New Story dari saya. Semoga menghibur, maaf kalau masih abal. Namanya juga belajar. Enjoy. :D /
The Protector
PART 1.
Seorang gadis berambut sebahu berdiri di tepi jalan di depan sebuah toko buku. Gadis itu mengulurkan tangannya dan tetesan air hujan pun langsung menghujam tangannya yang mulus. Sudah sekitar sepuluh menit gadis itu menunggu hujan mereda, namun yang ada volume air malah semakin bertambah. Ia melirik arloji yang tersemat di tangan kirinya lalu menatap gusar.
"astaga ! aku bisa telat kalau begini !" rutuknya.
Gadis bernama Kinal itu pun akhirnya memutuskan untuk menerjang derasnya hujan. Janji yang telah ia buat dengan seseorang yang amat penting di rumah sepertinya telah memudarkan logikanya akan sakit yang mungkin saja ia derita beberapa waktu kemudian. Kinal menutupi kepalanya dengan tasnya namun tentu saja sama sekali tak memberikan pengaruh berarti. Beberapa menit berlari ia sampai di sebuah gang sempit, tempat yang biasa ia lewati sebagai jalan pintas menuju rumahnya. Gang gelap itu sepi sehingga guyuran air yang jatuh terdengar makin keras mengiringi perjalanannya menuju rumahnya. Kinal memperlambat langkahnya, samar-samar ia seperti melihat seseorang di depan. Seorang laki-laki bertubuh tinggi yang mengenakan jaket bertudung berwarna hitam. Sekilas tak ada yang aneh pada lelaki itu, namun Kinal membelalakkan matanya ketika di sebelah lelaki itu terlihat sesosok tubuh tergeletak dengan darah yang mengalir dari dadanya dimana tertancap sebuah belati besar. Pria tadi menggenggamkan tangannya pada gagang pisau itu lalu menariknya dengan kasar hingga darah pada tubuh itu menghambur. Terdengar suara tawa dari lelaki tadi di tengah suara hujan. Kinal yang tak tahan melihat kejadian di depan matanya merasakan perutnya bergejolak mual. Kinal pun menutup mulutnya dengan tangan berusaha menahan isi perutnya supaya tak keluar dulu. Kinal mundur beberapa langkah dengan cepat sampai tak menyadari tong sampah di belakangnya, alhasil Kinal pun menabrak tong sampah itu dan menimbulkan suara yang lumayan keras. Si lelaki pembunuh tadi terkejut, ia segera menolehkan kepalanya ke asal suara dan mendapati seorang gadis berambut sebahu yang ternyata memergoki aksi biadabnya. Tanpa pikir panjang lelaki itu pun segera menuju ke arah Kinal.
"tunggu sebentar mbak, saya bisa jelaskan." Ujarnya dengan pembawaan yang tenang. Kinal yang menyadari nyawanya terancam pun segera berbalik dan berlari menjauh. Namun, pria tadi tak tinggal diam, ia pun berlari mengejar Kinal.
Jalanan sudah mulai sepi karena hari semakin larut dan hujan tak henti-hentinya turun. Kinal yang tengah berlari ketakutan pun semakin kalut, yang ada dalam pikirannya kini hanya bagaimana caranya menghindar dari pembunuh itu. Sementara si pembunuh pun masih mengejarnya di belakang. Lelaki bertubuh jangkung itu mengejar Kinal dengan gairah membunuh yang luar biasa. Belati yang darahnya sudah menghilang terbasuh air hujan itu masih terhunus di tangannya. Lelaki itu melihat Kinal yang berbelok di sebuah persimpangan jalan, begitu sampai di tempat itu lelaki itu menuju arah di mana ia tadi melihat Kinal berbelok. Namun, ia tak melihat keberadaan Kinal padahal ternyata itu adalah belokan yang mengarah ke sebuah gang buntu. Lelaki itu mengedarkan pandangannya pada sekitar dan berkeliling selama beberapa saat tetapi tak ia temukan keberadaan gadis yang sudah ia tetapkan sebagai target buruannya itu.
"argh !" lelaki itu menggeram kesal. Karena tak kunjung menemukan keberadaan Kinal ia akhirnya menyerah dan pergi dari tempat itu.
Kinal akhirnya menhela napas lega setelah mendengar langkah kaki yang mulai menjauh. Aroma tidak sedap di sekitarnya pun tak bisa ia tahan lagi. Kinal pun segera melompat keluar dari bak sampah yang ia pakai untuk sembunyi tadi.
"huek. !" Kinal akhirnya memuntahkan isi perutnya. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, Kinal menyandarkan dirinya pada dinding yang basah. Ia masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang baru saja ia alami. Hujan masih terus mengguyur hebat tanpa memedulikan seorang gadis yang baru saja mengalami malam yang berat ini.
Sinar mentari mulai merasuk melalui celah jendela kamar seorang gadis berambut pendek yang tengah tertidur dengan posisi terbalik dan mulut menganga di tempat tidurnya. Cahaya yang mengenai wajahnya membuatnya terbangun dan langsung mengusap kedua matanya yang masih terasa sepat karena tidurnya yang larut tadi malam. Kinal melirik jam dinding di kamarnya yang telah menunjukkan pukul 06.30 dan sontak membuatnya melompat dari tempat tidur.
"udah jam segini ! duh, mama kok gak bangunin Kinal sih !" rutuk Kinal sembari menyambar handuknya dan berlari menuju kamar mandi.
