Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Romance

Pair : Haruno Sakura, Uchiha Sasuke

Warning : Typo bertebaran dimana-mana ^^

Sraak...seseorang membuka paksa kelambu, membuat sinar mentari yang telah naik kesinggahsananya masuk melalui sela-sela kelambu yang baru setengah terbuka.

Seorang gadis bersurai merah muda mengeliatkan badannya ketika sinar mentari jatuh tepat di pelupuk matanya. Gadis cantik itu mulai mendesah sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya.

"Ohayou Sakura-Chan" seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersenyum pada gadis yang tengah mengerjap-ngerjapkan matanya mencoba mengumpulkan semua kesadaranya yang entah pergi kemana semalam tadi. Gadis yang dipanggil Sakura itu duduk di tepi ranjangnya sambil sesekali menguap.

"Ayo bangun, Mama sudah menyiapkan sarapan untukmu, kau tak mau terlambat pergi sekolahkan?" Sakura mengangguk sambil tersenyum. Sakura bangkit dan melangkah mendekati ibunya. Di kecupnya pipi kanan milik ibunya dan segera berlari kecil menuju kamar mandi yang tersedia di dalam kamarnya yang sangat luas.

"Jangan terlalu lama berdandan sayang, Papamu sudah menunggu di bawah" teriak wanita paruh baya yang bernama Mebuki. Setelah selesai berpakaian dan menorehkan sedikit bedak serta lipice pada bibir mungilnya Sakura segera turun ke ruang makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Ohayou Papa" sebelum duduk di mejanya Sakura kembali mencium pipi Mebuki dan tak lupa Kizashi, ayahnya.

"Ayo cepat habiskan sarapanmu" Mebuki tersenyum lembut.

"Rok mu terlalu pendek Sakura dan mengapa hari ini kau memakai atasan tanpa lengan seperti itu, Papa tidak mau kalau semua anak laki-laki menatapmu" Kizashi melipat koranya dan segera menyentuh makananya.

"Papa, ini namanya mode, semua anak di sekolahku memakai rok seperti ini bahkan ada yang lebih pendek dariku, lagipula aku juga akan memakai blazer"

"Terserah kau saja, sekolah mode memang merepotkan" Mebuki hanya terkekeh mendengar perdebatan antara suami dan anak semata wayangnya itu.

Sakura melirik jam tangannya dan segera mengenakan blazernya kemudian bangkit dari kursinya. " Aku berangkat dulu, Pein sudah menungguku. Aku sayang kalian" Segera berlari menuju pintu keluar. "Hey Sakura, jangan pacaran dengan pemuda tidak jelas seperti dia" teriak Kizashi sebelum Sakura pergi keluar.

"Kami hanya berteman Papa" balas Sakura.

"Sayang, putri kita sudah beranjak remaja sekarang, jangan terlalu over protectif padanya" Ucap mebuki sambil membenarkan letak dasi milik Kizashi. "Justru itu, kau tau kan remaja sekarang susah diatur. Aku tak mau putriku satu-satunya bergaul dengan pemuda yang berpenampilan tidak jelas seperti Pein." Lagi-lagi Mebuki hanya terkekeh.

"Aku berangkat dulu" Kizashi mengecup singkat dahi Mebuki. "Hati-hati dijalan, jangan pulang terlambat"

.

.

.

Sakura Prov..

Perkenalkan namaku Haruno Sakura beberapa bulan lagi umurku genap 17tahun. Saat ini aku duduk di bangku kelas dua sekolah kejuruan yang terkenal di Konoha, impianku menjadi seorang desainer yang terkenal. Papaku sempat menentangku ketika aku ingin masuk kesini dan menyuruhku masuk ke Konoha International High School, tapi berkat rengekan dan airmata buayaku, akhirnya Papa setuju aku belajar di sini.

Di sekolah aku memiliki tiga orang sahabat yang sangat aku sayangi yaitu Konan dan Tenten serta seorang lagi bernama Pein, seorang pemuda yang terlihat seperti preman, dengan beberapa percing diwajah dan telinganya. Aku, Konan dan Tenten saatu juran yakni kostum desain sedangkan Pein jurusan musik. Sejak awal Pein selalu mengejar-ngejarku dan memintaku untuk jadi kekasihnya tapi aku hanya menganggap semua itu sebagai gurauan karena aku lebih menyukainya sebagai sahabat dari pada kekasih.

