Traped Butterfly
.
.
.
Rating: T
Genre: Supernatural, Tragedy
Disclaimer: Naruto bukan punya saya tapi punya Kishimoto-sensei, saya cuma pinjam karakternya.
Warning: OOC, AU, Shounen ai, dll.
Pairing(s): SasuXNaru, KyuuXNaru, NaruXGaara, KyuuX?, dll
.
.
.
Chapter 1: Prisoner
.
.
.
1 Januari 2012, Tokyo, Jepang:
"Kau tidak boleh melakukannya, Uchiha"
Pria berambut hitam itu sama sekali tidak bergeming sementara matanya memandang sosok dihadapannya dengan mata sendu, "Kau tidak mengerti Ruby, aku mencintai dunia ini, aku mencintai semua umat manusia, aku mencintaimu".
"Jangan pernah mengatakan sesuatu yang tidak kau maksudkan Uchiha, kau tidak pernah mencintai orang lain, kau hanya mencintai dirimu sendiri," sosok itu memandang sang Uchiha dengan penuh kebencian, tangannya memegang erat benda yang tersembunyi di saku jaketnya. "Kalau kau mencintai manusia, kau tidak akan pernah menciptakanku".
Pria Uchiha itu tidak mengalihkan pandangan dari sosok yang saat ini hanya berjarak sejengkal darinya. Melayangkan pandangan dengan mata merahnya yang dingin, tetapi sosok dihadapannya itu bisa melihat yang sebenarnya, ada sesuatu yang benar-benar berbeda pada diri sang Uchiha, bukan kekejaman, bukan keangkuhan, bukan pula keserakahan atau ketamakan. Yang menatapnya adalah pria yang rapuh, mata yang menatapnya adalah mata yang penuh kesedihan, dan yang berdiri dihadapannya adalah makhluk yang benar-benar kesepian.
"Kemarilah Rubyku..."
Dan dia tidak akan pernah bisa meninggalkan pria ini.
Tidak saat sang Uchiha membuka lebar kedua lengannya, mengundang dirinya yang sangat hina ke dalam pelukan yang hangat itu.
Karena dirinya yang sekarang sama sekali tidak membutuhkan hal yang lain selain kehangatan.
Karena eksistensinya saat ini hanya untuk sang Uchiha.
Dan pikiran maupun pandangannya menggelap.
Saat tersadar, dia memandang tubuh yang tergeletak di lantai dengan pandangan kosong, pisau perak ditangannya berkilat-kilat ditimpa cahaya lampu yang berada di setiap sudut ruangan, demikian juga wajahnya yang berlumuran darah.
Seolah menyadari apa yang baru saja dilakukannya, dia menjatuhkan pisau perak penuh darah itu. Tubuhnya mulai gemetar tanpa bisa terkendali, mengakibatkan dirinya kehilangan keseimbangan dan jatuh tertelungkup di ruangan serba putih itu, nafasnya mulai terengah-engah bagaikan kehilangan udara. Beberapa menit kemudian semua pemandangan yang dilihatnya menggelap bersamaan dengan suara alarm yang menggelegar keras.
.
.
.
Tahun 2112, Konoha Village:
Naruto terbangun dengan terengah-engah, mimpi yang sama itu selalu muncul dimimpinya selama beberapa waktu ini. Dia memandang telapak tangannya yang terbuka lebar, masih bisa melihat warna merah dan bau khas yang membuatnya mual, bau darah.
Nafasnya tercekat, dengan panik dia mencoba untuk mengumpulkan konsentrasi untuk menghirup udara disekitarnya, berhasil, sesaat kemudian dia mulai bisa bernafas dengan normal. Pemuda bermata biru itu memandang telapak tangannya lagi, kali ini dia hanya bisa melihat kulit kecoklatan yang penuh dengan bekas luka. Dia menghembuskan nafas lega, tubuhnya masih tidak bisa bergerak bebas karena masih dalam keadaan 'terkunci', tapi ini adalah hal yang biasa, pagi harinya yang biasa akan segera dimulai.
Benar saja, beberapa detik kemudian pintu kamar tempatnya tidur didobrak dengan keras dan seseorang berseragam abu-abu ala militer menerobos masuk dengan cambuk di tangan kanannya. Orang itu atau lebih tepatnya wanita itu berambut merah menyala, usianya kira-kira dua puluh tahunan, dua tahun lebih tua daripada Naruto.
