Author: Kokoro Rikihito/ Akihito Kouyoshima
Rating: T/ PG-15
Genre: Romance, Drama, School-life
Cast: vistlip, alice nine, Versailles
Disclaimer: Not mine x3
==ENJOY==
Imajinasikan bahwa kalian melihat sebuah kamar. Kamar dengan ukuran 3m x 4m yang di dalamnya bernuansa pastel. Dengan dinding berwarna orange, dan perabotan yang disusun sedemikian rupa hingga membuat kamar terkesan luas. Tepat di atas tempat tidur, seorang pemuda yang bisa dibilang cantik tertidur lelap.
Pemuda itu menutupi tubuhnya hingga sebatas leher dengan selimut tebal. Rambutnya yang unik terlihat acak-acakan. Namun aura 'manis'-nya tetap tak hilang. Di meja yang berada di sebelah tempat tidur, duduk manis (?) jam weker berbentuk penguin. Di perut penguin itu terpampang jam dengan jarum menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit.
'DRAP DRAP DRAP!'
Dari arah luar kamar terdengar suara langkah kaki yang sangat terburu-buru. Di luar terlihat seorang pemuda dengan piercing di bawah bibir, memakai celemek pink –yang untung saja tidak berenda- membawa spatula beserta teflon berwarna hitam. Bisa ditebak ia habis memasak.
'JBRAAAKK!'
Ah, kasihan sang daun pintu… dengan Brutal pemuda manis bernama Tohya itu membantingnya.
"YUHH! BANGUUUUUN!" Teriak Tohya sambil memukul-mukul teflon dan spatula yang dibawanya.
"Nghh…." Dengan penuh keengganan Yuh pun mengulet pelan dan akhirnya membuka matanya.
"Bisakah kau…. Membangunkanku dengan cara yang sedikit lebih 'normal'?" tukas Yuh mengucek matanya.
"Sekarang sudah pukul enam pagi. Kau belum bersiap eh? Kau bisa terlambat menghadiri upacara penerimaan murid baru." Omel Tohya.
"Ya ya ya~ dan kau sekarang sangat mirip dengan ibuku." Yuh dengan enteng melenggang pergi dari kasur. Diraihnya handuk yang tergantung di atas kursi belajarnya.
"Aku memang pengganti Miyazao-san, Yuh." Balas Tohya kesal.
"Jangan ngambek dong, GERY TOHYA-TOHYA." Dan selesai menggoda Tohya, Yuh pun kabur keluar kamar menuju kamar mandi.
"YUUUUUUUUHHHHHHHH!"
==Order Made Gakuen==
"….. Dan untuk itulah kalian sebagai generasi penerus selanjutnya harus dengan senang hati menerima amanat ini. Terima kasih."
'PLOK PLOK PLOK'
Selesainya kepala sekolah yang diketahui bernama Kamijo itu berpidato, tibalah saatnya siswa teladan yang berhasil masuk Order Made Gakuen dengan nilai tertinggi berpidato.
Yuh menguap lebar. Jujur saja, ia sangat bosan dengan acara semacam ini. hal ini sudah menjadi kebiasaan Yuh yang sudah dihafal di luar kepala oleh Tohya. Tohya menyenggol tangan Yuh dan membuatnya menoleh. Mereka saling bertatapan seolah mengirim telepati.
"Ehem.."
Yuh dan Tohya serentak menoleh kearah mimbar. Dimana berdiri seorang pemuda jangkung yang sudah pasti seumuran dengan mereka.
"Diamlah, pidato akan dimulai." Bisik Tohya gemas.
"Apa peduliku." Jawab Yuh enteng.
Pemuda yang ada di hadapan mereka memiliki rambut hitam legam dengan hi-lite merah pada ujung-ujung rambutnya. Matanya yang tajam dibingkai oleh kacamata ber-frame abu-abu tua. Mata yang awalnya menatap kertas yang dibawanya kini tertuju pada Yuh.
A, apaan dia? Kenapa seolah tengah memperhatikanku? Batin pemuda itu gusar.
Tohya yang melihat tingkah aneh Yuh pun hanya bisa geleng-geleng kepala. Akhirnya pemuda manis yang sempat dikira perempuan oleh beberapa siswa itu pun memilih diam dan berlagak tenang. Tidak heran jika mereka melihat Yuh sebagai sosok perempuan. Yuh memang memiliki tinggi rata-rata siswa SMA, tapi dengan hidung mancung, bibir yang membentuk manis, aroma vanilla, dan sebagai pelengkap potongan rambut yang seperti Lightning Final Fantasy XIII, siapa yang tidak mengira bahwa ia adalah laki-laki?
