya singkat. Satu persatu ia menempatkan lima dagger di masing-masing boot-nya, dua pisau di pinggangnya dan beberapa anak panah ke tabung di belakang tubuhnya yang agak terlalu panjang untuk ukuran tubuhnya. [Eldarieth is my name/ Eldarieth namaku.]
"And pray tell, what are you a five years old Elfling doing in the dangerous forest, Eldarieth?" Aragorn mengangkat alis. [Dan katakan, apa yang kau Elfling lima tahun lakukan di dalam hutan yang berbahaya Eldarieth?]
"I'm seven." Ia tegak, menatap Aragorn tepat dimata. Baik tatapan maupun nada suaranya sama-sama dingin, bahkan enam pengawalnya bergidik. [Aku tujuh tahun.]
"Ok. But this forest is still too dangerous for such a young beautiful elfling. What your Nana goes to say?" Aragorn melunak, ia berjongkok menyejajarkan diri dengan si elf kecil. [Baik. Tapi hutan ini masih tetap terlalu berbahaya untuk seorang Elfling muda yang cantik. Apa yang akan dikatakan Bunda-mu?]
"I-I got lost." Eldarieth bergetar. Matanya di penuhi rasa bersalah seketika. [A-aku tersesat.]
"Don't worry. Come with me. I'm heading to Mirkwood. You're from the realm, aren't you?" Aragorn tersenyum maklum. Eldarieth mengangguk dan Aragorn tanpa buang waktu segera menaikkan Elfling itu ke atas kudanya, sebelum ia sendiri naik di belakangnya. [Jangan cemas. Ikutlah denganku. Aku sedang menuju Mirkwood, kau dari kerajaan itu bukan?]
Di dalam hati, tujuh manusia dari Gondor itu masih mempertanyakan apa yang jelas-jelas mereka lihat. Itu benar-benar anak li- eh, tujuh tahun mengalahkan sepuluh Orc sendirian? Elf benar-benar makhluk yang luar biasa.
Di pos utama pemantau border yang dilewati Aragorn –letaknya tersembunyi, tapi Aragorn bisa merasakannya-, kegaduhan besar terjadi.
"Find her!" [Temukan dia!]
"She's merely seven years old elfling, will not so far if outside the border!" [Dia hanya Elfling berusia tujuh tahun, tidak akan jauh-jauh jika di luar perbatasan!]
"We must continue the searching within border or realm! She'll be nowhere around here!" [Kita harus melanjutkan pencarian di dalam perbatasan atau kerajaan! Dia tidak akan berada di sekitar sini!]
Teriakan-teriakan keras membahana dalam bahasa Sindarin. Aragorn menatap Eldarieth mengangkat alis. Elfling kecil itu balas menatap sambil nyengir innocent.
"I guess someone just revealed I'm nowhere at home." Ujarnya pelan, sedikit cemas tapi terdengar datar. Aragorn menahan tawa. Begitu melewati border, sepasukan Elf menghadang mereka. [Ku tebak seseorang baru mengungkap bahwa aku tidak berada di rumah.]
"Halt your mare!" [Tahan kudamu!] seorang Elf yang berarmor paling lain menyentak. Tapi kemudian ia tersentak melihat Eldarieth di depan Aragorn. "Eldarieth! Thanks Valar you safe." Ia menghela nafas lega. [Eldarieth! Terima kasih Valar kau selamat.]
"It's look like I keep all the guard busy." Eldarieth nyengir seperti tak merasa bersalah. [Sepertinya aku membuat semua penjaga sibuk.]
"All of them got refreshing from walking over beneath the trees, don't worry." [Mereka semua mendapatkan refreshing dengan berjalan-jalan di bawah pepohonan, jangan khawatir.] Elf itu tertawa, tapi kemudian seperti tersentak begitu menyadari kehadiran Aragorn. "Lord Aragorn, Elessar, It's been a while. Mae govannen." Ia memberi salam formal. [Lord Aragorn, Elessar, sudah lama (tidak bertemu). Selamat berjumpa.]
