DISCLAIMER : MK *Masashi Kishimoto. Bukan Mahkamah Konstitusi*

RATE : K - T

WARNING : OOC, Gaje, AU, Multi Drabble, Multi Chapter

.

.

.

~ Penjaja Donat ~

Pada pagi hari yang cerah nan sedikit berawan ini, presiden resmi keempat Negara Api, Namikaze Minato, sedang melakukan kunjungan mendadak ke sebuah pasar megah bernama Pasar Tanah Neng yang berada di ibukota negara ini. Konoha.

"Pak presiden!"

"Pak Minato."

"Salaman dong pak."

"Turunkan harga pak!"

Seruan-seruan yang bunyinya kira-kira demikian saling bersahut-sahutan saat pria tampan yang menjabat sebagai presiden lewat pemilihan umum sah tersebut lewat di koridor pasar.

Pak Minato melambai-lambaikan tangannya ke segala penjuru dibarengi sebuah senyuman ndeso ehm lugu lebih patut.

"PENCITRAAN!"

Paspampres segera melacak posisi sang pembuat onar dalam hitungan detik. Kemudian tak segan-segan menembak jidat si pelaku dengan timah panas. Tewas di tempat.

"LARIIIIIIII!"

Masyarakat langsung berbondong-bondong kabur dari situ karena tidak menyangka presidennya memiliki sifat raja tega.

Pak Namikaze menghela nafas, kemudian mengelus dadanya sendiri. Dalam jangkauan pandangnya tidak ada sedikitpun manusia yang tersisa. Jelas, karena takut dipelor sama pengawal presiden kalau macam-macam sedikiiit saja.

"Pak Minato?"

Suara seorang wanita tua yang lirih membuat seluruh orang yang ada sedikit terkejut. Ternyata masih ada seorang ibu-ibu renta yang tetap duduk bersimpuh di samping barang dagangannya.

Presiden Negara Api Keempat itu tak sungkan untuk sedikit berlutut di hadapan si ibu untuk sekedar mengajaknya bersalaman.

"Hai ibu, selamat pagi. Dengan ibu siapa?" tanya Minato dengan sopan.

Yang bersangkutan menyahut, "Chiyo pak." dibarengi senyuman singkat yang mengekspos gigi ompongnya.

Pak Minato melepas jabatan tangannya, "Anu, ibu bekerja sebagai apa?"

Telapak tangan kiri Bu Chiyo menepuk-nepuk puluhan kue donat yang saling bertumpuk di sebuah tatakan, "Donat lah. Masa begini aja gak kelihatan. Herannya orang begini kok bisa jadi presiden."

Tiga orang paspampres spontan mengarahkan ujung senapan jenis M-4 ke arah dahi Bu Chiyo.

Pak Presiden mengangkat telapak tangan kanannya ke atas, mengisyaratkan supaya mereka menurunkan senjata. Sambil tersenyum kecut.

"Bu Chiyo ini setiap hari omsetnya berapa?" Pak Minato menanyai penjual donat itu lagi.

Wanita yang memiliki banyak koleksi keriput di wajahnya itu menjawab, "Ya gak tentu sih pak. Kalau lagi ramai bisa sampai 100 ryo. Kalau lagi sepi ya paling cuma 500 sampai 600 ryo."

'Edan ini ibu-ibu. Masa pendapatan pas ramai lebih kecil daripada pas sepi?!' batin si presiden, rada syok. Tapi dari luar harus senantiasa menampilkan ekspresi prima supaya dia tetap populer di mata rakyat.

Kepala Pak Namikaze Minato menengak-nengok ke kanan dan kiri. Seperti sedang mencari sesuatu. "Bu Chiyo, ngomong-ngomong anak-anak ibu mana? Gak ada yang membantu berjualan?"

Penjaja kue donat itu menggeleng sekali, "Tidak pak. Anak-anak saya keempatnya sedang sibuk bekerja di masing-masing tempat. Hayate Gecko di ANBU, Zabuza Momochi di DPR Kirigakure, Shizune di RS. Konoha, terakhir Sasori di PT. Akatsuki Jaya Sentosa."

Decakan penuh rasa kagum dilakukan oleh sang presiden sebagai reaksi menanggapi penuturan dari si ibu itu. "Hebat-hebat. Walaupun ibu hanya bekerja sebagai penjual donat di pasar tapi putra-putrinya sukses di bidang masing-masing ya."

Bu Chiyo memasang muka datar.

"O ya bu, satu lagi. Apakah anak-anak ibu tidak korupsi? Bekerja dengan jujur, amanah, adil?"

Wanita tua itu menghembuskan nafas panjang, "Ya. Tidak korupsi sama sekali pak."

Plok..Plok..Plok..

Presiden yang dikenal dengan gayanya yang ndeso nan merakyat itu tiba-tiba melakukan applause. Dia tersenyum lebar. Mengajak paspampresnya yang berjumlah sangat fantastis, 187 orang, untuk ikut keprok juga.

Plok..Plok..Plok..

Plok..Plok..Plok..

Plok..Plok..Plok..

Plok..Plok..Plok..

Setelah mereka selesai bertepuk tangan, Bu Chiyo membuka mulutnya, "Mau korupsi bagaimana pak. Wong pekerjaan mereka berempat aja sama-sama sebagai bakul donat."

Kelopak mata Pak Minato berkedip sekali. Dua kali. Tiga Kali. Dagunya anjlok sampai nyentuh tanah ditambah matanya melotot hebat.

"ANJINX!" umpatnya kasar secara spontanitas.

Para wartawan yang mengikutinya langsung bereaksi heboh.

"Pak Minato ngomong ANJINX!"

"Inga-inga! Bukan pakai huruf G tapi X ya."

"Presiden kita sudah gak lugu lagi. Jadi cadas."

Pak Minato nepuk jidatnya sambil berucap, "Aku rapopo." terus semaput.

- TSUZUKU -

Daripada nganggur pas libur semester. Hehehe. :D

Dilanjut ke chapter dua habis ini. *ya iyalah, masa chapter empat?*

Terima kasih sudah membaca ya! :)