Oke, jika anda tidak mengerti paragraph di atas, bayangkan Yuh di New Look 'RECIPE'. Mengerti? Nah! Seperti itulah Yuh *plak*DUESH*.
Ehem..
Pemuda 'suram' –begitulah menurut Yuh- yang tadi berpidato pun akhirnya turun. Ternyata nama pemuda itu 'Umi'. Umi kembali duduk di barisannya diiringi tepuk tangan kagum dari siswa dan siswi seangkatan. Dan MC kembali mengambil alih, menyatakan bahwa mereka secara resmi sudah menjadi siswa Order Made Gakuen.
==CLASS==
Suasana kelas 1-2 cukup ramai. Kelas itu nantinya akan dihuni oleh empat puluh orang dengan masing-masing siswa dan siswi berjumlah dua puluh. Yuh memilih tempat di dekat jendela dan di pojok kelas. Beberapa teman SMP Yuh yang juga masuk ke sekolah ini pun menyapanya.
"Kau tidak berubah. Tetap saja mengambil tempat di pojok sini." Ujar Nao.
Dan cowok imut bernama Nao ini memang tipikal 'Tohya banget'. Nao tingggal bertiga bersama Shou dan Hiroto yang juga masuk ke kelas 1-2. Bagi keduanya Nao ini seperti 'ibu'. Mereka sudah bersama sejak kecil. sedangkan Yuh baru tiga tahun mengenal Nao dan Shou.
"Dan kalian sama saja, tidak berubah. Tetap sekelas denganku." Balas Yuh cuek.
"Ahahaha! Dasar! Ah, kau belum berkenalan dengannya kan?" tanya Shou merangkul hangat Hiroto.
"Siapa dia? Pacar barumu? Atau selingkuhanmu? Ah! Akan kuadukan kau pada Saga-senpai!"
"HUSH!" semprot Nao dan Shou mendengar cercaan Yuh.
"Dia ini yang serumah dengan kami!" jelas Nao.
"Oh, maaf~"
"Kau sih tidak pernah main kerumah." Protes Shou menoyor kepala Yuh.
"Ittai! Shou bego!"
"Apaan sih, LEBE!" balas Shou dengan bibir mengerucut sebal.
"Ahaha, Hiroto~ sudah jangan hiraukan mereka~ mereka memang begitu kok~" ucap Nao menepuk bahu Hiroto.
"Apa tidak apa-apa?" tanya pemuda manis itu.
"Ya~"
Sementara ia menanggapi omongan Nao dan Shou, dan juga Hiroto, mata karamel Yuh sesekali melirik kearah siswa yang tadi menatapnya saat pidato. Yup, entah kebetulan atau memang sengaja *sengaja author buat maksudnya*PLAK* Yuh sekelas dengan Umi. Ternyata Umi tidak seperti bayangan Yuh tentang murid teladan pada umumnya.
Dalam bayangannya, Umi adalah sosok orang yang culun, kutu buku, kemana-mana belajar dan membawa buku, kuper, tidak banyak teman, dan segala hal yang membuat seseorang pantas dicap sebagai kutu buku.
Tapi, bayangan tadi cepat cepat ditepis Yuh setelah melihat Umi dikerubuti beberapa siswa yang mayoritas adalah perempuan. Pemuda itu tampak tenang menanggapi obrolan mereka. Dengan hasil mencuri dengar alias menguping, Yuh tahu kalau Umi hobi bermain gitar. Tidak beda jauh dengan dirinya.
'KRIINGG!'
Jam pelajaran berbunyi. Semua siswa duduk di bangku mereka masing-masing. Setelah itu, masuklah seorang guru berparas cantik. Rambutnya pirang ikal diurai dan dihiasi bando merah mawar dan aksen pita.
Sensei yang akhirnya diketahui ber-gender pria cantik alias bisshie itu bernama Hizaki. Beliau adalah tenaga pengajar di bidang bahasa Inggris, pelajaran yang Yuh sukai. Yuh dengan cukup semangat memperhatikan sensei-nya itu.
Waktu terus berlalu sampai akhirnya bel istirahat berbunyi. Tohya yang beda kelas dengan Yuh langsung menyerbu kelas 1-2 dan mencari sosok Yuh yang akan selalu ditemuinya saat istirahat duduk di bangku sembari mencoreti kertasnya.