"Sakura!" Teriak Tenten ketika aku baru saja turun dari motor sport merah milik Pein. "Ohayou Tenten, Konan" "Ohayou Sakura, Pein. Hari ini kau cantik sekali Sakura" puji Tenten sambil memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Murid-murid di sekolahku boleh berpakaian bebas setiap hari, sekolah tak memiliki aturan khusus terhadap gaya berbusana kami yang terkadang semaunya sendiri.

"Kau juga seperti biasa Pein, selalu terlihat tampan" Konan mengedipkan sebelah matanya pada Pein. "Ck aku tak mau mendengar pujian darimu, hey sayang kau tak mau memuji ketampananku?" Pein melingkarkan lengannya pada bahuku dengan gemas aku mencubit perut sixpack milik Pein. "Jangan genit seperti itu Pein, sahabat tidak boleh saling menggoda" aku sedikit mengacak-acak ujung rambut Pein sambil terkekeh, Pein hanya mendengus pelan.

Tak lama bel tanda masuk berbunyi dengan nyaring, aku langsung mengajak ketiga sahabatku itu untuk masuk kedalam kelas.

"Sakura, hari ini aku ada kencan, bisakah aku meminjam highheel mu yang pekan lalu baru saja kau beli?" ucap Konan penuh harap. Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan permintaan Konan dan dibalas dengan pelukan oleh Konan. "Bukankah minggu lalu kau baru saja meminjam flatshoes milik Sakura?" celetuk Tenten.

"Maafkan aku Sakura kemarin ibuku mencucinya dan tidak sengaja merusaknya, aku akan menabung untuk menggantinya. Mungkin akan memakan waktu yang cukup lama mengingat harganya yang mahal" Konan tertunduk lesu. "Tak apa Konan, kau tak perlu menggantinya, aku tak mau membebanimu" Konan tersenyum lebar mendengar ucapanku sedangkan Tenten hanya mendecih melihat tingkah Konan. Tentu saja aku kecewa, terlebih mengingat perjuanganku yang harus menyisihkan sebagian uang jajanku setiap hari untuk membeli sepatu edisi terbatas yang sekarang menurut Konan sudah rusak. Tapi mau bagaimana lagi aku tak mau membebani teman-temanku, dan asalkan mereka bahagia, aku mau melakukan apapun untuk mereka.

"Bagaaimana kalau pulang sekolah nanti kita makan di cafe baru yang ada di dekat stasiun? Aku dengar pasta di sana sangat enak" ucap Tenten tiba-tiba.

"Kau mau makan atau melihat Neji, kekasihmu yang bekerja disana" celetukku, wajah Konan mendadak memerah.

"Baiklah kita makan disana sepulang sekolah nanti" "Kalian saja, sepertinya aku tak membawa dompetku hehe" Konan tertawa kecil di ujung ucapanya.

"Jika tidak ada kau, tidak akan ada sumber gosip, tenang saja, aku yang traktir" ucapku gembira.

Tak lama Anko Sensi masuk dan memulai pelajaran.

.

.

.

Normal prov...

"Hidan-San tolong ke stasiun dulu, aku ingin makan disana" ucap Sakura pada supirnya. "Baik Nona Sakura". Hidan segera melesatkan mobil menuju ke stasiun yang jaraknya luman jauh dari sekolah Sakura.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah cafe yang tidak begitu besar namun terlihat sangat nyaman. Dicafe itu banyak sekali siswa Konoha International High School karena memang jaraknya hanya satu kilometer dari sekolah itu.

Sakura segera masuk dan duduk di meja yang berada didekat kasir. Seorang pemuda tampan yang terlihat sangat lembut menghampiri mereka. "Permisi nona-nona, mau memesan apa?" ucap pemuda dengan senyum yang menawan itu.

"Aku memesan hatimu, bisa tolong bawakan kemari?" celetuk Konan. "Maaf nona, itu tidak ada pada menu kami" pemuda itu tetap memasang senyuman pada wajah tampanya.

"Tenten? Kau datang? Sai biar aku saja yang mencatat pesanan mereka" "Baiklah terima kasih Neji" pemuda bernama Sai itu kemudian pergi kedalam ruang staf.

"Kau mau pesan apa Tenten?" Neji tersenyum tipis pada Tenten, wajah Tenten Samakin memerah di buatnya. Setelah mencatat pesanan mereka Neji bergegas menuju ke dapur.

