"CEPAT BUKA GERBANGNYA!"
"BAIK!"
"JANGAN SAMPAI KITA MEMBUAT MEREKA MENUNGGU! CEPAT!"
Suasana di depan gerbang Kerajaan Titania begitu gaduh. Hari ini, pasukan Kerajaan Titania telah kembali dari perang. Semua orang sudah tidak sabar menantikan mereka kembali, begitu pula sang putri. Ia begitu antusias menantikan kembalinya sang raja.
"Tunggu, Tuan Putri! Tolong jangan lari-lari!" Salah seorang pelayan berusaha menghentikan sang putri yang berlari keluar istana sendirian.
"Tidak! Aku mau jadi yang pertama menyambut mereka, jangan hentikan aku!"
"Putri!" seru sang pelayan, tetap berusaha menghentikannya.
Meskipun begitu, sang putri tetap saja berlari. "Coba saja kejar aku!"
.
.
.
Even If I'm Not Your Prince
By : titansscientist
Original Character by : Hajime Isayama
.
.
.
"Ayah, bagaimana perangnya? Apakah kalian berhasil memenangkan Trost? Bagaimana dengan Kastil Utgard?" tanya seorang gadis yang tidak lain adalah putri dari Kerajaan Titania. Putri itu tersenyum bahagia. Ia sebenarnya sudah tahu bahwa ayahnya berhasil merebut kembali kota Trost yang sebelumnya telah direbut oleh kerajaan lain. Ia juga tahu bahwa Kastil Utgard kembali menjadi milik Titania. Ia hanya ingin jadi orang yang paling pertama menyambut ayahnya serta seluruh pasukan Kerajaan Titania.
"Tentu saja, Zoe. Kita berhasil merebutnya kembali," sang raja berkata sambil tersenyum.
Tiba-tiba salah seorang dari pelayan kerajaan datang. Ia berkata sambil terengah-engah, "Yang Mulia, maafkan saya. Putri Zoe berlari terlalu cepat sehingga saya tidak bisa menyamai langkahnya. Saya mohon, maafkan saya." Pelayan itu sedikit ketakutan, ia takut kalau sang raja akan menghukumnya karena tidak bisa menjaga Putri dengan baik.
Raja Grisha mendelik ke arah pelayan tersebut, belum sempat ia berkata-kata anaknya sudah berkata terlebih dahulu, "Ayah, maafkan dia. Dia tidak bersalah. Aku yang kabur dari istana, aku hanya ingin jadi yang pertama menyambutmu kembali."
Raja tersenyum, ia tahu anaknya itu sedang berusaha melindungi si pelayan. "Baiklah, kali ini kumaafkan. Tetapi, lain kali kau harus menjaganya dengan lebih baik."
"Te-terimakasih, Yang Mulia," pelayan itu berterimakasih padanya.
"Dan kau, Zoe. Lain kali kau tidak boleh keluar istana sendirian. Kau tahu betapa berbahayanya di luar sana? Kerajaan kita memiliki banyak musuh dan nyawamu itu bisa menjadi incaran mereka, kau tahu?" kata raja dengan wajah yang serius.
Zoe sedikit menyesal, "Iya, maafkan aku."
Kerjaan Titania merupakan kerajaan yang cukup besar. Daerah kekuasaannya terbentang dari pegunungan Utara sampai pegunungan Selatan dan dialiri sungai-sungai besar sehingga hampir seluruh tanahnya subur untuk ditanami berbagai macam tumbuhan. Kerajaan ini juga mempunyai tentara-tentara yang kuat dan terlatih, jadi tidak heran jika dihitung jumlah kekalahan mereka sangat sedikit dbandingkan kemenangan mereka.
