Baby I still stand up here I
Kuroko no Basuke
Genre : Romance, Yaoi,
R : 18+
Pair : Akashi x Kuroko (this chap)
Warning : Typo dimana-mana, lebay, drama -_-, IC/OOC(maybe),
Author: Redo
(Akashi)
Decitan burung yang biasa aku dengar saat pagi hari ini tidak terdengar sama sekali, yang terdengar hanya bunyi 'piip piip piip' yang entah berasal dari mana.
Aku berusaha membuka mataku, tapi silau sekali. Aku berusaha mengerjap ngerjapkan mataku membiasakan dengan sinar yang menyilaukan tadi.
"Ah Sei, kau sudah bangun?" Sebuah suara terdengar, asalnya aku pikir dari bayangan buram yang sekarang kulihat mendekat tepat didepanku.
Aku mengusap mataku, berharap mataku kembali yang kulihat didepanku tadi sekarang telah disisi kananku dan membantuku bangun dari tempat tidur.
Perlahan aku mulai bisa melihat dengan jelas.
"Sei, kau tidak apa-apa?" Ucapnya lagi.
"hn?" Aku menatap sosok disebelah kananku, seorang lelaki berkulit sangat putih dan berambut biru muda tengah menatapku dengan dengan wajah datar, bahkan aku baru menyadari kalau ternyata dia sedikit menyunggingkan senyum kearahku.
Siapa dia? Kenapa dia ada disini?
Aku mengalihkan pandanganku ke ruangan, aku sama sekali tidak mengenali ruangan ini, hanya ada kasur, sofa dan meja…tunggu. Tanganku? Tanganku di infuse? Apa ini artinya aku ada dirumah sakit?
"uhhk" tiba-tiba kepalaku sakit, aku segera memeganginya dengan kedua tanganku.
"sei? Sei kau tidak apa-apa? Sebentar, aku panggilkan dokter." Sosok berambut biru muda tadi segera bergegas memanggil dokter lewat intercom.
Tak lama aku melihat seorang lelaki memakai jas putih dan berambut hijau memasuki ruangan, ah… aku mengenalinya. Dia teman satu tim ku dulu waktu SMP.
"Shintarou?" Aku berusaha meyakinkan apa yang aku lihat.
"Akashi, kau sudah siuman? Maaf kuroko, bisa keluar ruangan sebentar? Aku akan memeriksanya." Shintarou meminta sosok berambut biru muda yang dipanggilnya Kuroko tadi meninggalkan ruangan. Ah ternyata Shintarou mengenalnya.
Kuroko yang dimaksud Shintarou tadi memandangku sebelum akhirnya dia keluar kamar.
"Akashi sebentar…" Shintarou memegang tanganku dan membetulkan plaster di infuseku yang terlepas.
Dengan cekatan dia segera menanganiku, aku terdiam melihatnya.
"bagaimana keadaanmu? Masih agak pusing kah?"Dia seolah bisa membaca apa yang aku alami sekarang.
"hnn, agak pusing memang.." aku mengangguk sementara kepalaku masih berdenyut sakit.
"akan aku berikan obat pereda sakitnya." Shintarou menyuntikkan cairan ke tanganku dan menutupnya dengan plester.
"Kau koma selama 4 hari, benturan keras di kepalamu untungnya tidak menyebabkan sesuatu yang fatal. Setelah ini kau hanya perlu beristirahat untuk memulihkan stamina dan menunggu luka dikepalamu itu kering." Shintarou terus berbicara sambil mengganti lilitan perban di kepalaku. Sesaat aku teringat sesuatu… tentang sosok berambut biru tua yang disampingku tadi.
"Shintarou.." aku memanggilnya.
"ada apa?"
"Lelaki berambut biru muda yang disampingku itu tadi.. dia siapa?"
Tanpa menjawab apapun, Shintarou menghentikan tangannya yang saat ini tengah mengganti perban dikepalaku dan hanya menatapku seolah tak percaya. Melihat reaksinya yang seperti itu.. aku merasa agak cemas.
"Akashi, kau sama sekali tidak mengingatnya?"
pertanyaan Shintarou hanya aku jawab dengan anggukan.
"biar aku beri beberapa pertanyaan, kau harus menjawabnya. Namamu siapa?"
Aku tidak mengerti kenapa Shintarou malah menanyakan namaku.
"Akashi, Akashi Seijuuro."
"kau tahu ini namanya apa?" Shintarou menunjuk tirai jendela.