"Sepertinya dia datang kemari hanya untuk mengawasi kekasih barunya itu, bagaimana menurutmu Sakura?" Sakura hanya terkekeh menanggapi perkataan Konan. Kekehan Sakura berhenti ketika seorang pemuda yang sangat tampan duduk di belakang meja kasir. Melihat pemuda itu entah mengapa membuat jantung Sakura berdegup sangat cepat. Matanya tak bisa berpaling dari wajah pemuda berambut Raven itu.

"Aku keluar sebentar untuk merokok" Konan bangun dari duduknya dan melangkah keluar dari ruangan. "Dasar, kurangi rokokmu, atau kau tidak akan punya anak" celetuk Tenten. Konan duduk di salah satu di sebelah seorang nenek yang terlihat sedikit linglung.

Setelah menghabiskan dua batang Rokok, Konan bangkit dan melangkah menuju pintu masuk. Sebelum masuk nenek yang duduk di sebelah Konan menghentikan langkah Konan dan memegang lengan Konan. "Tunggu, apakah aku boleh minta tolong? Tolong sebrangkan aku , aku ingin kestasiun tapi aku tak bisa menyebrang lalu lintas terlalu padat" nenek itu tersenyum penuh harap pada Konan.

"Ciih merepotkan sekali, aku sibuk, cari orang lain" dengan kasar Konan menghempaskan tangan nenek tersebut. "Tolonglah, sebentar lagi keretaku datang, dan disini tidak ada orang lain selain kau" nenek itu masih saja tersenyum.

"Dengarkan aku orang tua, aku lelah seharian belajar di sekolah, sekarang harus bertemu nenek tua yang merengek meminta ini dan itu. Siapa suruh kau datang kemari, lagi pula bukan urusanku kalau kau ketinggalan kereta." "Tapi nona, sebentar saja."

"Jangan manja! Lakukan sendiri , aku sibuk!" bentak Konan yang kemudian masuk kedalam. Nenek itu terlihat sangat kaget dan sedih, dia kembali duduk di bangku sambil terus menoleh kekanan dan kiri.

Melihat itu pemuda yang sedari tadi di perhatikan Sakura bangkit dari duduknya dan keluar ruangan. Hal itu membuat Sakura sedikit terkejut dan kecewa. Pemuda itu melirik pada Konan dengan tajam, ketika mereka berpapasan. Tak lama pemuda itu membantu sang nenek untuk berdiri dan menuntunya hingga keseberang jalan. Nenek itu terlihat senang dan berkali-kali berterima kasih.

Setelah selesai makan, Sakura segera berjalan ke meja kasir dimana pemuda itu tengan sibuk berkutat dengan buku pelajaran. "Aku akan membayar tagihan untuk meja nomor 10" pemuda itu menutup bukunya dan mengambil bill. "Uchiha Sasuke, Konoha International High School ya" gumam Sakura sangat pelan ketika membaca sampul buku yang baru saja di letakan oleh sang pemuda, namun bisa di dengar oleh orang yang ada di depannya. "Maaf?" Pemuda bernama Sasuke itu mengangkat kedua alisnya. "Aku tak mengatakan sesuatu, jadi berapa tagihanya?" Sasuke menyerahkan bill pada Sakura dan Sakura menyerahkan beberapa lembar uang pada Sasuke.

Setelah selesai membayar, mereka bertiga akhirnya keluar. "Aw.. anjing" teriak Tenten ketakukan. "Kau berisik sekali Tenten, ini hanya anak anjing liar" Konan yang risih melihat Tenten akhirnya sedikit menendang anak anjing itu agar menjauh. Anak anjing berwarna coklat muda itu jatuh dan tersungkur ditanah, Sakura yang yang iba segera mengangkat anak anjing itu dan membersihkan tanah pada badannya. "Sakura kau jorok, cepat letakan"cibir Konan. Dengan lembut Sakura meletakan anak anjing itu yang kemudian segera berlari menuju gang sempit disebelah cafe.

"ck..ck..ck Akamaru, dimana kau, aku bawakan makanan untukmu" seorang pemuda keluar dari pintu samping cafe sambil membawa beberapa potong sosis dan daging. "Disini kau rupanya, kenapa badanmu kotor, dan sepertinya kau kesakitan" pemuda bernama Sasuke itu mengangkat dan membelai tubuh anak anjing itu.

