SEARCHING FOR HER PRINCE

Cast : KaiHun

Rated : T

Warning : Untuk penyesuaian karakter Sehun, ff ini aku bikin GS

Ini remake dari novel karya Karen Rose Smith dengan judul yang sama, aku hanya mengubah nama sesuai cast.

Killa8894

.

.

.

Summary

Lady Oh Sehun dikirim ke Amerika oleh negaranya untuk bertemu dengan pria bernama Wu Jongin yang di duga sebagai Pangeran Penwyck yang tertukar saat bayi. Namun, di tengah pencariannya, ia bertemu dengan pemuda tampan yang membuatnya terpesona bernama Kim Kai. Berhasilkah Sehun bertemu dengan Jongin ?

.

.

.

Sehun tidak bisa mengecewakan Sang Ratu. Biar bagaimanapun ia tidak bisa.

Lady Oh Sehun merasa sedikit pusing ketika lift yang ia tumpangi menuruni sepuluh lantai dalam waktu beberapa detik. Misi untuk pergi dari Penwyck ke Chicago yang ditugaskan ratu padanya, dirasakannya sebagai suatu kehormatan. Ia sangat senang dan bersemangat. Tapi ia tidak pernah menyangka tidak akan bisa menemui Wu Jongin, sudah tiga hari ini ia selalu dihalangi sekretaris Mr. Wu.

Hari Senin, sekretaris itu berkata Mr. Wu akan sibuk untuk dua minggu mendatang. Tak ada seorangpun di dunia ini yang sesibuk itu.

Hari Selasa, Sehun memutuskan untuk bersikap asertif. Ia menghadapa 'Si penjaga pintu' itu dan dengan tegas mengatakan bahwa ia akan tetap menanti di ruang tunggu sampai Mr. Wu punya waktu luang. Tetapi tampaknya Wu Jongin memang tak pernah punya waktu luang.

Hari ini Sehun mendatangi meja sekretaris pria itu pagi-pagi sekali, dan mengatakan kepadanya mengenai pentingnya masalah yang akan ia bicarakan dengan . Bahwa hal itu menyangkut masa depan banyak orang. Sekretaris itu tetap bergeming, namun ekspresi wajahnya melunak ketika ia menjelaskan bahwa Mr. Wu ada rapat diluar kantor sampai hari Jumat, dan setelah itu ia akan keluar kota selama seminggu.

Saat di dalam lift, Sehun mengamati orang-orang disekitarnya. Dalam setelan jas feminim warna ungu yang senada dengan warna matanya, Sehun terlihat membaur dengan mereka. rambut pirangnya yang berombak sepundak, hari ini ia ikat dengan rapi, sepatu hak tinggi dan tas kulit yang dikenakannya cocok untuk awal Oktober di Chicago.

Meski terpukau dengan kota yang dikunjunginya, hal ini tidak mengalihkan perhatian Sehun dari misinya. Di manakah Wu Jongin saat ini ? Apakah masih terkurung dibalik pintu baja di belakang sekretarisnya itu ? apakah terjebak dalam rapat yang berlangsung dari pagi sampai malam ? atau mungkin dia berada di tempat lain di kota ini, sedang membuat perjanjian-perjanjian yang menambah kekayaannya? Yang Sehun ketahui hanyalah saat berumur 23 tahun, pria itu sudah menjadi miliarder.

Sehun harus bertemu dengannya. Bisa jadi Jongin seorang pangeran dan calon pewaris takhta kerajaan Penwyck.

Pintu lift terbuka dan Sehun memasuki lobi hotel yang luas dengan lantai marmer berkilauan. Jam makan malam tleah tiba, dan meja resepsionis sibuk melayani para tamu yang datang untuk menginap. Perut Sehun keroncongan dan ia sedikit pusing saat mencium aroma steak dan bawang dari restoran di sudut lobi. Pagi ini Sehun hanya makan crackers dan minum secangkir teh sebelum berangkat ke kantor Wu Jongin yang berada di lantai dua puluh. Sehun takut jika ia pergi makan siang, ia akan melewatkan kesempatan bertemu dengan pria itu. Jadi seharian ini Sehun hanya duduk di ruang tunggu dan membaca buku yang dibawanya di dalam tas.