"Mae govannen, Daerandil. Nice to finally see this great realm again." Aragorn membalas salam itu dengan sedikit lebih santai. Ia mengenal Daerandil saat elf itu turut dalam rombongan Elf Mirkwood yang diutus Thranduil tepat sebelum Felowship of the Ring terbentuk. [Selamat berjumpa, Daerandil. Senang akhirnya bisa melihat kerajaan yang hebat ini lagi.]
"Let me escort you to castle, your journey must be exhausting." [Mari kuantar ke kastil, perjalananmu tentu melelahkan.] Daerandil tersenyum, mengisyaratkan agar rombongan dari Gondor itu mengikutinya. "Oh, Aegillad, Perifendell, perintahkan pasukan di sekitar border untuk menghentikan pencarian. Rillachened, perintahkan penghentian pencarian di dalam realm. Aerophen, go to the palace and report to the Elvenking." Elf yang diperintah langsung menyebar, memacu kuda dan menghilang. [pergi ke istana dan laporkan pada Raja Peri.]
Aragorn merasa janggal, mengapa harus melaporkan penemuan elfling kecil yang hilang ke istana? Atau maksudnya kedatangan dirinya lah yang harus dilaporkan? Atau memang Thranduil begitu dekat dengan rakyatnya? Atau memang kedudukan elfling begitu istimewa di sini? Semua pertanyaan itu tak terjawab, menggantung di benak Aragorn.
Aragorn sudah pernah ke Mirkwood sebenarnya, saat ia masih seorang Ranger demi menyerahkan Gollum ke bawah pengawasan Mirkwood. Saat itu Mirkwood masih berada di bawah bayang-bayang kegelapan. Dan Mirkwood yang sekarang tidak bisa lagi di sebut Mirkwood. Sepertinya telah kembali ke nama Eryn Lesgalen seperti masa kejayaannya dulu. Sekitar empat league dari border, ia tadi merasa udara semakin segar dan cerah, pohon-pohon begitu segar dan bahagia. Semak-semak menumbuhkan bunga, angin sepoi-sepoi dan hewan hutan hidup dengan riang dan damai. Aragorn bisa merasakannya.
Dan ia cukup terkejut saat memasuki gerbang realm, begitu berbeda dari ingatannya. Bagian dalam realm begitu hidup. Di mana-mana tampak para Elf melakukan kegiatan mereka dengan senyum di bibir. Bergerak dengan anggun, tapi wajah mereka cerah. Tak jarang dijumpai tawa di sana-sini. Realm ini lebih mirip kota para peri. Seperti kota kecil biasa, ditambah dengan segala kebanggan buatan peri tentunya. Tak seperti di Lothlorien yang rumah-rumahnya berupa talan jauh di atas pohon, di sini setiap rumah seperti istana kecil yang setiap detailnya diukir dengan teliti dan hati-hati. Terpahat dari batu dan terhias dengan tumbuhan hidup.
Jalan utama berpasir putih lembut dengan pohon dan semak-semak kecil di kanan kirinya. Jauh di depan, tampak menjulang tinggi sebuah istana yang seperti menyatu dengan pepohonan tinggi yang melatari dan melingkupinya. Sebuah gerbang berukir berwarna hijau melindunginya.
Aragorn begitu heran. Setiap Elf yang dilewatinya tersenyum seperti sangat bahagia, beberapa menitikkan airmata. Persamaannya, sembari menghormat, mereka semua membisikkan satu kata. "Navedui…"Apakah memang kehadirannya begitu dinantikan di sini? Tapi kenapa? Untuk apa? [At last/ Finally./ akhirnya.]