Kerajaan Titania hanya memiliki seorang putri, yaitu Putri Zoe karena sang ratu, Carla, meninggal ketika melahirkan Zoe. Raja tidak mau memiliki istri lagi, cintanya terhadap ratu sangatlah besar. Ia beranggapan bahwa ketika ia memperistri seseorang lagi itu artinya ia telah mengkhianati seluruh cinta ratu terhadapnya. Karena sang raja hanya memiliki seorang putri, ia sangat overprotektif terhadapnya. Ke mana-mana ia harus ditemani oleh pelayan ataupun prajurit. Ia juga tidak boleh berkeliling kota tanpa perlindungan yang ketat. Hal ini tentu saja membuat Zoe sedikit kesal, ia tidak suka dikekang seperti ini.
Sejak kecil, Zoe sangat suka melihat para prajurit yang baru pulang perang. Ia berkhayal suatu hari ia juga bisa ikut dalam barisan itu, membela negerinya tercinta. Namun apadaya, dia seorang perempuan dan juga seorang putri. Seorang putri boleh mempelajari seni beladiri maupun seni pedang, namun hanya boleh menggunakannya di saat yang genting atau dalam upaya melindungi diri sendiri. Akan tetapi, jika memiliki beribu prajurit disampingnya untuk apa ia mempelajarinya?
Selain ribuan prajurit, ada lagi seorang prajurit khusus yang tidak lain adalah Levi, anak dari komandan pasukan yang selalu siap melindunginya kapan pun. Meskipun dilindungi oleh orang yang dijuluki Prajurit Terkuat, Zoe tetap saja tidak bisa tenang. Bukan karena takut diincar, tetapi justru karena perlindungan yang sangat ketat itu. Ia merasa, kenapa dirinya tidak bisa bebas?
Dan sialnya, Levi adalah orang yang sangat taat terhadap peraturan. Segala perintah raja dilakukannya dengan sungguh-sungguh, termasuk perintah untuk melindungi Zoe. Ia tak akan membiarkannya pergi ke luar sendiri, kecuali kemarin karena dia ikut berperang. Tentu saja hal ini mempersulit Zoe untuk kabur. Sudah banyak rencana Zoe yang ketahuan, semoga saja tidak untuk kali ini...
"Hihihi... Kali ini Levi pasti tidak akan dapat menghentikanku," kata Zoe. Kali ini Zoe menyamar menjadi salah seorang pelayan. Ia berjalan menuju pintu keluar istana dan berhasil melewati para penjaga berkat penyamarannya itu. "Bagus! Sedikit lagi sampai di perbatasan dengan ibukota!" katanya dalam hati.
Tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang menarik bajunya. Penjaga pintu? Rasanya bukan mereka kan sudah jauh di belakang. Tunggu, tangan ini jangan-jangan... Levi? Zoe membalikkan badannya dan ternyata kecurigaannya benar, orang yang menarik bajunya adalah Levi. Ini adalah yang ke 380 kalinya dia ketahuan.
Tanpa berkata apapun, Levi langsung menggendong Zoe. Romantis? Tentu saja tidak. Lebih mirip menggendong karung beras. Levi tidak masalah dimarahi oleh raja karena perlakuannya terhadap Zoe, ia hanya ingin Zoe belajar untuk menyesali perbuatannya. "Levi! Turunkan aku! Levi!" teriak Zoe. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan ini? Hah!"
Zoe memukuli pundak dan punggung Levi. Namun, tetap saja tidak ada respon dari Levi. Akhirnya, Levi menurunkan Zoe di depan pintu istana. Levi langsung membawa Zoe ke ruangan milik raja. "Yang Mulia, Putri Zoe berniat kabur," katanya dengan serius.
Raja mendelik ke arah Zoe, sepertinya ia akan marah lagi. "Zoe, sudah berapa kali kukatakan, jangan keluar sendiri. Tadi pagi pun aku baru saja mengatakannya."
"Tapi... Aku hanya ingin berjalan-jalan di pasar," kata Zoe sedikit ketakutan. "Kumohon, ayah. Rasanya begitu membosankan bila aku terus berada di sitana. Aku ingin sekali pergi ke luar. Di sana banyak hal yang menarik dan bisa kupelajari. Bukankah ini juga demi masa depanku?"