Pintu kaca yang berat terasa membebani Sehun saat ia membukanya, tapi ia justru menyadari keletihannya setelah ia melihat kerumunan orang ditempat itu. ada banyak orang berseliweran dan meja bar juga tampak penuh.

Saat kepala pelayan mendatanginya dengan ramah, kuping Sehun terasa berdengung.

"Ada meja untuk satu orang?" Sehun bertanya, sambil berharap pelayan itu bisa menemukan satu meja kosong untuknya.

"Nama Anda?" tanya pelayan itu sambil mengambil daftar reservasi restoran.

"Oh Sehun. kira-kira berapa lama saya harus menunggu?"

"Mungkin setengah jam, mungkin empat puluh lima menit lagi.:

Sehun belum pernah merasa selapar atau selelah ini. Air matanya merebak saat ia merasa pusing lagi.

Ia mendengar langkah kaki dan seorang lelaki jangkung muncul dari belakang. Tapi yang ada dalam pikiran Sehun hanya apakah ia akan menunggu lama atau naik lift kembali ke kamarnya dan menunggu lagi. Tiga hari hanya untuk menunggu. Gagal dengan misinya sebagai utusan Ratu.

Ruangan restoran seperti berputar saat kepala pelayan itu mengalihkan perhatiannya pada pria di belakang Sehun. "Anda datang lebih cepat, Sir. Makan malam Anda akan siap dalam beberapa menit."

Sehun hampir tidak bisa mendengar suara berat pria itu yang memberikan perintah pada kepala pelayan itu. "Jangan khawatirkan aku. Kau urusi saja wanita ini lebih dulu."

Lutut Sehun terasa lemas ketika penglihatannya menjadi kabur. Ia merasa seperti melayang, kemudian tersadar ada dua tangan kuat yang mengangkatnya dan juga merasakan dada seorang pria, dada yang sangat bidang. Sehun mendengar orang itu berkata. "Aku akan membawanya keruang makanku. Buat pengumuman dan cari tahu apa ada dokter di restoran ini."

Berada dalam pelukan pria itu dan merasakan kekuatannya, membuat tenaga Sehun kembali pulih. Sambil memandang langsung ke sepasang mata hijau yang memukau, Sehun berkata. "Aku baik-baik saja. Tidak usah memanggil dokter."

"Kau begitu sehat, kau sampai pingsan." Sahut pria itu. Tatanan rambut cokelatnya membuatnya tampak gagah. Ia mengenakan jas hitam pekat dan kemeja sutra abu-abu. Sehun belum pernah melihat seseorang setampan ini.

"Aku hanya belum sempat makan hari ini." Sehun berkata cepat-cepat, tidak ingin merepotkan.

"Kalau begitu kita akan mengobatinya." Lelaki itu sudah bergerak sambil tetap menggendongnya.

"Tolong turunkan aku." Bisik Sehun, merasa sangat malu. "Kau tidak bisa begitu saja membawaku seperti ini."

"Aku tidak menculikmu. Aku hanya membawamu ke ruang makan pribadi. Percayalah kau akan mendapatkan makanan lebih cepat di sana dari pada menunggu di restoran tadi."

"Tapi..." Sehun memotong. Bagaimana ia menjelaskan pada pria itu mengenai ketatnya pola asuh yang diterimanya, bagaimana seorang pengawal selalu menemaninya, setiap ia berkencan dengan pria, meskipun umurnya sudah dua puluh tahun.

"Tidak ada tetapi. Aku sudah memesan steak istimewa, cukup untuk di makan berdua. Kau bisa makan seladaku untuk mengganjal perutmu. Aku yakin mereka juga sudah menyiapkan aneka roti di atas meja. Bagaimana ?" tanya pria itu tanpa menghentikan langkahnya sedikitpun. "Apa kau bersedia kutraktir makan malam?"

