Matahari belum juga muncul, tetapi wanita berambut pirang itu sudah menunaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Tak biasanya ia sudah terbangun jam segini di hari minggu, apalagi melaksanakan pekerjaan seperti ini. Tapi keadaan hatinya lah yang membuatnya melakukan hal itu, ia sengaja melakukannya untuk menghilangkan kegundahan hatinya tersebut.
Ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya mulai dari menyapu, mengepel, mengelap kaca, menyetrika pakaian, dan lain lain. Ia mendudukkan dirinya diatas sofa ruang tamunya, ia melirik jam yang menandakan sudah pukul tujuh lewat 15 menit, menandakan takkan lama lagi buah hatinya akan segera bangun.
Kreek
Ino menoleh kearah sumber suara, ia tersenyum seraya mengembangkan tangannya kepada sosok yang berada di depan pintu kamarnya.
"kaacan" ucap balita berumur 3 tahun itu
Dengan langkah gontainya, ia berjalan menuju ibunya.
"Shikano, sudah bangun? Mau sarapan apa hari ini?" tanya Ino sambil mengelus pucuk kepala anaknya.
Ino memandangi anak pertamanya dari hasil pernikahannya dengan Shikamaru 4 tahun yang lalu. Shikano Nara, memiliki mata aquamarine yang didapat dari Ino, rambut lebat berwarna hitam dari ayahnya. Shikano memiliki tampang malas seperti Shikamaru, hanya saja ia agak lebih cerewet dari ayahnya. Lalu lamunan Ino buyar setelah mendengar penuturan dari anaknya.
"kaacan, apakah toucan cudah puyang?"
Ino sedikit tersentak, lagi-lagi ia harus menjawab dengan kebohongan.
"tousan masih dalam misi, sayang"
Ya, sudah hampir 3 minggu Shikamaru tidak pulang kerumahnya, lebih tepatnya, rumah mereka. Sudah 3 minggu pula setelah kejadian yang sangat memilukan hati Ino terlewati.
Flashback On
"dari mana saja kau, Shika?"
"aku lembur, banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan, ino."
"pekerjaan apa yang kau kerjakan?"
"tentu saja membaca berkas-berkas rahasia konoha"
"bukan kah pekerjaan mu sudah berganti akhir-akhir ini?"
Shikamaru mengernyit heran, tapi ia tak dapat menyembunyikan perasaan kegelisahannya, ia takut semuanya terbongkar. Ino yang menyadari kegelisahan suaminya itu hanya tersenyum kecut seraya mengeluarkan sesuatu dari map yang sedari tadi ia pegang.
"Ini kan pekerjaanmu sekarang Shika? Yang membuatmu lembur hampir setiap hari? Yang membuatmu melupakan adanya hari minggu untuk dihabiskan bersama anakmu?"
Ino menunjukkan beberapa lembar foto yang menunjukkan suami nya berada disebuah klub malam bersama wanita lain yang Ino sangat yakin bahwa itu adalah Temari, mantan kekasih suaminya. Dan ya bukan hanya sekedar berada di klub berdua, didalam foto tersebut juga menunjukkan adegan mesra yang dilakukan oleh mereka berdua.
Lama shikamaru mengamati foto itu tak percaya, otak jeniusnya tidak mampu untuk mengeluarkan alasan lagi. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke istrinya yang sudah meneteskan air mata.
"i-ino.."
Ino hanya memandang wajah Shikamaru dan menyunggingkan senyuman. Shikamaru tersentak melihat Ino malah tersenyum disaat seperti ini. Tak biasanya Ino seperti itu.
"Shika, tolong buatkan surat perceraiannya, nanti aku tinggal menandatanganinya."
Shikamaru termangu mendengar ucapan Ino, rasa nyeri menyeruak di hatinya. Tapi ia tahu, rasa nyerinya itu tak ada apa-apanya terhadap hancurnya kepingan-kepingan hati ino. Sudah tinggal kepingan, hancur pula.