Lima menit kemudian dengan kecepatan mandi yang tidak biasa Kinal telah keluar dari kamar mandi dan memakai baju seragamnya, menyambar tasnya-yang semalam untung saja sudah ia bereskan buku-bukunya- dan keluar dari kamar.
Sesampainya di luar Kinal mendapati mamanya yang tengah duduk di sofa sambil menonton berita pagi.
"mama kok bangunin aku sih, kesiangan, kan !?"
Mama menoleh dengan tampang innocent-nya "mama udah bangunin kamu, Nal. Tapi kamu nya cuman ngomong gak jelas terus tidur lagi." Kata mama. Kinal hanya mendengus dan terus berjalan keluar rumahnya.
Setelah berhasil menerobos gerbang yang hampir di tutup dengan susah payah akhirnya Kinal sampai di kelasnya. Ia langsung meletakkan tasnya dan mendudukkan diri di bangkunya yang terletak di deret kedua barisan paling kiri kelas. Di sana sudah ada sahabatnya, seorang gadis berwajah kalem yang langsung mengalihkan perhatian dari novel yang ia baca setelah menyadari Kinal datang.
"selamat datang, Kinal." Sapa nya riang. Kinal hanya menggumam sembari meletakkan kepalanya di atas meja.
"kamu kenapa, Nal ? sakit ?"
"aku gak papa, Ve." Jawab Kinal dengan suara parau.
"semalem kamu pulangnya jam berapa sih ? aku nungguin kamu lama banget jadi aku pulang aja deh. Udah malem soalnya." Ucap Ve. Kinal seakan mendapat serangan jantung saat itu juga. Ia baru saja ingat kalau semalam dirinya baru saja melihat sesuatu yang amat mengerikan. Matanya yang semula mengantuk kini menjadi terbelalak lebar.
"Nal, Kinal !"
"ah-eh, iya kenapa ?" Kinal mengangkat kepalanya dan melihat Ve.
"kamu kenapa ?"
"ehm... enggak kok. Hehe." Elak Kinal diiringi tawa hambarnya. Ve mengerutkan keningnya menatap Kinal. Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi.
Di sebuah gang sempit di pinggiran kota. Puluhan mobil patroli polisi nampak berbaris di sepanjang jalan. Garis polisi di pasang mengelilingi tempat kejadian di mana terdapat sesosok mayat pria berusia sekitar dua puluhan tahun dengan luka menganga di dadanya. Beberapa petugas terlihat mengelilingi mayat itu.
"diperkirakan korban di bunuh tadi malam." Ucap seorang petugas polisi.
Seorang petugas lain yang terlihat masih muda berkulit putih dengan rambut disisir ke belakang yang mengenakan jaket kulit hitam berjongkok di sebelah mayat itu.
"apa ada petunjuk mengenai si pembunuh ?" tanyanya.
"kemungkinan besar pelakunya sama dengan pelaku pembunuhan-pembunuhan akhir-akhir ini, pak. Karena korban sama-sama ditusuk dengan benda tajam di bagian dada." Polisi muda itu mengangguk paham.
"Hamzah, bagaimana ?" Seorang polisi berusia sekitar tiga puluhan ke atas datang. Polisi muda tadi langsung berdiri dan memberi hormat padanya.
"pelakunya di perkirakan adalah orang yang sama yang melakukan pembunuhan akhir-akhir ini, pak." Jawab Hamzah.
"kalau begitu kamu selidiki terus kasus ini. Saya percayakan sama kamu."
"siap, pak !"
Kinal baru saja turun dari taksi yang di tumpanginya di depan sebuah kantor polisi. Ia berdiri selama beberapa menit di depan kantor polisi itu sebelum akhirnya memutuskan masuk. Kinal menghembuskan napas lalu berjalan memasuki kantor polisi tersebut. Begitu sampai di dalam Kinal mengedarkan pandangannya kemudian berjalan menuju salah satu meja di mana terdapat seorang polisi berkumis tebal yang terlihat sedang tidak melakukan apa-apa.
"selamat siang, pak." Kata Kinal sembari duduk di kursi yang di sediakan.
"iya, ada yang bisa saya bantu ?"
"ehm... begini pak, saya mau melaporkan tentang pembunuhan yang saya lihat semalam." Ujar Kinal. Polisi itu terlihat mengerutkan keningnya, beberapa saat kemudian ia langsung meyalakan komputer di depannya dan memasang perhatian penuh pada Kinal.
"oke. Nama anda siapa ?" tanya polisi itu.
"nama saya Kinal, pak." Polisi itu langsung mengetikkan nama Kinal di komputernya.
"alamat ?"
"jalan. Sudirman no.48."
"sekarang silahkan anda jelaskan apa yang anda lihat semalam."
Kinal pun menceritakan segala sesuatu yang ia lihat semalam. Ia menjelaskan sambil sesekali mengingat-ingat tentang ciri-ciri dan suara dari si pembunuh yang sempat ia dengar. Polisi itu mengucapkan terima kasih atas informasi yang di berikan Kinal kemudian Kinal pun pergi meninggalkan kantor polisi itu hendak pulang ke rumahnya. Tapi sebelum itu ia berniat pergi ke toko buku langganannya dahulu. Mencari buku yang mungkin bisa mengalihkannya dari masalah yang ia hadapi sejenak. Toko buku itu terletak tak begitu jauh dari kantor polisi yang baru saja di datanginya, jadi Kinal pun memutuskan untuk berjalan kaki saja. Namun, tanpa ia sadari sepasang mata mengawasinya dari kejauhan sejak keluar dari kantor polisi tadi. Sebuah seringai muncul di bibirnya.
'ketemu kamu.'
BERSAMBUNG...