Sehun selalu menginginkan petualangan. Nalurinya mengatakan bahwa berbagi makan malam bersama pria ini bisa jadi petualangan yang diidamkannya. Sehun menatap langsung mata pria itu dan tersenyum manis. "Baiklah. Saya bersedia ditraktir makan malam. Apakah semua pria di Chicago sesopan anda?"

Pria itu menjawab dengan senyuman menawan. "Mendekatipun tidak."

Terpesona oleh kecantikan gadis muda yang ada dalam pelukannya ini, Wu Jongin hampir tidak bisa melepaskan tatapannya. Gadis ini memiliki mata ungu yang unik dan rambut pirang keemasan. Jongin yakin warna rambutnya asli, senada dengan warna alisnya yang tertata rapi. Wajah ovalnya dipertegas tata rambutnya yang sederhana, dan diperlebut dengan poni halusnya. Jongin membawa gadis itu ke sofa hijau yang empuk di ruang makan. Kulit gadis itu tampak sesempurna bagian tubuhnya yang lain, walaupun dia terlihat sedikit pucat. Hal ini merisaukan Jongin, begitu pulan ketika gadis itu pingsan tadi.

Ia kemudian mengajukan pertanyaan yang seharusnya diajukannya kepada wanita tiga tahun lalu, wanita yang telah meninggal akibat kelalaiannya... karena keegoisannya membangun kerajaaan bisnis. "Apakah kau punya penyakit tertentu yang perlu ku ketahui ?" tanyanya pelan. "Kau yakin aku tidak perlu memanggil dokter?"

"Tidak ada penyakit apapun." Sehun meyakinkan. "Aku memang sedang cemas beberapa hari ini dan makanku tidak teratur. Aku hanya makan dua crackers dan minum teh tadi pagi."

Dengan lembut, Jongin menurunkan gadis itu ke sofa. "Apa yang bisa membuat gadis muda secantik dirimu merasa cemas ?"

"Ceritanya panjang." Jawabnya sambil menghela napas.

"Kau punya banyak waktu untuk menceritakannya padaku sambil kita menikmati makan malam."

"Oh, aku tidak tahu apa aku perlu..."

Saat itu seorang pelayan masuk dengan membawa nampan besar. "Maaf Sir, saya tidak tahu Anda membawa tamu untuk makan malam sekarang."

Jongin tersenyum. "Aku juga tidak tahu bahwa aku akan kedatangan tamu, tapi ternyata ada." Ia melirik nampan besar yang dibawa pelayan. "Steak itu cukup besar untuk dimakan berdua, tapi tolong tambahkan kentang bawang dan brokolinya. Tambahkan juga rotinya."

Saat pelayan tersebut mengatur hidangan di atas meja makan, Jongin meraih tangan gadis itu. "Kau masih pusing ?"

"Tidak... hanya sedikit... melayang."

Jongin membantunya berdiri. "Ayolah, perutmu harus diisi. Kalau setelah makan kau masih belum merasa baik, aku akan memanggil dokter."

Jongin mendudukkan gadis muda yang elegan itu dikursi dan mengawasinya. Sedikit geli meliaht Sehun memotong steaknya dengan cepat dan menghabiskan separuhnya bersama kentang dan sepotong roti. Pipi Sehun mulai terlihat kemerahan lagi dan Jongin mulai tertarik dengan gadis itu serta aksen bicaranya. "Nah, bagaimana dengan kisah panjang yang akan kau ceritakan tadi?" Jongin mengingatkannya setelah pelayan membawa tambahan makanan dan meninggalkan ruangan.

"Ini akan terdengar sangat aneh dan tidak biasa untuk orang Amerika sepertimu."

"Jadi kau bukan orang Amerika?" aksen gadis itu seperti aksen Inggris tapi agak berbeda.

"Tidak, aku bukan orang Amerikan. Ini kunjungan pertamaku disini. Aku berasal dari kerajaan Penwyck, sebuah pulau di pesisir Wales." Ia tersenyum malu. "Aku Lady Oh Sehun. ibuku adalah dayang pribadi Ratu Penwyck."