Raja tidak dapat membalas perkataan putrinya itu. Ia begitu pintar mencari alasan yang tepat. "Baiklah, kali ini kau boleh keluar istana dengan syarat..." belum sempat sang raja menyelesaikan kata-katanya Zoe sudah menyahut "Apa itu? Kalau ditemani para penjaga lagi aku tidak mau! Lebih baik aku berada di dalam kamar seumur hidupku dan tidak akan keluar sampai ayah mengijinkanku pergi sendiri."
Perkataan Zoe kali ini sudah benar-benar keterlaluan. Kalau dia bukan penerus keluarga, sang raja pasti sudah berteriak "Kurang ajar!" Akan tetapi, karena kasih sang raja yang begitu besar terhadap putrinya itu, ia mengijinkannya pergi dengan syarat "Kau boleh pergi, tetapi harus menyamar dan ditemani oleh Levi."
Zoe sedikit marah, "Kenapa aku harus bersama Levi?"
Sang raja melirik ke arah para prajurit penjaga, "Atau kau mau ditemani dengan mereka?" tanyanya.
Zoe sedikit kesal, "Cih... Baiklah."
.
.
.
"Waaaa... Asiknya!" kata Zoe riang. Setelah 380 kali mencoba, akhirnya ayahnya membolehkannya untuk pergi berjalan-jalan ke ibukota. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia tidak ingin pergi bersama Levi.
Zoe berlari sepanjang perjalan dengan harapan Levi akan kelelahan dan membiarkannya berjalan sendiri. Tetapi, tetap saja Levi bisa mengejarnya. Ia prajurit jadi sudah biasa latihan fisik yang berat. "Kau jangan coba-coba kabur dariku," kata Levi ketus.
"Iya, iya. Aku tahu, kok!" kata gadis bermata cokelat itu. Zoe benar-benar kesal dengan Levi. Ia tak pernah membiarkannya bebas. "Cih... Padahal aku ingin jalan sendirian. Denganmu sama sekali tidak menyenangkan, pendek." Zoe mengomentari proporsi tubuh Levi yang pendek itu.
Levi menatap Zoe dengan pandangan yang dingin. "Tch. Meskipun aku ini hanyalah seorang prajurit, bukan berarti kau boleh mengataiku macam-macam, kacamata," katanya ketus.
Merasa dirinya telah dihina, Zoe membentak Levi "Meskipun penglihatanku ini kurang jelas dan harus memakai kacamata, tapi aku juga seorang putri. Ingat itu! Aku bisa saja menyuruh ayah untuk menghukummu!" Zoe malanjutkan kata-katanya "Aku cuma ingin bebas, itu saja!"
Setelah itu, mereka sama sekali tidak berbicara satu sama lain. Suasana di pasar kota begitu ramai, mereka terpaksa berjalan diantara kerumunan orang banyak. Zoe memanfaatkan keadaan ini untuk kabur. Dia segera mempercepat langkahnya dan pergi menjauh dari Levi.
"Semoga saja dia tidak bisa mengikutiku," kata Zoe dalam hati. Zoe menengok, Levi tidak mengikutinya. "Yes! Sepertinya aku berhasil kabur, hihihi..." katanya senang. Dia segera berlari keluar dari kerumunan itu dan pergi menjauh dari pasar. Zoe berjalan terus, menelusuri setiap jalan yang ada.
"Ke mana, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Zoe melihat ke sekelilingnya. Tak jauh dari tempatnya berada sekarang, ada sebuah sungai. "Ah, ke sana saja!"
Zoe segera berlari menuju sungai itu. Sungai itu cukup dangkal dan tidak terlalu banyak ikannya. Zoe segera melepaskan sepatunya dan berniat masuk ke dalam air. Tapi kemudian dia mendengar suara seseorang yang tidak asing di telinganya. "Hoi."