Beberapa orang yang menempati ranjang-ranjang di sekitar Naruto langsung terbangun mendengar suara dobrakan di pintu kamar mereka, mereka semua seumuran atau sedikit lebih muda daripada Naruto. Yang sudah terbangun terlihat bingung, tapi kemudian mereka melihat wanita itu di pintu masuk, Karin, petugas penanggung jawab yang bertugas mengawasi mereka, atau lebih tepatnya mungkin menyiksa mereka, mengingat hobi wanita itu. Secepat kilat mereka segera melipat selimut dan merapikan ranjang yang memang tidak memerlukan waktu lama mengingat hanya ada sebuah sprei dan selimut putih.
Karin menghampiri mereka yang sudah terbangun, meneliti wajah mereka satu per satu sambil tersenyum lebar, berhenti sedikit lebih lama di depan Naruto, beberapa anak hanya menunduk ketakutan menanti hukuman apa yang akan mereka terima sepagi ini. Tapi ternyata Karin hanya melewati mereka dan berjalan menuju pojok ruangan dimana anak-anak yang masih tertidur berada. Anak-anak itu, mereka adalah orang yang mengalami kerusakan pendengaran akibat bekerja di lingkungan yang terlalu bising ataupun mereka yang terlalu kelelahan sehingga tidak mendengar kedatangan Karin. Yang manapun kelihatannya wanita itu tidak peduli karena sesaat kemudian dia mengangkat cambuknya dan mengarahkannya langsung ke arah salah satu anak.
"Bangun kalian semua dasar pemalas!" Suara tingginya yang nyaring itu membuat Naruto bergidik, beberapa anak yang terkena cambukan segera membuka matanya dan segera meringis kesakitan ketika cambukan berikutnya datang. Pengalaman membuat mereka belajar untuk tidak berteriak, berteriak hanya akan membuat cambukan Karin semakin parah.
"Sudah cukup untuk kali ini, lain kali apabila ada pemalas yang masih tidur saat aku datang, aku tidak akan semurah hati ini!" Karin tertawa puas sambil melipat cambuknya. Kemudian dia membuat isyarat keluar ruangan, bawahannya yang melihat isyarat itu langsung masuk ke kamar dan mengeluarkan sebuah kunci. Pria berambut putih itu menggenggam kunci dan membentuk suatu segel, yang kemudian berubah menjadi rangkaian kalimat bercahaya yang memenuhi semua ruangan, kata-kata yang entah kenapa dikenali Naruto sebagai segel pelepas kunci dalam perpaduan bahasa China dan Jepang kuno.
Seketika tubuh Naruto dan anak-anak lainnya mejadi jauh lebih ringan, mereka semua_ jumlah mereka ada sembilan orang di setiap ruangan_ digiring keluar oleh para petugas di luar ruangan. Begitu sampai di luar, sebuah rantai merah muncul di kaki kanan mereka. Naruto tidak tahu dimana pusat rantai yang ini, yang jelas, setiap rantai membelit kaki para pekerja, menghubungkan mereka pada seseorang yang dipanggil 'Komandan' oleh para petugas di sini. 'Komandan' ini sama sekali tidak pernah menampakkan dirinya sama sekali, orang yang menguasai semua gerak para pekerja agar tidak ada seorangpun yang bisa meninggalkan tempat ini. Dan Naruto ragu dia ingin bertemu dengan orang ini, orang yang mampu membuat ratusan orang bisa terikat dengannya pasti mempunyai kemampuan yang mengerikan.
Kemampuan ini, adalah sebuah 'kekuatan' yang muncul seratus tahun yang lalu, saat sekelompok peneliti menemukan cara untuk memaksimalkan kemampuan otak manusia. Banyak orang yang tertarik dengan kemampuan baru ini, mereka mengorbankan tubuh mereka untuk diotak-atik oleh para peneliti_ yang kemudian berhasil. Saat ini, seratus tahun kemudian lahirlah generasi baru dengan kemampuan baru_yang disebut dengan kemampuan supernatural oleh generasi lama. Orang-orang dengan kemampuan saat ini populasinya sudah mencapai lima puluh persen dari populasi dunia.
Kira-kira satu tahun yang lalu, Naruto terbangun di kamp ini, dengan sekujur tubuhnya dibalut perban dan tanpa ingatan apapun kecuali satu hal, dia bahkan tidak ingat dengan namanya sendiri. Naruto adalah code name yang diberikan kepadanya oleh petugas di tempat ini, walaupun tidak menyukai nama itu, Naruto memakainya karena tidak mempunyai identitas lain. Tempat ini seperti kamp militer, dengan para petugas yang berpakaian abu-abu seperti tentara, sama seperti Karin. Mereka mondar-mandir di seluruh penjuru tempat dan memerintahkan para pekerja untuk melakukan apapun yang diperintahkan oleh atasan mereka, dan terkadang menyiksa para pekerja tanpa alasan yang jelas.