Jika Jongin tidak dibuat terkesima oleh gadis ini sebelumnya, ia mungkin akan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan tersebut. Pasti gadis itu bergurau.

"Kurasa kebangsawanan bukan sesuatu yang bisa dimengerti oleh orang Amerika."

"Kau benar, tapi aku tertarik mendengarnya. Lanjutkan ceritamu."

Setelah ragu sejenak, Sehun bersandar dikursinya dan kembali bersantai. "Seperti yang telah kukatakan, ibuku adalah dayang pribadi ratu. Dia akan melakukan apa saja untuk Ratu Junmyeon, dan begitupun aku. Itulah sebabnya aku di sini. Sebenarnya ibuku bisa saja datang sendiri ke sini, tapi dia sedang berbulan madu ke Kepulauan Yunani, sedangkan masalah ini harus ditangani secepatnya."

"Dan apa yang menjadi masalah gawatnya?"

"Ratu mengirimku untuk menemui Wu Jongin, pemilik hotel ini, dan entah berapa banyak bisnis lainnya. Aku harus memberitahu dia sesuatu yang mungkin bisa mengubah hidupnya... Dia mungkin seorang pangeran."

Jongin tersedak daging yang sedang dikunyahnya. Akhirnya ia meletakkan garpunya dan berkata. "Pangeran?" bagaimana Jongin tidak pernah tahu bahwa dirinya kemungkinan adalah seorang pangeran?

"Memang agak rumit ceritanya. Berkaitan dengan anak kembar. Kau tahu Raja Chanyeol memiliki kembaran. Tapi saat ini beliau sedang sakit, dan dalam keadaan koma. Untuk sementara, saudara kembarnya, Chanlie mengambil alih pemerintahan Penwyck. Dia selalu iri terhadap saudara kembarnya, dan baru-baru ini dia mengakui telah melakukan sesuatu yang sangat buruk. Dulu, ia berkomplot menentang kepemimpinan Raja Chanyeol da Ratu Junmyeon dengan menukar anak kembar kerajaan yang baru lahir dengan anak kembar asal Amerika yang akan di adopsi oleh pasangan suami istri dari Illinois. Raja dan Ratu membesarkan anak-anak kembar ini seperti putra mereka sendiri. Paling tidak itulah yang dikatakan Chanlie. Jadi, aku sekarang harus berbicara dengan Wu Jongin, karena kemungkinana besar dia dan saudara kembarnya adalah pewaris takhta kerajaan Penwyck yang asli."

"Kau memang benar waktu kau bilang cerita ini akan terdengar aneh." Jongin berusaha agar nada suaranya tidak berubah.

"Oh, sebenarnya hal ini lebih rumit dari pada itu. kepala Institut Intilijen sedang menginvestigasi masalah ini, tapi masalah utamanya adalah bahwa Owen dan Dylan yang dibesarkan untuk menjadi ahli waris Penwyck mungkin saja bukan putra mahkota yang asli. Aku harus bertemu Mr. Wu dan meyakinkan dia untuk memberitahuku di mana saudara kembarnya berada. Tes DNA bisa menyelesaikan semua masalah ini."

Hal terakhir yang Jongin inginkan dalam hidup adalah menjadi Pangeran! Dia menyukai hidupnya sekarang ini. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah kerajaan. Lagi pula walaupun Jongin dan Taemin adalah anak kembar, mereka bukan anak adopsi. Kedua orangtuanya mungkin punya masalah di antara mereka, tapi mereka tidak akan merahasiakan hal sepenting ini pada anaknya.

Jongin mengamati Sehun sekali lagi. Dia cantik dan sangat menyenangkan, dan Jongin belum pernah tertarik pada wanita lain semenjak kepergian Kyungsoo. Setiap kali memandang Sehun, Jongin merasa tercekat. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Jongin tertarik hal lain selain perusahaan. Ia ingin mengenal lebih jauh tentang wanita ini, dan mungkin mengajaknya bercinta. Tapi ia tidak bisa melakukan semua hal tadi apabila gadis itu tahu kalau dirinyalah Wu Jongin yang sedang dicari gadis itu.