Begitu mendekati gerbang, perasaan gundah dan bingung Aragorn lenyap. Gerbang hijau yang ternyata terbuat dari sulur tebal tanaman hidup yang membentuk motif ukiran rumit itu membuka perlahan menyingkap keagungan di depannya. Dibandingkan dengan ini, kemegahan besar Minas Tirith seperti bukan apa-apanya. Tepat di depan gerbang, sekitar beberapa puluh meter, ada patung besar kupu-kupu dari tumbuhan yang di bentuk hingga terlihat begitu hidup. Setiap detailnya ditegaskan dengan bunga atau daun hidup aneka warna. Belum lagi, di sekeliling patung kupu-kupu setinggi tiga meter itu ada tujuh bentuk kupu-kupu yang sama namun dengan warna berbeda-beda, memancarkan tujuh air dengan warna yang berbeda-beda pula.
Aragorn takjub, tapi tetap mengikuti Daerandil dan beberapa elf Greenwood di depannya. Di balik air mancur kupu-kupu itu sebuah bangunan besar berdiri. Aragorn tak punya ingatan tentang gerbang sulur hijau, kupu-kupu pelangi atau kastil besar di Greenwood. Seingatnya, dari gerbang realm ia terus lurus saja dan sampai ke sebuah pintu gua dengan ukiran khas Greenwood. Dan di dalam gua itulah tahta Thranduil berada. Kenapa semua berbeda?
Setelah memutari air mancur kupu-kupu, sebuah jalan berpasir putih kembali terhampar, deretan bunga dan tanaman aneka jenis terbaris rapi tanpa menutupi keindahan kastil itu sendiri. Begitu sampai ke halaman kastil, di depan altar berundak berpilar tinggi yang mengarah ke pintu kastil, serombongan kuda dari sisi kanan kastil mendekat. Pengendara paling depan berhenti di depan Daerandil, dan langsung turun dari kuda putihnya.
"Daerandil!" suara yang sangat dikenal Aragorn terdengar sangat panik. Tapi ia tidak bisa melihat sosok itu, terhalang Daerandil dan elf Greenwood lain.
"You should not leave the castle! We found her!" balas Daerandil sambil turun dari kuda, memberi akses mata Aragorn untuk melihat pemilik suara itu. Aragorn terbelalak. Ya! Itu Legolas! Dengan tunik putih dan cloak hijau muda, circlet perak berhias batu sapphire menghiasi rambut pirang indahnya. [Kau tidak boleh meninggalkan kastil, kami telah menemukan dia.]
"Nana…!" [Mum/Bunda] Eldarieth melompat dari atas kuda Aragorn dan berlari ke arah Legolas, langsung memeluknya. Itu cukup membuat Aragorn kaku terpaku tak bisa bergerak apalagi berkata-kata. Terakhir kali Aragorn tahu, Legolas itu masih laki-laki…! Kenapa Eldarieth memanggilnya Nana? Apa ada trend baru di kalangan Elf? *cekikikan bayangin muka Aragorn kayak apa… XDXDXD*
"Eldarieth! Thanks Valar you safe. Please don't do that again." Suara Legolas terdengar bergetar, penuh rasa syukur. [Eldarieth, terima kasih Valar kau selamat. Tolong jangan lakukan itu lagi.]
Dan Legolas tenang-tenang saja dipanggil Nana begitu? Mungkin Gollum bakal bangkit lagi dan menghadiahkan cincin Sauron pada Frodo!
"Sorry Nana. I don't intend to make you worry. I promise I'll never do that again." Eldarieth menangis. Suaranya penuh rasa bersalah. Baru kali ini ia terlihat benar-benar seperti anak kecil, setelah dari tadi Aragorn melihatnya bersikap sok dewasa dan kalem. [Maaf, Bunda. Aku tidak berniat membuatmu khawatir. Aku janji aku tidak akan pernah melakukannya lagi.]
"Hush, no need to cry, you safe now. But never leave me again, okay?" Legolas membelai rambut pirang Eldarieth, lalu melonggarkan pelukannya untuk menatapnya. [Hush, tidak perlu menangis, kau aman sekarang. Tapi jangan pernah meninggalkanku lagi, oke?]