"Aku mengerti, mungkin harusnya memang kita tidak pernah harus menikah. Aku meminta maaf kau harus menahan bebanmu menikahi aku, wanita yang tidak kau cintai. Maafkan aku membuatmu 4 tahun tersiksa. Sekarang aku kembalikan kamu ketempat seharusnya. Ke Temari-san"
Ino tak kuasa lagi menahan isakannya, lukanya begitu dalam. Ia mencintai pria yang sama sekali tidak mencintainya.
"tetapi aku berjanji kau akan tetap bisa menemui Shikano, bagaimanapun juga ia anakmu" lanjut Ino sambil tersenyum.
"I-ino.. Maafkan aku, sungguh. Aku tidak bisa menceraikanmu, aku punya amanat dari Tousan ku dan Tousan mu."
"lupakanlah amanat itu Shikamaru, sekarang pergilah. Tolong urus suratnya, jangan temui aku lagi dan jika kau rindu pada Shikano, kau bisa meng sms ku bila kau ingin bertemu dengannya. Terimakasih 4 tahunnya, maaf jika aku tak bisa menjadi istri yang sempurna"
Shikamaru terdiam, ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Sungguh, ia tidak mengerti juga dengan perasaannya. Ia bingung sebenarnya apa yg terjadi dengannya. Shikamaru beranjak dari tempatnya berdiri, ia menghampiri istrinya, ia berjongkok dihadapan istrinya, menatap wajahnya yang sendu.
"Maafkan aku, Ino" ia memeluk istrinya, menangis dalam diam. Bukan tangisan penyesalan pernikahannya, bukan penyesalan ia berselingkuh, penyesalan membuat sahabat, ah bukan, lebih tepatnya membuat istrinya hancur sendirian dalam penderitaannya.
Shikamaru akhirnya melepaskan pelukannya dan bergegas beranjak ke kamar mereka. Ino masih menangis dalam diam ditempat yang sama, ia akan merelakan apapun yang akan Shikamaru lakukan sekarang.
Beberapa menit kemudian, Shikamaru keluar membawa koper besar. Selanjutnya Shikamaru berjalan menuju kamar anak kesayangannya. Mungkin, walaupun ia tidak sepenuhnya mencintai Ino, setidaknya ia sangat mencintai anaknya pikir Ino. Lalu shikamaru keluar dengan bekas airmata yang ia hapus dari matanya.
Yang terjadi selanjutnya adalah bunyi mobil keluar dari perkarangan mereka.
Flashback Off
"kaacan? Kaacan kenapa?"
Lamunan Ino seketika buyar mendapati anaknya yang sudah bergelayutan di pelukannya. Ino hanya bisa tersenyum dan berkata "ah tak apa, kaasan hanya sedang mengingat resep masakan kaasan yang baru" jawabnya.
Shikamaru memandangi foto yang ia temukan di laci mejanya saat ia merapikan meja kerja di kantornya. Ia menghela nafas sesaat dan memandangi foto tersebut secara intens.
Ya, ia memandangi foto keluarga kecilnya. Di dalam foto tersebut terlihat ia sangat berbahagia, disebelahnya berdiri seorang wanita berambut pirang yang terurai dan ada makhluk kecil dalam gendongannya. Keduanya terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi istrinya yang terlihat sangat manis dalam foto itu.
Ia menghela nafas lagi dan kembali memasukkan foto itu kedalam laci mejanya, kegiatan menutup lacinya terhenti ketika matanya menangkap sebuah album berwarna ungu kecil didalam lacinya. Ia mengambil album tersebut dan membukanya.
Hal yang pertama ia lihat adalah sebuah tulisan yang bertuliskan,
Nara's Little Family
Tanpa ia sadari, ia tersenyum membacanya. Akhirnya ia membuka lembaran pertama di album tersebut.