"Berapa lama kau berencana tinggal di Amerika?" Jongin bertanya.

"Sampai aku bisa bertemu dengan pria itu." Sehun menggigit bibir bawahnya dan berkata seolah pada dirinya sendiri. "Aku tidak bisa mengecewakan ratu." Setelah meneguk airnya, Sehun meletakkan gelas kembali. "Terima kasih telah berbagi makan malam denganku. Aku bahkan belum tahu namamu."

Otak Jongin berputar cepat. Waktu di sekolah dasar, ia biasa dipanggil Kai oleh teman-temannya. "Namaku Kai." Jawabnya. Lalu mengarang nama keluarga secara sembarang. "Kim Kai."

Sehun mengulurkan tangan dan menyalaminya. "Senang berkenalan denganmu, Kai."

Ketika tangan mereka bersalaman, Jongin merasakan kehalusan dan kerapuhan tangan gadis itu. Namun, ia juga merasakan kekuatan pada diri Sehun yang membuatnya penasaran. Kehalusan kulit gadis itu dalam genggamannya, membuat alira darah Jongin bertambah cepat, dan ia mengendalikan diri agar lebih tenang. Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa gadis ini berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah ditemuinya. Ada dorongan pada diri Jongin untuk menarik tangan Sehun kebibirnya atau melakukan lebih dari itu.

"Sehun?" panggil Jongin.

Sehun menatap wajah Jongin lagi.

"Berapa umurmu?"

"Dua puluh tahun."

Seperti yang Jongin duga. Tetapi ia merasa Sehun adalah gadis berumur dua puluh tahun yang masih polos. Berbeda dengan Kyungsoo. Perasaan luka, bersalah, dan sedih, yang sudah tidak asing lagi, mendesak masuk saat ia teringat akan tunangannya itu. Sudah dua tahun Jongin tidak pernah memperhatikan wanita, sudah dua tahun ia menghindari ikatan cinta... dan tidak bermaksud memulainya sekarang, katanya dalam hati. Sehun pasti akan kembali ke Penwyck.

Sehun meneguk kopi yang telah disuguhkan pelayan bersama hidangan penutup. Saat menaruh cangkir di atas tatakannya, Sehun tidak bisa menahan kuap. "Maafkan aku." Ujarnya dengan malu. "Kurasa aku masih harus menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu disini."

"Tak ada yang perlu dimaafkan. Bagaimana perasaanmu sekarang ?"

"Benar-benar puas. Semua makanannya sangat lezat." Sehun mengambil tasnya dari meja. "Kau harus membiarkanku membayar ini."

"Tidak. Aku yang mentraktir. Berkat kau, aku tak perlu makan malam sendirian."

"Kau sering makan malam sendirian? Tak usah dijawab." Sehun berkata sambil mengibaskan tangannya. "Itu bukan urusanku."

Perasaan menyesal yang dipancarkan gadis itu membuatnya semakin menarik. Ia benar-benar wanita terhormat. "Sudah lama aku sering makan malam sendiri. Karena kemauanku sendiri. Aku bekerja keras sepanjang hari, dan butuh ketenangan serta suasana sepi di malam hari."

"Apa pekerjaanmu?"

Jongin tidak mau berbohong padanya, tapi ia tidak tahu seberapa banyak Sehun mengetahui sosok Wu Jongin. Akhirnya ia menjawab dengan samar-samar. "Aku bekerja dibidang keuangan." Untuk mencegah Sehun bertanya lebih banyak, Jongin meletakkan serbet dan berdiri. "Aku ada rapat setengah jam lagi, tapi sebelum pergi dari hotel, aku akan mengantarmu ke kamarmu."

"Itu tidak perlu."

"Sangat perlu." Jongin hanya ingin memastikan bahwa masalah Sehun hanya karena kurang makan, dan tidak menyembunyikan masalah lain yang lebih serius seperti Kyungsoo.