"itu tirai."
"kau tahu warna tirai ini apa?"
"putih."
"saat ini Usiamu berapa tahun?"
"27 tahun."
"ini, namanya apa?"
"itu selimut."
"kau ingat dulu kau sekolah SMP dimana?
"Teikou Junior High School"
"Lalu kau sekolah SMA dimana?"
"kau kenapa bertanya begitu? Kau pikir aku amnesia?"
"jawab saja, Akashi."
"Rakuzan Senior high School!"
"kau ingat dulu pas SMP kita satu tim basket?"
"tentu saja."
"kau ingat siapa saja yang mendapat julukan Kiseki no Sedai selain kita berdua?"
"tentu saja aku mengingatnya."
"Bisa sebutkan?"
"… Atsushi, Ryouta, Daiki, kau dan aku."
"iya benar, lalu apa kau ingat, selain kita berlima, kita mempercayai satu orang lagi. Seseorang dengan bakat khusus yang bertolak belakang dengan kita."
"… seseorang dengan bakat khusus?"
"iya, satu member yang sangat lemah tapi dia memiliki bakat unik, yang kau masukkan ke tim satu. Kau ingat?"
"bakat unik…?" aku mengerutkan alisku, mencoba mengingat kembali memori saat SMP dulu.
Shintarou hanya menatapku tajam dengan air muka khawatir.
"seingatku tidak ada member yang aku akui selain kalian berempat."dipikiranku saat ini memang begitulah adanya.
"kau tidak ingat? Bahkan dulu aku sempat bingung kenapa orang sepertimu memasukkan orang lemah macam dia di tim satu. Kau tidak megingatnya?"
"memangnya ada orang semacam itu?"
"Namanya Kuroko Tetsuya, dia punya aura keberadaan yang tipis, kau memasukkannya ke tim satu saat itu."
"Kuroko tetsuya? Memangnya ada member tim kita dengan nama seperti itu?"
"Kuroko Tetsuya, ah… sekarang namanya telah berubah menjadi Akashi Tetsuya." Nada suara Shintarou diperjelas ketika dia menyebutkan namanya.
"apa? Akashi tetsuya!?" Kepalaku berdenyut saat aku mendengarnya. Aku tidak percaya ini.. Akashi? Dia memakai margaku?
Aku anak tunggal dikeluargaku dan aku hanya tinggal berdua dengan ayahku sejak kecil. Apa ayah mengadopsinya atau bagaimana?
"Akashi. Marganya sekarang sama dengan margamu."
"memangnya dia itu… saudaraku?"
"tidak, dia bukan saudaramu."
"lalu…?" aku merasa perasaanku sedikit tidak enak saat aku mencoba menanyakan siapa Akashi Tetsuya itu sebenarnya.
"kau sama sekali tidak mengingatnya?" Shintarou malah balik bertanya kepadaku.
"memangnya siapa dia?"Aku semakin penasaran.
"suster, tolong ke ruangan tuan Akashi sekarang," shintarou mengabaikanku dan memanggil susternya lewat intercom dan tak lama kemudian dua orang wanita berpakaian putih memasuki ruangan, Shintarou berbincang sebentar dengan keduanya sebelum mereka bertiga membawa tubuh dengan ranjangku keluar ruangan.
"k kenapa ini shintarou?" aku merasa agak panik dan bingung.
"aku perlu me roncen kepalamu sekali lagi, kita lihat hasilnya besok."Ucapnya.
Diluar ruangan, lelaki berambut biru muda tadi sontak beranjak dari kursi saat melihatku yang terbaring ini entah mau dibawa kemana, dia menghampiri Shintarou dan sekarang mereka berdua tengah berbicara sesuatu yang entah apa karena aku tidak bisa mendengarnya.
Aku masih ditemani dua suster tadi, menuju ruang roncen.
Lelaki tadi berlari mengejar kami dan menatapku dari atas dengan airmuka panik, meski sebenarnya tertutupi oleh wajah datarnya yang memang mungkin seperti itu.
"sei, kau pasti kuat. Semoga kau baik-baik saja. Aku akan menunggumu sampai kau selesai." Ucapnya sambil memegang tanganku, dan melepaskannya setelah suster tadi melarangnya ikut masuk ke sebuah ruangan yang cukup besar.
Aku tidak mengerti… dia itu siapa? Dia itu kenapa? Kenapa dia sepertinya sangat mencemaskanku?
To be cont…