Sakura hanya bisa tersenyum manis melihat tingkah pemuda yang mendadak dikaguminya dari kejauhan. Tidak Cuma tampan, ternyata kau juga baik Sasuke-kun, batin Sakura.

.

.

.

Tiga orang gadis nampak tengah asik berbincang di depan pintu gerbang Konoha International High School. Seorang gadis berambut merah muda nampak sangat pucat menahan gugup dengan tangan kanan memengan sepucuk surat berwarna merah muda.

"Kau yakin pemuda itu akan menerimaku?" tanya Sakura ragu sambil terus merapikan rambutnya.

"Tenang saja, walaupun kalian belum saling kenal, aku yakin kalian bisa jadi pasangan yang sempurnya. Aku sudah mengumpulkan informasi tentangnya dari Neji, yang jelas dia belum punya pacar, jadi kemungkinan besar kau kan diterima" celoteh Tenten.

"Sakura, itu dia orangnya, cepat siapkan suratamu" celetuk Konan, Sakura mengangguk pelan.

"Uchiha-San aku..aku membuat surat untukmu tolong di baca. Ah, nama... namaku Haruno.." Sasuke hanya melirik pada Sakura, lirikanya berpindah pada Konan. Diliriknya Konan denan tajam. "Cih dasar gadis-gadis sombong, aku tak sudi membaca suratmu." Seketika Sakura menjatuhkan Suratnya yang kemudian diinjak oleh Sasuke.

Liquid bening mulai meleleh ke pipi Sakura, mengingat dirinya sama sekali berlum pernah di tolak.

.

.

.

"Sakura, aku benar-benar menyukaimu, jadilah kekasihku. Aku berjanji akn selalu membahagiakanmu Sakura" Pein menggenggam erat tangan Sakura sambil menatap kedua mata emerald milik gadis berambut merah muda itu.

"Tapi Pein, aku hanya menganggapmu sebagai sahabat tak lebih dari itu, aku tak mau persahabatan kita rusak hanya karena kita berpacaran" sebisa mungkin Sakura berkata halus agar tak menyakiti Pein yang kini berlutut di hadapanya.

"Perasaanku padamu lebih dari seorang sahabat, kau tak mau mencoba memberiksan kesempatan untuku Sakura?"

"Aku..aku tak bisa Pein, aku tak mau membohongi diriki sendiri dan aku tak mau menyakitimu. Bangunlah, jangan seperti ini"

"Baiklah, tapi ingatlah Sakura, aku tak akan menyerah untuk mendapatkan hatimu" Pein bangkit dan tersenyum pada sakura. "Maafkan aku Pein"

"Tak perlu minta maaf sayang, aku akan buktikan padamu bahwa aku sungguh-sungguh." "Pein..." "Jangan sedih seperti itu Sayang, aku tak apa aku sudah berkali-kali ditolak olehmu, jadi aku sudah sedikit kebal. Baiklah aku kembali ke kelas dulu, nanti aku akan kemari lagi." Tak lama Pein pergi dari kelas Sakura dan kembali ke kelasnya.

"Aku rasa dia pemuda yang baik walaupun penampilanya seperti itu kurasa dia serius padamu Sakura. Tak ada salahnya memberinya kesempatan" Tenten mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tapi aku hanya menganggapnya teman, aku tak mau merusak persahabatan kita. Lagi pula sepertinya aku benar-benar menyukai pemuda itu" gumam Sakura.

"Berilah dia kesempatan Sakura, dari pada kau mengharap yang belum pasti"

"Sudahlah Tenten, kalau dia tak mau ya sudah, tidak usah dipaksakan. Nantinya malah akan menyakiti sakura dan juga Pein tentunya. Kalau Sakura tak mau dengannya , aku juga mau menampung Pein" Tenten terkekeh mendengar gurauan Konan. "Dasar kau ini" Sakura hanya bisa memajukan bibirnya.

"Baiklah aku ke toilet dulu" pamit Konan yang kemudian langsung keluar dari kelasnya. Bukanya ke toilet, Konan malah masuk kedalam UKS.

"Sudah ku duga kau di sini Pein" Konan membuka salah satu tirai, dimana Pein sedang merebahkan badanya.

"Konan, sedang apa kau?"