Sehun menyunggingkan senyum manis tanda persetujuan yang membuat Jongin merasa seperti setinggi tiga meter. "Baiklah. Seorang pendamping akan membuatku merasa nyaman."

"Kau mempunyai pendamping pribadi?"

"Tidak persis seperti pengawal untuk raja dan ratu, tapi kalau aku keluar malam pasti ada seorang sopir. Dan kalau harus menghadiri acara resmi dimuka umum, ada seorang pengawal dari Badan Pengawal Kerajaan."

"Apakah kau tidak merasa seperti selalu diawasi?" tanya Jongin, mengetahui bahwa ia sendiri tak akan bisa kehilangan kebebasannya seperti itu.

"Aku sudah terbiasa, jadi buatku tidak terasa aneh lagi."

Tak lama kemudian, Sehun mengikuti Jongin keluar dari ruang makan. Ketika pintu ruang makan tertutup di belakang mereka, Jongin meraih tangan Sehun dan menggandengnya. "Supaya kau tidak jatuh lagi." Kata Jongin sambil mengedipkan mata.

ketika mereka masuk ke lift dan pintu tertutup, suasana langsung terasa sangat intim. Sehun mendongak untuk melirik dan ternyata Jongin sedang memperhatikannya.

"Lantai berapa?" tanya Jongin, suaranya terdengar dalam dan berat.

"Dua belas." Jawab Sehun. Mulutnya tiba-tiba terasa kering dan jantungnya berdegup terlalu kencang.

Saat lift berhenti di lantai dua belas, mereka keluar dan berjalan di atas karpet tebal berwarna merah anggur. Sehun menunjuk pintu kamarnya. "Kau mau masuk?" Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, Sehun langsung merasa salah tingkah. Bingung dengan dirinya sendiri karena menawarkan hal itu. Padahal sebelumnya Sehun merasa hal itu yang pantas dilakukan.

Jongin ragu-ragu. "Sebentar saja." Kemudian ia mengambil kuncinya dari tangan Sehun dan membuka pintunya. Setelah terbuka, Jongin mempersilahkan Sehun untuk masuk lebih dulu. Jarak mereka begitu dekat, membuat Sehun sempat mencium aroma cologne Jongin, melihat bekas luka di alis kanannya, dan menyadari bahwa berduaan saja dengan pria itu di kamarnya adalah keputusan bodoh.

Serambi kecil di ruangan itu mengantarkan mereka pada sebuah ranjang besar, meja rias dan lemari pakaian di satu sisi serta area tempat duduk disisi lainnya. Pandangan Jongin terpaku pada ranjang besar tersebut. "Kau tahu kan, Sehun, bukan gagasan yang baik untuk mengajak pria tak dikenal masuk ke dalam kamarmu."

"Aku belum pernah melakukan hal seperti ini." Pengalaman Sehun dengan pria memang sangat terbatas, mengingat ia yang dibesarkan dengan aturan yang ketat di istana.

Saat ini Jongin menatap Sehun dengan hasrat membara dimatanya, seolah ingin melahapnya. Segala sesuatu nya seperti menghilang kecuali Kim Kai dan keinginan mendalam pada diri Sehun akan pria itu. dengan perlahan Jongin menundukkan kepalanya dan kemudian bibirnya mencium bibir gadis itu, dan lengannya merangkul dengan menggairahkan.

Terbuai. Sekarang Sehun bisa mengerti apa arti kata itu. Tak ada yang berarti baginya kecuali ciuman Kai. Kehangatan tubuhnya, wangi colognenya yang masih tersisa, dan aroma maskulin tubuhnya, membuat Sehun membayangkan mereka berdua tanpa busana, berdua di tempat tidur. Gairah yang hanya ada dalam bayangannya, tapi tak pernah tahu kapan bisa dirasakannya.

Secara insting, lengan Sehun terangkat dan memeluk leher Kai, lalu pria itu menarik tubuhnya lebih erat. Kejantanan tubuhnya hampir membuat Sehun terkejut, tetapi kekagetannya berganti kenikmatan luar biasa saat lidah Kai mulai menyelinap masuk melalui celah antara kedua bibirnya, dan memaksanya terbuka.

