I Just Wanna Say, Thank You

Cast : Oh Sehun, LuHan

Genre : Crime, Angst/Hurt, Genderswitch

Don't Like Don't Read

.

.

The beginning of story

.

.

.

.

"Namanya adalah Luhan. "

Laki-laki berkulit putih pucat itu membolak-balik dokumen yang ada di tangannya. Ekspresinya begitu datar dan dingin. Membuat siapapun yang melihatnya akan bergidik ngeri. Ditambah dengan beberapa tindikan di telinganya, serta tattoo yang ada di lehernya membuat orang-orang berpikiran kalau ia adalah bad boy.

Sebenarnya, ia lebih dari sekedar bad boy. Sebut saja dia adalah pembunuh bayaran.

"Dia adalah target kita. Keluarganya begitu kaya raya, tapi membuang gadis ini hanya karena dia cacat. Dia buta."

Ia mengangkat wajahnya dengan segera saat orang yang ada di hadapannya mengatakan kalau gadis incaran kelompoknya sekarang adalah gadis buta.

"Kenapa? Apa kau merasa tidak tega untuk membunuhnya, Sehun?"

Laki-laki bernama Sehun itu menutup map yang berisi dokumen tentang gadis yang bernama Luhan. Ia menatap tajam pada Kris –rekan kerjanya. Kris sedikit menciut melihat tatapan tajam Sehun. Tatapan itu begitu tajam dan dingin, seolah akan menusuknya hanya dengan kedua bola mata.

"Untuk apa? Bahkan aku sudah membunuh begitu banyak makhluk tidak bersalah dengan tanganku sendiri. Hanya untuk mendapatkan uang dan segala harta benda yang membuat kita begitu kaya." Jawabnya santai. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mengangkat kakinya ke atas meja.

Kris terkekeh. Jawaban Sehun terdengar begitu tidak berprikemanusiaan. Yeah, itulah Sehun. Sikap Sehun yang begitu kejam dan tidak takut terhadap apapun membuat Kris senang karena ia menjadi rekan kerjanya.

"Baiklah. Kau bisa menemuinya besok di rumah sakit jiwa Jongdu. Kau tidak perlu khawatir, dia selalu sendirian. Tidak ada satupun keluarga yang datang menjenguknya, termasuk orang tuanya. Semakin cepat kau bereskan dia dengan tangan dinginmu itu, semakin cepat pula kita menerima imbalan yang kita mau." Jelas Kris. Laki-laki beralis tebal itu menyalakan rokoknya dan menghisapnya dengan perlahan.

"Kau bisa serahkan semuanya padaku. Kau tidak perlu membantu." Sehun mengambil segelas alkohol yang ada di mejanya lalu menyesapnya.

Kris mendelik kearah rekan kerjanya itu. "Yeah, aku tahu kau sangat bisa di andalkan, sobat."

Sehun hanya terdiam. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Sibuk memikirkan rencana untuk membunuh gadis buta yang bernama Luhan.

.

.

.

.

Gadis itu duduk di atas ranjang rumah sakit. Tubuhnya yang kurus itu dibalut pakaian serba putih milik rumah sakit. Tangannya menggenggam setangkai mawar putih yang ia ambil dari vas bunga di atas nakas. Ia menyentuh satu persatu kelopak bunga mawar putih itu sambil tersenyum.

"Banyak orang yang mengatakan kau begitu indah untuk di pandang. Apa itu benar?"

Karena begitu kesepian, gadis yang bernama Luhan itu selalu mengajak berbicara benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia selalu mengatakan hal-hal yang sama. Kenapa ia harus melihat semua warna gelap saat ia membuka ataupun menutup matanya. Dia ingin sekali melihat warna warni dunia, ia sangat penasaran melihat indahnya dunia seperti yang dikatakan neneknya dulu. Tapi sayangnya ia tak pernah mempunyai kesempatan.

Hidup sebatang kara di rumah sakit jiwa selama bertahun-tahun. Orang tuanya begitu kejam membuangnya kemari, hanya karena ia buta dan ia selalu berbicara sendiri. Orang tuanya menganggapnya mempunyai gangguan jiwa. Padahal, yang ia butuhkan hanya kasih sayang dan perhatian kedua orang tuanya. Sayangnya, mereka lebih menyayangi pekerjaan mereka dan mengurus harta mereka yang begitu berlimpah, dibandingkan mengurus harta yang sangat berharga, yaitu anaknya.

Ia bangkit dari ranjangnya. Dengan menggunakan tongkat hitam yang selalu ia bawa, ia berjalan sedikit tertatih menuju jendela. Ia menempelkan jari-jarinya pada jendela yang begitu dingin. Lagi-lagi ia tersenyum.

"Apa menikmati musim panas di luar menyenangkan? Bagaimana rasanya melihat salju?"

"Rasanya sama sekali tidak menyenangkan."

Gadis itu terkesiap. Jawaban itu bukan jawaban yang ia lontarkan. Ia mendengar suara berat laki-laki di kamar perawatannya, bukan juga suara perawat yang sudah ia hafal di luar kepala. Ada seseorang yang datang mengunjunginya.