"Eh? Suara ini... Levi?"
Zoe menoleh, ternyata memang benar Levi. Dia berkeringat, kelihatannya sedikit dia sedikit kewalahan ketika mengerjarnya. "Kau mau main di situ? Aku tidak mau tanggung kalau kau sakit nanti," katanya.
Zoe kesal, "Cih, kenapa sih kau selalu mengikutiku? Lalu kau juga melarangku melakukan ini, melakukan itu. Memangnya kau itu si–"
"Aku yang bertugas menjagamu." Levi mendekati Zoe, "Kalau kau melakukan hal-hal yang aneh, itu menyusahkanku."
"Tapi kan, aku hanya ingin be–"
"Kau ingin bebas seperti ikan-ikan kecil itu, kan?" tanya Levi. Zoe melihat ke dalam air, ia melihat betapa bebasnya ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Ada sebuah ikan kecil yang berenang bebas, tetapi kemudian di belakangnya ada sebuah ikan yang lebih besar yang sedang mengejarnya.
Levi melanjutkan perkataannya, "Kau lihat ikan yang kecil itu? Dia dikejar oleh seekor ikan yang lebih besar dan sebentar lagi dia akan dimangsa olehnya. Sama sepertimu, kau ini seorang putri, kalau kau berkeliaran dengan bebas tanpa penjagaan, para musuh pasti akan mengincarmu. Dan kalau kau sampai terbunuh, ayahmu pasti akan sedih. Kau mau semua itu terjadi?"
Zoe terdiam, ia merasa perkataan Levi itu ada benarnya juga. Levi kembali berkata "Dan sama seperti ikan kecil itu, meskipun kau hanyalah bagian yang kecil di dunia ini tetapi kau memiliki pengaruh yang besar. Kau ini seorang putri, kau akan menikah dan melahirkan keturunan raja yang baru. Kalau kau sampai terbunuh, garis keturunanmu akan terputus karena kau adalah satu-satunya putri dari kerajaan ini. Untuk itu, melindungimu adalah prioritasku. Suka tidak suka aku harus selalu ada berada di sisimu. Kau mengerti?"
Zoe kembali terdiam, kemudian mengangguk. "Kau benar. Selama ini aku tidak pernah memikirkannya. Aku ini egois, hanya mementingkan diriku sendiri saja. Aku tidak pernah menurut perkataan ayahku. Aku benar-benar menyesal," katanya.
"Bagus."
.
.
.
Mereka berdua berjalan kembali menuju ke istana. Langit hari ini cukup mendung. Levi berharap hujan tidak akan turun sebelum mereka sampai di istana. Mereka terus berjalan. Di sebuah perempatan, Zoe melihat sebuah toko kecil yang menjual permen dengan berbagai macam bentuk yang imut. Sebagai seseorang yang gemar manis-manis, ia langsung minta dibelikan Levi. "Levi! Aku lupa bawa uang. Kau bawa, kan? Aku mau itu. Boleh, ya? " pintanya.
Levi mengangguk. Sebenarnya, ia ingin kembali lebih cepat agar mereka tidak kehujanan. Namun, apa boleh buat? Ini permintaan tuan putri. Mereka berdua langsung menuju ke toko itu.
"Aku mau yang ini, ini, dan yang itu. Berapa semuanya?" tanya Zoe dengan mata berbinar-binar.
"Sepertinya nona sangat suka makanan yang manis, ya. Semuanya 10 koin perak," kata sang pemilik toko tersebut. Levi menyerahkan 10 koin perak kepada orang itu. "Terimakasih. Kekasihmu itu sangat suka makanan manis, awasi dia jangan sampai gendut. Hihihi..." kata pemilik toko itu.
Muka Zoe memerah, "Bu-bukan... Levi itu pe–" belum sempat Zoe menyelesaikan kata-katanya tangan Levi sudah menutup mulutnya. "Maaf, tetapi aku ini kakaknya dan tentu saja aku akan mengawasinya," kata Levi sambil berjalan ke luar. Sesampainya di luar, Levi langsung melepaskan tangannya dari mulut Zoe.
