Soundless
Fandom : Naruto
Rated : T – indonesia
Genre : Romance ,Angst
Pairing : Sasori x Deidara
Warning : Yaoi,
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto-sensei. Tidak ada keuntungan materil yang diperoleh dari membuat ataupun mempublikasikan fanfiksi ini. Fanfiksi ini dibuat hanya untuk kesenangan dan penyaluran hobi pribadi.
Summary : "This Soundless is better than that emptiness."
####
Pemuda itu berdiri dan bersandar di sebuah pohon, menatap lurus ke arah danau yang tenang dihadapannya. Pemuda itu tak perduli bagaimana salju mulai turun dan tidak jarang yang jatuh ke rambut pirangnya, membuat rambut cerah itu bercampur air lelehan salju dan basah setelahnya.
Tangan bermulut itu terangkat, menangkap beberapa butir salju yang bertandang sebentar dan meleleh hilang sesudah itu tanpa meninggalkan jejak apapun meski awalnya menumpuk seperti pasir.
Mata azure-nya berkilat sejenak, sebelum bibir cerry itu terbuka. "Apa suaraku terdengar jelas sekarang, Danna ?"
Dia mengulum bibirnya perlahan. Bukan sebuah senyum bahagia atau sejenisnya, namun hanyalah sebuah senyum getir bahwa dia tahu yang sebenarnya terjadi, yang senyatanya dia alami sekarang ini. Bahwa jika dia berbicara, seseorang itu takkan mampu mendengarnya.
"Kau dapat memberitahuku kalau kau kesepian, un. Kau juga dapat memberitahuku kesakitanmu jika kau mengalami itu sekarang, un. Aku ingin mencari jalannya, untuk mengobati kesakitanmu itu, Danna."
Lirihnya lagi.
Dia tahu ini tidak lah berguna. Dia tahu bahwa percuma saja dia terus meminta Danna-nya untuk tidak meninggalkannya. Dia tahu bahwa percuma untuk meminta Sang Danna untuk tidak mengkhianatinya.
Dia tahu, bahwa semuanya hanya karena dia takut untuk sendiri lagi. Sama seperti sebelumnya ketika Danna-nya 'pergi' terlebih dahulu daripada dirinya, lalu mereka kembali bertemu lagi dengan edo tensei.
Dia ketakutan sekali dulu. Sekarangpun hal serupa kembali ia alami.
Seperti salju yang turun, Pemuda pirang itu perlahan layu karena sosok yang begitu dia 'sayangi' di dunia ini.
Sebutir air mata kembali jatuh di pipinya, dia kembali memanjatkan sebuah harapan saat dia tahu bola hazel yang dia suka telah beristirahat.
'Jika itu mungkin, bisakah aku mendengar suaramu sekali lagi, Danna ? Tolong perdengarkan padaku, un."
Pemuda itu, Deidara, tak lagi melihat putihnya salju saat ini. Semuanya berubah menjadi abu-abu. Membutakan, kabut ini benar-benar membutakan sehingga Deidara tak dapat meraihnya.
Meraih Sang Dannanya.
Meraih Akasuna no Sasori.
Meraih Sasori yang sudah tidak dapat memperdengarkan suaranya pada Deidara lagi.
Meraih Sasori yang sudah tidak dapat tersenyum pada Deidara lagi.
Meraih Sasori yang –
Tidak akan pernah dia raih. Karena Deidara telah tidak lagi memiliki tenaganya bahkan untuk melanjutkan hidup miliknya lagi.
'Aku benar-benar ingin mendengarkan suaramu sekali lagi, Danna. Membanggakan senimu, memarahiku, mengataiku berbagai hal, menceritakan banyak pengalaman yang kau lalui hmm. Kalau Tuhan bisa mewujudkan, mungkin aku akan memintaNya untuk mengambil suaraku dan memberikannya padamu bukan, un ?'
Deidara menutup kilat pedih azurenya. Dia begitu meminta dan berujar bahwa keheningan lebih baik dibanding kekosongan. Walaupun hanya dia yang tersisa di dunia yang dingin tanpa kehangatannya, Deidara akan baik-baik saja dengan suara Sasori di sini.
I'll disappear.
A/N :: Saya ga tahu ini apa. semoga suka dan gomen kalau bener-bener jelek DX