Luhan tersenyum, ia membalikkan tubuhnya dan merentangkan tangannya. Meraba, dan mencari dimana sosok itu berada.

.

.

Di ambang pintu, Sehun berdiri mematung dengan pisau lipat yang ada di genggamannya. Sesuatu membuat hati dan keteguhannya menjadi goyah. Melihat gadis itu –Luhan membuat hatinya terenyuh.

Gadis itu mirip sekali dengan Ibunya yang sudah meninggalkannya sejak umur tujuh tahun. Wajahnya begitu cantik meskipun terlihat pucat, sepasang mata rusanya yang menyiratkan keteduhan, dan bibirnya yang tak henti-hentinya mengulum senyuman manis. Semua itu mengingatkannya pada mendiang Ibunya.

"Siapa disana?"

Sehun tersadar dari lamunannya. Pisau lipat tadi ia simpan di dalam jaket kulit hitamnya. Ia berjalan mendekati Luhan dan menggenggam tangan gadis itu yang masih sibuk mencari dimana orang yang mengunjunginya berada.

"Ka –kau disini?" Tanya Luhan. Luhan merasakan dingin yang begitu hebat pada tangannya. "Apa di luar sedang turun salju? Kenapa tanganmu begitu dingin?" Luhan mengelus tangan Sehun berkali-kali hingga Sehun merasakan hangat di tangannya.

"Di luar sedang tidak turun salju. Lagipula, ini bukan musim dingin." Jawab Sehun. Ia menuntun Luhan untuk duduk di atas ranjangnya.

Setelah itu, Sehun kembali diam. Ia begitu sibuk mengamati wajah cantik Luhan. Ada sinar kebahagiaan terpancar dari mata Luhan. Entah kenapa, saat menatap kedua mata Luhan, Sehun melupakan tujuannya datang kemari.

"Kau masih ada disini 'kan?" Ucap Luhan. "Aku sangat senang karena ada orang yang datang mengunjungiku. Kau siapa? Apa kau adalah teman dari orang tuaku?"

"Bukan. Aku adalah perawat baru di rumah sakit ini." –Bohong Sehun.

Kebahagiaan yang terpancar itu tiba-tiba saja memudar, digantikan dengan raut sedih yang begitu memilukan jika dilihat. Luhan tersenyum tipis.

"Ah, kurasa memang tidak ada satupun orang yang ingin bertemu denganku."

Sehun memicingkan sebelah matanya. Dia ingin bertanya, tapi ia memutuskan untuk diam. Menunggu kata-kata selanjutnya yang akan keluar dari bibir tipis Luhan.

"Aku…begitu kesepian disini. Tidak pernah ada teman atau keluargaku yang berkunjung kemari. Bertahun-tahun aku hidup disini, sangat membosankan." Lagi-lagi Luhan tersenyum, membuat Sehun heran apa gadis yang di hadapannya ini sedang bersedih atau bahagia?

"Kukira kau adalah teman atau salah satu keluargaku. Tapi kau hanya seorang perawat baru di sini. Yah, seharusnya aku tidak boleh berharap begitu banyak."

Nada suara itu terdengar menyakitkan bagi Sehun. Hatinya yang begitu kejam dan dingin seperti diketuk oleh Luhan. Meluluhkannya begitu cepat bagaikan sebuah sihir.

"Siapa namamu?" Tanya Luhan.

"A –aku..aku Oh Sehun."

"Namaku Luhan. Senang berkenalan denganmu, Sehun."

Setelah perkenalan singkat itu, mereka terdiam lagi. Sehun sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Luhan kembali berbicara dengan bunga-bunga.

Sehun bisa menyimpulkan kalau Luhan sangat ingin melihat dunia. Luhan selalu berbicara kalau dunia itu begitu indah, padahal menurut Sehun dunia itu sangat kejam. Begitu banyak orang-orang munafik dan serakah di dalamnya. Ponsel Sehun yang bergetar di balik jaketnya ia abaikan. Ia yakin itu adalah telepon dari Kris. Yang ingin menanyakan apakah gadis di hadapannya ini berhasil disingkirkan atau tidak.

Sehun tidak biasanya seperti ini. Ia terkenal pembunuh yang begitu kejam dan sadis, yang tidak akan tergoyahkan hanya karena sebuah cerita menyedihkan. Tapi ini berbeda, melihat gadis rapuh yang kesepian di hadapannya, membuat pikirannya kacau seketika, membuat tujuannya datang kemari menjadi terbalik.

Entah kenapa, Sehun berniat ingin melindungi Luhan.

.

.

.

.

TBC/Delete?

A/N : oke gue tau ini ceritanya gajelas, entah kenapa tbtb pen bikin ff hunhan yang macem gini…tiba2 saja terlintas pikiran seperti ini~ maaf kalo ada kesamaan cerita, tp ini murni pemikiran gue hehe. Oke gamau banyak omong, cucian gue msh numpuk/? lanjut/tidak nya cerita ini tergantung keputusan kalian xD