Lembaran pertamanya menunjukkan sebuah foto saat hari pertama Ia dan Ino menikah. Ino begitu terlihat cantik dalam balutan gaun ungu pastel nya ditambah senyuman yang terlihat bahwa ia sangat bahagia. Sedangkan Shikamaru tetap terlihat sama seperti biasanya dengan tampang malasnya.
Lembaran kedua berisikan foto Ino saat perutnya mulai membesar. Shikamaru ingat bahwa foto itu ia ambil ketika Ino sedang ngambek karena permintaan mengidamnya tidak di kabulkan olehnya. Shikamaru terkikik pelan mengingatnya.
Lembaran ketiga berisi foto Ino terbaring diatas tempat tidur rumah sakit dengan muka lelahnya. Tetapi ia masih saja tetap tersenyum dikarenakan dalam foto tersebut ia sedang merengkuh Shikano yang baru saja terlahir ke dunia. Shikamaru sangat ingat betapa bahagianya ia mempunyai anak pertamanya.
Lembaran ke empat membuat shikamaru tertegun sejenak. Foto tersebut diambil saat mereka bertiga terakhir kali piknik di hutan Nara. Di dalam foto itu banyak hal yang berbeda. Raut wajah istrinya tak sama lagi pada saat mereka menikah, memiliki anak, danlainlain. Tapi raut wajahnya seolah menunjukkan bahwa ia sangat lelah.
Shikamaru yang menyadari 'apa yang terjadi' pada istrinya dalam foto tersebut pun merasa hatinya berkedut. Ia sangat menyesali apa yang telah ia perbuat. Namun tak dapat dipungkiri bahwa Shikamaru menikahinya pada saat ia masih menjalin hubungan dengan Temari, dan pernikahan itu pula juga amanat dari mendiang tousan nya dan mendiang tousan istrinya.
"Shikamaru?"
"Temari? Ada perlu apa sampai datang ke kantor ku?"
Wanita yang berkuncir empat itu hanya menggeleng, dan berjalan menuju tempat duduk Shikamaru.
"tidak ada apa-apa. Aku hanya rindu padamu dan merasa kesepian dirumah. Kau pulang kerumahku ya nanti? Aku akan membuatkanmu makanan kesukaanmu, Shika"
Shikamaru berpikir sejenak, saat ia ingin menganggukkan kepalanya, ia teringat pada anaknya. Kebetulan hari ini adalah hari Jum'at, ia akan mengajak anaknya menginap di apartemen lamanya agar mereka menghabiskan weekend bersama.
"Hm, sepertinya aku hari ini tidak akan pulang kerumahmu. Aku ingin menjemput Shikano dan mengajaknya menginap di apartemenku. Aku ingin menghabiskan weekend ini bersamanya."
Temari yang mendengar jawaban Shikamaru pun mendelik, ia sangat tidak menyukai rencana Shikamaru tersebut. "Bisa kah kau melupakannya? Shikano? Memang sepenting apa dia? Dia hanya anakmu yang terlahir dari rahim wanita yang sama sekali tidak kau cintai!"
Shikamaru hanya menghela nafasnya dan berkata, "dia itu tetap anakku. Bagaimana pun juga aku tetap menyayanginya. Jadi, jangan pernah berkata jelek mengenai keluarga-ku, Temari."
"Oke, baiklah. Aku terima mengenai Shikano. Tapi bagaimana dengan istri-mu itu?"
"Aku... tidak tahu."
"Ceraikan ia segera! Kau saja tidak mencintainya! Buat apa kau pertahankan!"
Shikamaru lagi-lagi hanya menghela nafas. Ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Otak cerdasnya pun tidak bisa memberikannya jalan keluar. Temari yang melihat gelagat Shikamaru akhirnya memutuskan untuk pulang.
TBC..
Hallo! Aku super duper newbie disini. Mohon maklum & bimbingannya ya!
Please review cerita pertamaku ini ya^^
Arigatou!