"Nana, I'm not leaving you!" [Bunda, aku tidak meninggalkanmu!] protesnya. "Eldarion sudah menyelesaikan hadiah ulang tahunnya untukmu dan aku tidak punya apa-apa. Jadi aku mencari ini." Eldarieth mengambil tabung panahnya dan melepas bagian bawahnya, ternyata ada ruang kecil yang cukup untuk tabung kaca kecil berdiameter lima inchi. Dan bagian yang paling mengejutkan, di dalam tabung itu ada sebuah bunga kecil berwarna putih, yang saat tertimpa sinar matahari memantulkan sinar keperakan. Tangkainya hijau muda, daunnya hijau terang berurat perak dan bertepian emas. Dengan hati-hati Eldarieth mengambilnya dan menyerahkannya pada Legolas.
"Alfirin! By the Valar Eldarieth, it's just a birthday. We'll always could celebrate it another year. Please don't risk your life for it." Mata Legolas berkaca-kaca. [Bunga Alfirin! Demi Valar Eldarieth, itu hanya ulang tahun. Kita selalu bisa merayakannya tahun depan. Jangan pertaruhkan nyawamu hanya untuk itu.]
"I know, Nana. But you're not turning to three thousand years every day, don't you?" Eldarieth tersenyum lebar. [Aku tau, Bunda. Tapi kau tidak bertambah usia menjadi tiga ribu tahun setiap hari, kan?]
"Alright then. " [Baiklah.] Legolas menyerah. Ia baru menyerahkan hadiah dari Eldarieth itu agar dibawakan Daerandil saat teringat sesuatu dan kembali khawatir. "Tapi kau tidak terluka, kan? Kau tidak bertemu Orc kan?"
"Dia baru saja membunuh Orc ke-duabelasnya saat kami datang." Aragorn turun dari kuda setelah membunuh semua rasa terkejutnya. Enam prajurit Gondor mengikuti.
Wajah Legolas memucat.
Tapi dua detik kemudian wajah itu berubah menjadi cerah.
"Estel, you coming!" katanya dengan nada gembira. Inilah Legolas yang dikenal Aragorn, matahari musim semi yang biasanya. [Estel, kau datang!]
"Mae govannen, mellon-nin." Aragorn tersenyum, melangkah mendekat dan memeluk Legolas. Legolas tampak terkejut, seperti Haldir di Helm's Deep dulu, tapi kemudian ia balas memeluk dengan erat. Entah kenapa pelukan itu sedikit lebih lama dari yang normalnya terjadi. [Well met, my friend.] *yang ini gak perlau di translate kan?*
Saat mereka kemudian saling melepaskan pelukan, mereka saling menatap, agak lama. Para pengawal Aragorn bertukar pandang penuh tanya. Sedang elf Greenwood dan Eldarieth bertukar 'knowing-look'.
"I'm sorry I don't notice your presence before. I don't know how to thank you for saving my daughter." Ujar Legolas sedikit lebih pelan dari yang seharusnya. [Maaf aku tidak menyadari kehadiranmu sebelumnya. Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan putriku.]
"No need, Legolas. And-… by the Valar! You have a daughter! How could you do this to me! Married without inviting me or even merely let me know!" Wajah Aragorn seperti di suruh makan masakan Orc. Wajah Legolas sendiri menegang, tapi lalu berubah menjadi santai. [Tidak perlu, Legolas. Dan-… Demi Valar! Kau sudah punya anak! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku! Menikah tanpa mengundangku atau bahkan memberitau ku?]
"I'm not marrying yet, Stupid Human!" Legolas tertawa, dengan santai ia menepuk bahu Aragorn. [Aku belum menikah, Manusia Bodoh!]
"What? But-…" [Apa? Tapi-…]
"There, there… let's go inside and take a rest. We'll still have time, don't we?" Legolas mengangkat alis. Aragorn mengangguk. [Sudah, sudah, ayo kedalam dan istirahatlah, kita masih punya waktu kan?]