"Yuh~" Sapa Tohya girang.
"Apa? Tumben kau ke kelas? Tidak dapat teman?" ejek Yuh.
"Enak saajaaaa! Aku mengkhawatirkanmu tahu!" balasnya tidak terima.
"Ahahaha! Seharusnya kau tidak perlu khawatir. Di sini ada Shou dan Nao. Lagi pula aku bakal baik-baik saja tanpamu."
'KRUYUK'
"Walah, masih mau berkata begitusetelah perutmu lebih memilih jujur daripada mulut?~" Goda Tohya.
"U, urusai! Aku mau ke kantin." Sergah Yuh malu.
"EIT~ aku sudah susah-susah membuatkan bekal lho~ Ayo ayo dimakan~" tawar Tohya mengangkat-angkat dua buah kotak makan yang dibawanya.
Dengan sedikit gengsi Yuh menerima bekal buatan Tohya. Memang siapa yang mau menolak masakan super enak buatan Tohya? Meski agak nakal, melambai, dan suka menggoda, Tohya sangat pandai memasak. Kebiasaan dari keci katanya.
Sementara Yuh dan Tohya memakan bekal mereka, sosok Umi terus memperhatikan gerak-gerik pemuda manis itu. Beberapa anak berbisik saat melihat rambut Yuh yang terbilang unik itu. dan Yuh sendiri pun tidak menggubrisnya. Toh, ia sudah biasa.
"Mereka memperhatikanmu lagi." Bisik Tohya.
"Biarkan saja. Anggaplah mereka calon fans-ku." Balas Yuh enteng.
Yuh memiliki rambut cokelat susu yang tak lazim dimiliki oleh orang Jepang. Bukan perkara apa, Yuh adalah satu dari seribu anak Jepang yang memiliki status 'blasteran'. Ayahnya orang Belanda tulen, sedangkan Ibunya Jepang klasik. Perpaduan yang bisa dibilang unik.
"Umi-san, ada apa? Kok ngeliatin Yuh-san terus?" tanya seorang siswi.
"Ah, tidak. Hanya saja, rambutnya-"
"Rambut Yuh memang begitu. Itu ASLI." Ucap sebuah suara memberi penekanan. Umi menoleh dan mendapati Shou sedang makan telur gulung buatan Nao.
"Kohara-san teman Yuh?" tanya siswi itu.
"Ya. Teman SMP. Tiga tahun sekelas." Jawab Shou.
"Ibu Yuh orang Jepang, Ayahnya Belanda." Jelas Nao.
"Kayak Manami Oku?" pekik siswi itu.
"AKB48? Manami itu Italia-Jepang." Timbrung siswi lainnya.
Dan kelas pun penuh dengan bisik-bisik kagum. Yuh tersenyum puas dan memakan bekalnya tanpa dosa seolah tidak tahu apa-apa. Tohya pun terkikik sembunyi-sembunyi melihat tingkahnya.
==x==
Pelajaran olahraga. Pelajaran yang sangat disukai Yuh. Yuh suka atletik, sepak bola dan Basket. Ralat, Yuh sangatmenyukai Basket. Dengan tingginya itu ia dengan mudah melewati lawan. Dan beruntung baginya karena materi pertama mereka pada tahun ajaran ini adalah basket.
"Setelah di drible, masukan ke ring dengan cara lay up." Ucap Yuki-sensei setelah selesai memberikan contoh.
Dan para siswi mendapatka giliran pertama. Mayoritas tidak bisa men-drible atau lay up. Sedangkan yang mahir basket dapat dengan mudah memasukkan point. Yuh dengan santai ngobrol dengan Nao dan Tohya. Umi juga ngobrol dengan teman SMP-nya, Tomo.
Setelah tiba giliran siswa putra, Yuh dengan semangat mencetak poin dan semangatnya ini menular hingga Umi, Tomo, dan temajn-teman lainnya terpanasi dan tidak ingin kalah. Yuh sangat menikmati saat seperti ini. sangat menikmati…
== After School ==
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Seharusnya Yuh sudah bisa pulang ke rumah sejam yang lalu. Namun ia memilih untuk tinggal di perpustakaan sampai pukul lima. Meski tidak terlihat, Yuh adalah siswa teladan di SMP-nya. Ia adalah peraih nilai tertinggi satu SMP dulu. Namun dengan adanya Umi dan Reika, ia pun tergeser menjadi peringkat ketiga se-SMA.
