A/N : akhirnya, bisa juga bikin fanfic tentang char OC Canvas Ranger ku ini. hehehe... XDD anehnya aku ngerjain fic ini bisa, sementara yang KR Rev belum aku beresin. aneh... XP gpplah, yg itu bisa di lanjut lagi nanti. hehehe...
Disclaimer : char yang ada, main char nya OC aku sendiri, Go Benzi ! :D
warning : gk ada yang aneh koq disini, dan belum nyampe klimaks nya sama skali. hehehe... :D pokoknya karakter dengan nama Benjamin Daenzibel itu punya aku doank! my own OC! hehehe... :D
Dedicated for another canvas ranger senior : Rokoz, Lycans, Ashtray, Kurata, dan juga Fied.
Abolitioner flame
Pursuit
act.01
Riuh bising semakin bergema, suara sirine mobil polisi makin terdengar jelas olehku. Aku yang bersembunyi di dalam kegelapan sebuah gang di tengah kota, hanya bisa duduk terdiam dengan nafas yang terengah-engah. Entah apa yang harus aku lakukan lagi, kebingungan menerpaku di saat yang kurasa sangat tidak tepat datangnya.
Aku menagahkan wajahku ke atas, menatap langit yang gelap namun terlihat indah karena di hiasi oleh gemilangnya cahaya bintang yang sedikit membuatku bisa berpikir. Aku pun mulai berdiri dan kemudian meneguhkan hati ini untuk kembali berlari... ya, aku akan kembali berlari menjauhi kejaran para polisi itu!
"Hoi, cepat periksa lagi setiap tempat! Dia pasti belum jauh dari sini, dia tidak bisa kita biarkan saja lari begitu saja!"
Terdengar dari jauh, suara seorang polisi memberi perintah kepada rekan-rekannya yang lain. Aku tau kalau itu bukanlah suatu pertanda yang baik.
"Hei kalian, cepat periksa ke dalam gang itu! Siapa tahu dia berlari ke dalam gang itu, ayo cepat!"
Benar-benar, ini suatu pertanda yang tidak baik. Aku pun kemudian langsung bergerak, berusaha agar aku tidak sampai di tangkap polisi-polisi itu. Degup jantungku semakin cepat ketika kudengar suara langkah beberapa orang polisi yang bergerak cepat. Langkah demi langkah kaki ini berlari berusaha untuk bisa menghindari polisi-polisi itu.
"Klang..klang..tang...Bhrugh!"
Kaleng sialan! Benar-benar tidak beruntung aku malam ini, roti-roti yang tadi aku dapatkan pun jatuh berserakan. Tanpa banyak pikir, sisa dari roti yang tadi jatuh aku pungut kembali, karena roti-roti ini sangat penting bagiku, bahkan lebih penting dari pada luka-luka kecil yang aku alami saat ini, tidak lupa dan tidak akan pernah aku tinggalkan, sebuah pematik api berbentuk persegi kecil, pipih terbuat dari besi dan ada corak warna bendera Jerman juga sebungkus rokok yang isinya hanya tinggal sekitar 3-4 batang rokok lagi.
"Hei disana! Aku mendengar ada suara langkah kaki disana! Sepertinya itu dia, ayo cepat!"
Sial! Polisi itu tau kalau aku ada disini, aku benar-benar harus kembali berlari menghindari polisi-polisi itu. Kegelapan gang itu terus aku telusuri, gemuruh suara sirine polisi makin marak terdengar dimana-mana, seperti sedang mengejar sebuah mobil yang telah merampok bank, tapi sebenarnya yang mereka cari hanyalah aku seorang, tapi kenapa mereka sampai mengerahkan puluhan orang untuk mengejarku? Benar-benar aneh. Saat sedang berlari, tanpa aku sadari.
Dari belakang, seorang polisi yang tak kusangka cukup cepat juga dia berlari, memukulku. Kontan aku langsung terjatuh dan berguling di atas tanah yang agak becek akibat hujan siang tadi. Aku sangat kesal atas apa yang sudah di lakukan polisi itu, aku serentak langsung bangun dan membalikkan badanku menghadap polisi itu dan langsung menerbangkan kepalan tangan kiriku ke arah wajahnya. Polisi itu langsung tersungkur jatuh di hadapanku, setelah puas membalas apa yang sudah polisi itu lakukan padaku, aku kembali berlari menyusuri gang yang gelap ini.
"sial ! sakit sekali, ada apa sebenarnya dengan polisi itu! Kenapa dia memukulku se-enaknya begitu!?"
Gumamku dalam hati sambil memegangi pundak yang tadi di pukul polisi gendut sialan itu. Semakin jauh aku berlari semakin jelas terdengar, makin banyak polisi yang berlari mengejarku. Ramai sekali kudengar di belakangku, suara langkah kaki yang serentak berlari berusaha mengejarku. Aku tidak ingin banyak menghabiskan waktu dan tenagaku meladeni polisi-polisi itu, aku hanya terus memandang kedepan dan berlari sekuat tenaga.
Saat aku sedang berlari, dari samping kananku tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik bajuku dan langsung menghentikan laju lariku. Kemudian aku di angkat, mungkin supaya aku bisa berdiri kembali. Kemudian orang yang menarikku itu langsung menarikku berlari membelok dari arah tujuanku, menuju ke arah sebuah gedung yang gelap dan sepertinya sudah tak terpakai lagi.
"Hah! Siapa kau ini, kenapa kau tiba-tiba menarikku ke tempat ini?! Aku tidak seharusnya berada disini! Hah..hah"
aku langsung melepaskan tangannya yang menggenggam erat bajuku, tangan kanannya kurasakan dingin meskipun yang kupegang masih di bagian lengan bajunya.
"Kau mau pergi kemana memangnya?! Apa kau mau berada di penjara!?"
"ya jelas aku gak mau kalau sampai di masukkan ke penjara! Lagi pula apa urusanmu denganku!?"
"dengar, aku disini untuk menjemputmu..."
"Hah, menjemputku?! Memangnya kau ini siapa?! Mau kau bawa kemana aku!?"
Orang itu diam, membisu saat pertanyaan terakhirku itu aku lontarkan kepadanya. Dia pun berjalan terus menuju ke dalam ruangan di gedung tua yang gelap itu. "Orang aneh..." gumamku dalam hati. Orang berbadan tinggi, berambut pendek hitam, berpakaian rapi dan necis, seperti seorang pegawai kantoran atau pengacara atau apalah aku tak tahu, yang jelas meskipun gelap aku dapat melihat dia mengenakan sebuah sarung tangan hitam di tangan kanannya.
"siapa namamu ?" orang itu tiba-tiba saja melontarkan sebuah pertanyaan yang membangunkan aku dari lamunan.
"Benzi..." jawabku.
"nama lengkapmu!" tanya pria itu dengan nada membentak.
"Hei, biasa aja dong kalo bicara! Gak perlu membentak begitu"
"hah...maaf. kalau begitu, tolong beri tahu aku siapa nama lengkapmu?"
"Ben, Benjamin Daenzibel..."
Act.01 end