"Nana…" Satu suara bening menginterupsi mereka. Serentak semuanya menoleh ke arah pintu kastil. Sesosok Elfling yang sangat mirip dengan Eldarieth menuruni tangga undakan. Sontak semua elf Mirkwood membungkuk menghormat, kecuali Eldarieth dan Legolas. "The Council will not be pleasant for your messy leave." [Para Council (Dewan Penasehat) tidak akan senang kau meninggalkan mereka begitu saja.]
"Valar…!" pekik Legolas, menepuk keningnya sendiri. Sekarang wajahnyalah yang seperti disuruh menelan Nazgul bulat-bulat. Saat mendapat kabar Eldarieth hilang, ia langsung berteriak pada Council yang sedang ditemuinya dan langsung pergi.
"Don't worry. They'll understand. Please don't put your Nana on worry, Prince Eldarion." [Jangan khawatir, mereka akan mengerti. Tolong jangan membuat Bundamu khawatir, Pangeran Eldarion.] Daerandil menenangkan. Aragorn mengangkat alis. Di Gondor, Council dan mengerti atau memahami adalah dua kata yang sukar untuk ditaruh dalam kalimat yang sama. Apakah di Greenwood berbeda? Dan, Legolas sedang memimpin Council tadi? Akhirnya Thranduil menyadari potensi anaknya, eh? Dan ini elfling kembar? Aragorn tidak tau mana yang membuatnya lebih tertarik.
"Well, Daerandil, sent someone to them. Invite them for a little garden party tomorrow. Maybe that'll be worth." Legolas menghela nafas. [Nah, Daerandil, kirim seseorang pada ke mereka. Undang mereka untuk pesta kebun kecil-kecilan besok. Mungkin itu akan sepadan.]
"Are you sure? Tomorrow is your free time with the kids!" Protes Daerandil. [Yakin? Besok waktu bebas mu bersama anak-anak lho!]
"If Nana say so, don't worry about us, Dae. We'll have a pleasant time with the council's family and kids." [Kalau Bunda bilang begitu, jangan cemaskan kami, Dae. Kami akan bersenang-senang dengan keluarga para Council dan anak-nak mereka.] Eldarieth menyahut, tersenyum manis pada Daerandil. Eldarion berdiri di samping adiknya, tersenyum dengan gesture identik. Apalagi Eldarieth juga mengenakan pakaian ringkas, bukan gaun. Satu-satunya yang membedakan mereka hanya circlet yang melingkari kepala Eldarion.
"That's my kids." [Itu baru anak-anakku.] Legolas merangkul dua anaknya dengan wajah bangga. "Well, Daerandil. We have a Council's Family Day tomorrow for honoring Elessar." [Nah, Daerandil, kita punya 'Council Family Day' besok untuk menghormati Elessar.]
"We're sorry for interrupting. But, it's that true?" suara itu terdengar dari arah kastil. Serombongan elf tampak keluar dari pintu kastil, mereka mengenakan robe yang sama, hijau tua dengan tepi emas dan perak. [Maaf menyela, tapi apa itu benar?]
"Yes. I'm so sorry for today. Care to spend your off day with your family in our royal garden?" Tanya Legolas pada rombongan itu dengan senyum di bibir. [Ya. Maaf banget ya untuk hari ini. Mau melewatkan hari libur kalian dengan keluarga kalian di taman kerajaan?]
"We're feel so honored, hir vuin." [Kami merasa sangat terhormat, Paduka.] Seorang elf yang terlihat berusia sudah lanjut menjawab dengan sopan. Rombongan itu berhenti di depan Legolas dan menghormat. Aragorn membandingkan wajah cemberut Council Gondor setiap setelah pertemuan dengan Council Greenwood yang malah tersenyum bijak penuh pengertian. Dan lagi… Hir vuin? Sepengetahuan Aragorn. Panggilan itu hanya diperuntukkan bagi raja yang sangat dicintai rakyatnya. Lord Elrond pun hanya di panggil Hir nin. Mana mungkin kan, Legolas… [My Lord]
"As does our family will be, My King." Sahut yang lain. [Pasti keluarga kami juga begitu, Paduka Raja.]
Bagus, tak bisa lebih jelas lagi.