Para petugas di sini, mereka semua sudah jelas memiliki kemampuan, sedangkan para pekerja seperti Naruto sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Untuk mereka yang memiliki kemampuan, kemampuan tersebut_apapun wujudnya_telah ditekan hingga level nol oleh rantai yang terpasang dikaki mereka, sisanya hanya manusia biasa yang sudah pasrah tanpa bisa lagi merasakan hasrat untuk melawan.
.
.
.
Naruto melanjutkan pekerjaanya, mengangkati batu-batu besar dari sungai yang terpolusi di pinggiran Konoha menuju ke sebuah menara abu-abu di tempat pusat penelitian. Di depan ataupun belakangnya hanya ada orang-orang sepertinya yang bergerak bagaikan robot.
Setelah berjam-jam melakukan hal yang sama, akhirnya mereka diizinkan istirahat untuk makan siang. Para pekerja dapur mulai bermunculan, membagikan makanan untuk para pekerja dengan wajah suram, seperti para pekerja lain yang diperbudak di sini.
Naruto membawa makanannya ke arah salah satu bangunan yang terlantar, bermaksud untuk pergi ke atap bangunan itu. Makan siang di atap sudah menjadi kebiasaannya selama berbulan-bulan ini, bahkan makanan yang hambar pun akan terasa lebih baik kalau kau melihat hamparan awan di langit yang biru.
Saat melihat langit entah kenapa Naruto selalu bisa melihat wajah orang itu, satu-satunya ingatan yang masih tertinggal di kepalanya
"Naruto..."
Naruto masih tidak bergerak di tempatnya_berbaring di antara reruntuhan atap sambil memandang langit. Dia sudah hafal dengan pemilik suara itu, satu-satunya orang yang biasa menemaninya di tempat ini, seorang remaja berambut merah yang mungkin lebih muda dua tahun darinya, Gaara.
Karena tidak mendapatkan respons dari orang yang dipanggilnya, Gaara terus melangkah dengan terpincang-pincang hingga berhenti di samping Naruto kemudian menghempaskan dirinya di samping pemuda berambut kuning itu.
Naruto hanya melirik pemuda berambut merah itu sekilas kemudian kembali memandang arak-arakan awan yang bentuknya selalu berubah-ubah. Selama beberapa saat mereka terus terdiam sampai Naruto memecahkan keheningan diantara mereka.
"Apa yang terjadi dengan kakimu?" Naruto memandang ke arah pergelangan kaki kanan Gaara yang tidak terbelenggu rantai. Kaki kanan itu kini membengkak dan berwarna biru, hanya dibalut dengan asal-asalan dengan perban yang warnanya sudah memudar.
"Sedikit hukuman karena bertindak di luar perintah," pemuda itu menjawab singkat dengan wajahnya yang tetap datar.
"Bahkan kau pun bisa ceroboh, hah?"
"Tapi berkat ini paling tidak aku dipindahkan ke bagian dapur untuk sementara."
Naruto mengerang pelan, "Kalau aku tidak akan senang dikelilingi makanan yang bentuk dan rasanya tidak jelas begitu!" Dia menendang nampan bekas makanannya tadi hingga berkelontangan di sampingnya.
Gaara hanya menggelengkan kepala pelan, tidak setuju dengan sikap temannya yang seenaknya. Dia mengenal Naruto baru beberapa bulan yang lalu, ketika Naruto mengambil alih tugas yang biasanya dikerjakan oleh Temari, kakak perempuannya yang sakit-sakitan sejak mereka dipaksa bekerja di tempat ini. Kondisi Temari semakin parah empat bulan yang lalu sehingga dia dipindahkan ke bagian perawatan untuk diperiksa organ tubuhnya. Gaara tidak mau memikirkan apa yang akan mereka lakukan pada Temari, sejak dibawa ke tempat perawatan, Gaara tidak pernah melihatnya lagi. Tidak bertanya dan berbicara tanpa diperintah adalah peraturan di tempat ini, karena itu walaupun sangat khawatir pada kakaknya, dia tidak bisa melakukan apapun, termasuk ketika posisi kakaknya diambil alih oleh Naruto.