'DRRTT DRRTTT'
HP Yuh bergetar tanda email masuk. Dengan enggan Yuh menghentikan aktifitas menulisnya dan meraih HP yang ada di saku celananya.
From: Gery_Tohya
Subject: cepetan!
Kau dimana? Cepatlah pulang, makan malam sudah hampir siap
Yuh ingin tertawa membaca email itu. Meski ia senang menjahili teman masa kecilnya itu Yuh juga cukup menyayanginya. 'menyayangi' dalam arti sebagai kakak *atau Ibu?*. Yuh menutup flip handphone-nya dan membereskan buku-bukunya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
==z==
'DRAK DRAK'
Suara pantulan khas dari bola basket menggema di seluruh penjuru lapangan indoor. Umi, pemuda berkacamata itu dengan sigap melewati Tomo dan melemparkan bola merah menyalanya ke dalam ring dan, POINT! Umi berhasi mendapat tiga point.
"Hei, sudah jam lima. Apa kita tidak balik?" tanya Tomo mengelap keringatnya dengan seragam sekolahnya.
"Ya." Balas Umi singkat memasukkan bolanya ke dalam jaring yang biasa ia gunakan unutk membawanya.
==x==
Yuh berjalan santai menyusuri lorong kelas. Sesekali ia memelankan langkahnya untuk mengamati ruangan yang menarik perhatiannya.
Berjalan di sekolah saat begini tidak buruk juga
Dan Yuh pun tidak sadar kalau ada dua orang siswa lainnya yang berjalan cepat dari arah yang berlawanan. Dan di saat yang bersamaan menuju belokan yang sama.
'BRUK!'
"UWA!"
Yuh dengan sukses membuat pantatnya mencium lantai. Oh lantai yang beruntung... *plak*
"I, ittai ..." rintih Yuh.
"S, sumimasen!" balas si penabrak dan membantu Yuh berdiri.
"Yuh-san?" tanya siswa satunya.
"Eh? Kita sekelas 'kan?" balas Yuh menepuk-nepuk pantatnya yang agak berdebu.
"Ya. Aku Tomo, dia Umi." Tomo menjabat tangan Yuh dengan santai.
"Yuh." Balas Yuh sambil tersenyum dan ganti menjabat tangan Umi.
"Kau baru pulang?" tanya Tomo.
"Ya. Keasyikan di perpustakaan. Kalian?"
"Umi mengajakku bermain basket, kuturuti saja." Jawab Tomo menunjuk bola yang di bawa Umi.
"Basket huh?.." gumam Yuh pelan.
"Eh? Kau mengatakan sesuatu?"
"Tidak." Bantah Yuh.
"Kalau begitu aku duluan. Tohya menungguku di rumah." Pamit Yuh bergegas pergi.
"..."
Sepeninggal Yuh, Umi dan Tohya kembali melanjutkan perjalanan menuju motor yang mereka parkirkan di belakang sekolah. Dan sepanjang perjalanan itulah Umi terus-terusan menatapi tangannya yang sempat memegang tangan Yuh. Dua kali.
"Wah~ wah~ ada yang jatuh cinta rupanya~" Goda Tomo sembari menyenggol lengan Umi.
"Urusai. Siapa yang jatuh cinta." Elak Umi membuang muka.
"Alah~ TUAN MUDA UMI jatuh cinta rupanya~" Tomo pun makin menjadi mengerjai Umi.
'DUAK!'
"Ittaaaaiii!" pekik Tomo setelah mendapat tanda 'kasih sayang' dari Umi berupa Jitakan 'lembut'.
"..."
"Huhu anjing jatuh cinta gonggongannya keras~"
"Yang benar anjing pecundang gonggongannya keras." Koreksi Umi.
==x==
"Tadaima..." ucap Yuh seraya memasuki rumahnya.
Tidak mendapat jawaban, Yuh pun mendapat bad feeling. Ia pun tanpa melepas sepatu segera berlari menuju ruang makan. Di sana ia dapat melihat makanan sudah tertata rapi di atas meja. Tidak menemukan orang yang dicarinya, Yuh pun segera berlari mengitari rumah. Dan menemukan Tohya telungkup di lantai kamarnya, bersama pil-pil obat yang berserakan.
"TOHYAAA!"
==TBC==