"So, we believe we must tell our family as soon as possible. Excuse us, Elvenking Legolas, Elessar." [Jadi, kami harus segera memberi kabar baik ini pada keluarga kami secepatnya. Kami permisi, Elvenking Legolas, Elessar.]
…
Aragorn masih memasang wajah horror saat rombongan Council itu sudah tak terlihat lagi.
"Well, you aren't too tired to join a dinner, do you Estel?" [Nah, kau tidak terlalu lelah untuk bergabung makan malam kan, Estel?] Legolas menoleh ke arah Aragorn dan melongo mendapati wajah horror itu masih terpasang sempurna. "What's wrong with you, mellon-nin?" [Ada apa denganmu, Sobat?]
"You. Are. The Elvenking. Of. Greenwood. Mind to explain?" Aragorn mengangkat alis, berusaha menguasai keterkejutannya. [Kau. Raja Peri. Greenwood. Keberatan untuk menjelaskan?]
"Valar! I forgot to take off the circlet." [Valar! Aku lupa untuk melepas circlet.] Gerutu Legolas. "Wait 'till dinner please. I'll explain whatsoever you wanna to know." [Tunggu sampai makan malah deh ya. Aku akan menjelaskan apa saja yang kau ingin tau.] Legolas memasang puppy eyes yang membuat Aragorn bengong dan hanya bisa mengangguk serta si kembar bertukar pandang dengan seringai identik.
"Alright then. Let's go inside. Our mares need a rest." [Baiklah, ayo ke dalam. Kuda-kuda kita butuh istrahat.] Legolas tersenyum. Daerandil mengambil tali kekang Meldreid dari tangan Legolas dan mengisyaratkan pada pengawal Aragorn untuk mengikutinya. Legolas melangkah, diikuti dua anaknya dan Aragorn. Sebelum mereka lenyap dibalik pintu kastil, Daerandil menoleh memandang keempatnya dengan airmata nyaris jatuh dan berbisik lirih. "Finally…"
TBC dengan kurang ajar
AHm…. Ini edisi editan, setelah di review secara verbal oleh Tama-chan A.k.a LadyElvish. Saya harap cukup jelas. Soalnya ada beberapa kata dalam bahasa inggris yang saya nggak tau padanannya apa di bahasa Indonesia. :p
Mungkin ada yang bertanya-tanya, itu ceritanya saya lupa meng-underline atau memang percakapan bagian bawah-bawah itu pake bahawa Westron. Jawabannya mereka pake bahasa Westron. Karena Daerandil pas ngasih salam ke Aragorn langsung pake bahasa Westron. Terus pas ketemu Legolas masih kebawa suasana, pake bahasa Westron lagi. Legolas juga akhirnya reflek pake bahasa Westron juga. Para Council? Mereka Cuma menghormati Legolas yang lagi pake bahasa Westron, jadi ikut-ikutan. Bahasa itu nular lo, asal kalian tau bahasa apa yang dipake dan paham. :D #pengalamanpribadi
Oh, dan sampe sini saya sudah banyak nistain anak orang ye, mulai Eldarieth yang kecil-kecil udah jadi pembunuh (membunuh Orc maksudnya, gimanapun itu kan membunuh juga.), Aragorn yang pasang muka hancur terus karena kaget (ya iya lah!), sampe menistakan Legolas dengan memberinya anak yang memanggilnya "Bunda"…!
*ketawa gegulingan sambil mukulin lantai sampai nangis*
Ah sudahlah, semoga 'subtitle' yang saya kasih masih bisa di terima akal sehat... :D
Jangan pernah segan untuk review, tolong koreksi mulai dari typo sampai grammar-nya. Fic ini masih jauh di bawah minus untuk kategori sempurna. I'll be glad to receive it!
Spesial pake telor buat Tama-chan, fic ini kukasih 'subtitle' alias translate-an khusus untuk dirimu, jangan lupa review lho ya…! *senyum-senyum manis sambil bawa-bawa Anduril-nya Aragorn dan panahnya Legolas*