Pertama kalinya Gaara bertemu dengan Naruto, mau tidak mau dia merasa tertarik pada orang itu. Naruto sama sekali tidak memiliki ingatan, tetapi berbeda dengan sebagian besar orang yang diperbudak di sini, pandangannya tidak pernah kosong. Terkadang Gaara melihat pemuda itu menerawang jauh ke langit, seperti sekarang ini, mata itu selalu melihat ke arah yang jauh, seperti sedang melihat seseorang di luar tempat ini, ke arah kebebasan. Terkadang Gaara iri dengan Naruto, mata yang selalu memancarkan harapan itu sangat berbeda dengannya. Dia yang sejak kecil sudah dijual di tempat ini oleh orang tuanya, sama sekali tidak bisa mengerti dengan arti kebebasan, hidupnya hanya berputar disekeliling tempat ini.
Karena sering bekerja di bagian yang sama, Naruto dan Gaara menjadi cukup akrab, walaupun akrab dalam definisi Gaara berarti adalah bisa tukar menukar kalimat singkat dengan orang lain. Dalam kasusnya, Naruto-lah yang pertama kali mengajaknya bicara. Gaara bisa membayangkan, kalau mereka tidak berada di tempat ini, kalau Naruto ada di luar sana, pasti dia adalah orang yang ceria dan bersemangat, dengan mata secerah langit dan rambut kuning itu, semua orang akan tertarik mendekatinya, belum lagi dengan senyumnya yang cerah dan hangat.
Walaupun tidak akan pernah mengakuinya, Gaara sangat menyukai Naruto, dan dia merasa dekat dengannya seperti seorang saudara, tapi terkadang dia juga merasa sangat jauh dari pemuda itu, seperti saat ini, walaupun mereka bersama, rasanya pikiran Naruto meninggalkannya entah dimana. Dan Gaara sama sekali tidak menyukai hal itu, Naruto adalah satu-satunya teman yang dia miliki, tidak bolehkah dia egois sekali ini saja? Tidak bolehkah dia ingin memiliki sesuatu tanpa takut sesuatu hal itu akan hilang dari sisinya?
Gaara menggelengkan kepala, mengusir semua perdebatan yang ada dibenaknya. Tidak boleh, dia tidak boleh berharap terlalu banyak, semua hal didunia ini akan menghilang, berharap terlalu tinggi hanya akan menjatuhkannya ke jurang yang lebih dalam lagi.
"Gaara?"
Gaara tersentak oleh suara Naruto, dia tersadar mata biru itu sedang memandang intens kearahnya. Apa yang tadi dilakukannya? Apakah dia tadi sedang mengasihani diri sendiri? Benar-benar menyedihkan.
"Ada apa Naru..-" perkataannya terpotong saat Naruto membungkam mulutnya dan mendorongnya tepat di balik puing-puing bebatuan di atap. Gaara sedikit meronta tapi Naruto menepuk bahunya pelan untuk mendapatkan perhatiannya, saat Gaara memandangnya, tangan Naruto membentuk sebuah isyarat menunjuk ke arah pintu.
"...mana ...bocah ...itu?"
"...rantainya...terlepas.."
Naruto mencoba mendengar lebih jelas lagi, suara di balik pintu itu adalah suara dua orang laki-laki, yang tidak seharusnya ada di sana. Tempat ini adalah bangunan terlantar yang dia temukan secara kebetulan waktu dia berhasil menyelinap kabur dari para pengawas di siang hari. Dan selama ini dia tidak pernah melihat tanda-tanda kehidupan di tempat ini. Lagipula apa yang dilakukan orang-orang itu di reruntuhan terlantar begini?
Kemudian terdengar suara pintu dibuka dengan keras, dengan segera Naruto menundukkan kepala, tangan kanannya mendorong kepala Gaara ke bawah, kali ini pemuda berambut merah itu menurut sehingga dia tidak perlu bersusah payah memaksanya bersembunyi.
"Apa dia ada di sana?" terdengar sebuah suara rendah dengan sedikit desisan.
Naruto bisa melihat seorang pemuda seusianya berada di ambang pintu, sedang memandang ke segala penjuru arah. Dengan cepat dia menundukkan kepalanya lagi.
"Tidak ada siapapun di sini Orochimaru-sama, mungkin dia masih ada di ruang bawah tanah?"
Orochimaru?
Naruto ingat dengan nama itu. Orochimaru adalah seorang pria paruh baya yang pertama kali mengenalkannya pada tempat ini. Pria sangat mirip dengan ular, baik penampilan ataupun sifatnya, selain itu dia adalah peneliti utama di tempat ini. Naruto melirik ke arah Gaara disampingnya, bocah itu kini tengah memandang Orochimaru penuh kebencian, bagaimanapun pria itu yang bertanggung jawab akan hilangnya Temari.