Zoe terengah-engah, "Ka-u... apa yang kau lakukan..."
"Kalau aku tidak menutup mulutmu, kau bisa berkata macam-macam dan akhirnya penyamaran kita ketahuan." Yah, perkataan Levi memang benar. Kalau dia tidak menutup mulut Zoe, Zoe pasti akan mengatakan bahwa Levi adalah penjaganya. Bisa-bisa pemilik toko itu menganggap bahwa tuan putri Kerajaan Titania sedang berjalan-jalan berdua bersama seorang pria. Hal itu bisa menjadi rumor yang mencemarkan nama baik putri, meskipun kenyataannya mereka memang hanya berdua.
Langit semakin mendung. Bunyi gemuruh sudah mulai terdengar dari langit. Sebentar lagi pasti akan hujan. Levi dan Zoe berlari, mereka berharap dapat sampai ke istana tanpa kehujanan. Namun, karena jarak menuju istana masih cukup jauh mereka tetap kehujanan. Levi melihat sebuah tempat yang tidak terkena tetesan hujan, ia memutuskan untuk berteduh di tempat itu.
"Untung saja kita hanya kehujanan sedikit," kata Levi. "Dingin..." Zoe menggigil. Tiba-tiba Zoe merasakan ada sesuatu yang menyelimuti badannya, sebuah mantel berwarna hijau dengan lambang Sayap Kebebasan, lambang tentara Kerajaan Titania. "Pakai saja itu, untung aku membawanya."
Hangat. Mantelnya begitu hangat.
Zoe melihat ke arah Levi, sepertinya ia juga kedinginan. Kemudian, ia menyelimuti tubuh Levi dengan sebagian mantel itu. "Kita pakai berdua saja," katanya. Tubuh mereka bersentuhan. Zoe dapat merasakan suhu tubuh Levi. Ia juga dapat merasakan betapa kekarnya tubuh Levi. Zoe sedikit berdebar, ini pertama kalinya ia bersentuhan dengan laki-laki. Ya, bagaimana pun juga Levi adalah laki-laki.
"Sampai kapan hujannya akan berhenti," kata Levi.
Zoe terdiam, dia masih berdebar memikirkan hal tadi.
Levi mendekatkan wajahnya pada Zoe. "Kau masih kedinginan?" tanyanya lagi.
"Ti-tidak.."
.
.
'Kenapa... Aku merasa berdebar seperti ini, ya?'
.
.
.
Yosh! This is my second fanfic!
Yah... masih Snk dan tentunya Levihan (lagi suka banget sama Levihan). Jujur, aku lebih puas sama yang ini daripada yang pertama. Hehehe...Kalau berkenan baca juga ya yang pertama judulnya Hate or Like.
Ini bener-bener ff yang butuh perjuangan. Pas pertama aku kasih tau temen, katanya nih ff kok kaya Yona padahal aku sama sekali ga pernah baca Yona. Udah berapa kali ide ceritaku mirip sama orang -_- Ya udah terus akhirnya aku ubah alurnya (sumpah cape banget ngubahnya). Akhirnya, jadilah fanfic ini! Jeng! Jeng! Jeng!
Makasih buat Lisa-chan sang editor (sumpah lu cocok banget jadi editor). Makasih juga udah kasih tau itu tuh alhasil kuubah banyak hahaha... Makasih buat Kiki-chan, sama Rei-chan yang udah bantuin sumbangin ide. Tanpa kalian ff ini ga akan pernah bisa tertuang dalam bentuk tulisan (cuma di otak aja hehehe). Dan...
Makasih buat semua orang yang baca ff ini! Aku tau masih banyak kekurangan, tapi aku udah berusaha sebisa mungkin hehehe... Sorry kalau ada typo.
Kritik dan saran? Please review.
Or maybe fav? Hahaha...