Sehun tidak yakin dengan apa yang harus dilakukannya dan Kai sepertinya memahami karena ia langsung berbisik. "Buka mulutmu untukku."

Tidak terpikir oleh Sehun untuk menolak perintah Kai yang terdengar menggoda. Sehun ingin tahu lebih banyak tentang hasrat, tentang menjadi wanita seutuhnya, dan lebih banyak lagi tentang Kai. Hatinya seolah berbisik padanya bahwa pria ini bisa mengajarkan semua itu.

Lidah Kai yang masih terus menyerang, membuat perasaan Sehun makin kacau. Jilatan lidah api seakan masuk ke pusat tubuhnya, membuat Sehun ketakutan. Takut akan reaksi tubuhnya pada Kai. Belum pernah ia bertemu pria yang begitu sensual dan mempesona seperti ini.

Tiba-tiba tangan Sehun sudah berada di dada Kai dan mendorong tubuhnya. "Aku tidak bisa...: kata Sehun sambil mendongak dan meliaht gairah panas yang membuat mata Kai lebih hijau.

Apa yang akan dilakukan Kai? Apakah ia akan marah? Kai ada di dalam kamarnya. Apa yang akan ibunya pikirkan kalau mengetahui anak perempuannya bersedia makan malam bersama pria tak dikenal dan langsung berciuman sesudahnya, meskipun tak begitu mengenalnya? Apa yang akan dipikirkan Ratu? Apakah ia sudah melakukan tindakan yang berbahaya? Apakah hidupnya akan berubah?

Sehun hanya bisa berdiri kaku karena takut dengan kemungkinan yang bisa terjadi.

Kai pasti melihat ketakutan Sehun. "Tidak apa-apa Sehun. Tidak apa-apa." Dia menenangkan lagi. "Kita berdua hanya terbawa suasana.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Sehun menuruti nalurinya tanpa mengindahkan aturan-aturan yang biasanya menjadi pedoman. Dan nalurinya ternyata benar. Kai ternyata bukan tipe pria yang memaksakan kehendaknya pada seorang wanita. "Aku ... aku tidak seharusnya mengajakmu masuk. Itu tidak sopan."

Senyum masam menghiasi bibir Kai. "Kesopanan sangat penting bagimu ya."

Sehun hanya bisa mengangguk dan berkata. "Hal itu sudah dibiasakan sejak aku kecil."

Meski tangannya melepas Sehun, Kai tak bisa menahan diri untuk menyentuh pipi Sehun dengan punggung tangannya. "Aku belum pernah bertemu dengan wanita sejati seperti dirimu." Kai menurunkan tangannya. "Sebaiknya aku pergi." Lalu ia melangkah menuju pintu dan membukanya.

Sehun hanya bisa berdiri ditempat, sadar bahwa ia tidak bisa mengejar pria itu, sadar bahwa ia tidak bisa memintanya untuk tetap tinggal. "Terima kasih untuk makan malamnya."

"Sama-sama..." jawab Kai tanpa senyum, dan sekejap kemudian ia sudah hilang.

Setelah pintu yang berat itu tertutup, Sehun berlari menghampirinya dan menguncinya. Ia yakin Kim Kai pasti menganggapnya gadis paling naif yang pernah ada... yakin ia tak akan bertemu dengan pria itu lagi.

.

.

.

.

TBC

No edit, jadi maafkan kalo typonya segudang. Hehe...

Moga ga da yang bingung dengan alurnya ya, kenapa disini banyak nama Jongin dan Kai bergantian aku pake, itu tergantung sudut pandangnya ya. Kalo sudut pandang Sehun, ia akan make nama kai karena Jonginkan lagi menyamar pake nama itu saat bertemu Sehun. chap selanjutnya dan seterusnya akan memakai nama Kai, jadi ga perlu bingung kenapa ada nama Kai dan Jongin lagi muncul secara bersamaan.