"Sudahlah Kabuto, ayo kita kembali ke ruang penelitian, Sasuke-kun tidak suka disuruh menunggu."
Dari sudut matanya, Naruto melihat Orochimaru berbalik arah dan turun ke bawah diikuti oleh Kabuto. Pemuda itu mendesis lega, tapi rasa penasaran begitu membuncah dibenaknya. Apa yang dimaksud Orochimaru dengan ruang bawah tanah ataupun ruang penelitian?
Tiba-tiba Naruto merasakan gerakan di sisi kanannya, Gaara melepaskan tangannya dan segera berjalan menuju tangga di balik pintu.
Naruto segera meraih pergelangan tangannya, "Apa yang mau kau lakukan?"
"Tentu saja membuntuti mereka, jangan cegah aku!" pandangan mata Gaara seakan memberitahukan semuanya pada Naruto, sekeras apapun Naruto mencegah, Gaara tidak akan pernah mengubah keputusan yang sudah diambilnya. Terlebih lagi, kelihatannya semua persoalan ini terhubung dengan Temari, satu-satunya keluarga yang dia punya di tempat ini.
Naruto menghela nafasnya pelan, "Aku ikut kalau begitu". Dan Gaara hanya membiarkan Naruto mengikuti dibelakangnya. Tangan mereka masih terhubung sehingga Gaara bisa merasakan kehangatan Naruto. Kelihatannya kehangatan itu bisa menular sehingga Gaara bisa merasakannya, di tengah ketegangan ini, perasaan kehangatan begitu menyebar di seluruh tubuhnya sehingga memberikan dia sedikit ketenangan.
Perlahan dilepaskannya tangan Naruto, dengan suara rendah dia membisikkan sesuatu yang begitu tipis sehingga hampir tidak terdengar.
"Terima kasih"
Sayangnya Gaara tidak menoleh ke belakang karena di belakangnya Naruto tersenyum begitu lebar dan tulus, disini tidak ada orang lain yang menerima senyuman itu kecuali dirinya.
.
.
.
Gaara dan Naruto memperlambat langkah mereka saat melihat Orochimaru dan Kabuto membuka sebuah pintu yang tersembunyi di bawah sebuah lemari besar yang sudah lapuk. Mereka melihat dari balik tembok saat Orochimaru dan Kabuto menghilang ke bawah.
"Heh, bahkan di tempat penuh rahasia ini, ruang bawah tanah masih termasuk mencurigakan menurut standarku, bagaimana denganmu Gaara?"
Gaara tidak menjawab, dia hanya memandang pintu yang kembali ditutup dari dalam. Dia memandang Naruto dan sebuah persetujuan muncul diantara mereka. Tanpa suara, mereka mendekati pintu itu, mencoba mendengar suara apapun dari bali pintu. Saat yakin tidak ada orang lain disekitar mereka, Gaara membuka pintu dengan perlahan, pemandangan dibaliknya membuat mereka tanpa sadar menahan nafas. Sebuah tangga, langsung menuju ke pusat bumi yang begitu gelap.
Tanpa ragu, mereka mulai menyusuri tangga menurun itu hanya dengan berpegangan pada tembok di sisi kiri dan kanan tangga. Mereka terus berjalan di ruangan yang gelap dan makin lembab, berusaha menghilangkan suara langkah mereka.
Kelihatannya usaha mereka berjalan cukup baik,
Sampai mereka menjumpai dinding yang menjulang tinggi menutupi lorong,
Dan sebuah suara muncul di belakang mereka,
"Siapa kalian?"
Refleks, Gaara dan Naruto menghentikan langkah mereka. Dinding batu menjulang tinggi di depan dan suara langkah dari arah belakang makin mendekat ke arah mereka.
Mereka terjebak...
.
.
.
TBC
.
.
.
A/N:
Hallo minna-san, ini adalah fic pertama saya setelah hampir setahun hiatus, jadi maaf kalau agak abal. Saya mencoba untuk menulis di genre yang agak berbeda dengan karakter yang agak 'dark', beberapa tokoh utama yang belum muncul di chapter ini akan muncul di chapter berikutnya.
Buat para penggemar Karin, saya tidak ada maksud untuk bashing character, saya punya peran sendiri untuk dia di chapter mendatang, jadi harap makhlum. Untuk pair, ini akan jadi fic SasuNaru meskipun akan banyak pair lainnya.
Jadi, tolong kritik dan sarannya para readers...