"Hanya ingin menjenguk pecundang bodoh yang berkali-kali di tolak oleh gadis bodoh"

"Jangan menyebut Sakura bodoh, Konan" nada bicara Pein mulai meninggi. "Ayolah Pein, kau tidak benar-benar mencintai gadis sombong itu kan? Kau hanya ingin memilikinya kan atau mungkin tidur denganya saja"

"Kaa..kau bicara apa aku? Aku tidak seperti itu, aku menyukainya"

Konan berjalan mendekati Pein dan mulai menindih tubuh Pein. "Kalau keinginanmu cuma untuk bisa tidur dengan wanita, aku bisa memberikanmu lebih. Aku benar-benar menyukaimu Pein, jadilah kekasihku, lupakan gadis bodoh itu" Konan menatap Pein dengan penuh harap. Tak lama Pein mulai menarik kepala Konan dan melumat bibir Konan.

"Konan, apa kau tidak menyukai Sakura? Apakah selama ini kau hanya berpura-pura padanya?"

"Jujur saja aku berteman denganya karena memang dia anak seorang konglomerat jadi aku juga bisa menikmati uang ayahnya. Kalau saja dia bukan orang kaya mana mungkin aku mau berteman dengan gadis bodoh seperti dia. Kau sendiri, apakan benar-benar menyukainya?"

"Entahlah, aku tak benar-benar yakin. Sebenarnya alasan pertamaku mendekatinya karena kaluarganya kaya, kalau aku menikah dengannya, masa depanku sudah terjamin. Lagi pula dia sangat cantik dan tentu saja virgin, jadi aku bisa menjadi yang pertama menidurinya ketika kita resmi berpacaran"

Tepukan tangan seseorang mengagetkan Pein dan Konan. "Hebat! Hebat Sekali ! jadi ini yang selama ini kalian berdua pikirkan tentang Sakura?! Konan ternyata selama ini kau berteman dengan Sakura hanya untuk uang? Dan kau lelaki tak berguna, ternyata aku salah menilaimu, ku kira perasaanmu pada Sakura itu tulus" bentak Tenten. "Benarkah itu semua Pein? Konan?" Sakura bergantian menatap Pein dan Konan yang hanya bisa mematung. "Kita pergi saja, tinggalkan kedua sampah ini" Tenten menarik tangan Sakura untuk pergi meninggalkann ruang UKS.

Sakura berlari menuju kamarnya dan langsung membenamkan kepalanya pada bantal. Mebuki yang melihat tingkah Sakura merasa bingung, diliriknya Tenten yang masih berada di depan pintu masuk, Tenten hanya menggeleng. Mebuki segera dia menghampiri Sakura yang tengah terisak sambil tertutup bantal. Dibelainya rambut merah muda milik Sakura. "Ada yang salah Sakura?" tanya Mebuki lembut. Sakura bangun dan langsung memeluk ibunya.

"Mama aku ingin pindah sekolah. Selama ini aku telah berkorban dan bersikap baik pada mereka, tapi ternyata meraka palsu, mereka tak sungguh-sungguh berteman denganku."

"Sayang, selesaikan masalahmu, jangan kabur seeperti ini." "Aku tak mau lagi bertemu mereka ma, hatiku sakit sekali, dia yang sudah bersamaku sejak kecil ternyata hanya ingin memanfaatkan uangku"

"Baiklah Papa akan mengatur kepindahanmu Sakura. Tenten sudah menceritakan semuanya. Kalau itu maumu , lagi pula Papa juga tidak suka kau bersekolah d sana" Sakura berlari dan memeluk Kizashi yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.

"Arigatou Papa. Tapi aku tak ingin seorang pun tau siapa aku"

"Papa akan persiapkan semuanya, minggu depan kau akan langsung masuk ke sekolahmmu yang baru. Dan Papa akan menitipkanmu pada keluarga teman Papa, dan Papa jamin di sekolahmu yang baru tidak ada orang yang akan tau siapa kau"

"Sayang, apa tidak terlalu berlebihan mengirim Sakura untuk tinggal bersama keluarga lain"

"Tidak usah khawatir mereka akan bisa menjaga Sakura" Kizashi tersenyum lembut pada istrinya yang masih terlihat cemas.

.

.

.

.

.

to be continued

yosh akhirnya fict baru lagi, semoga kalian suka, ditunggu kritik dan saranya minnaaaa \^^/