Maaf Fanfict ini pasti jauh dari kata sempurna. typo akut, cerita pasaran, OOC, AU, OOT, EYD berantakan.
Jika ada kesalahan mohon reviewnya.
Saran/ide needed!
.
.
.
.
.
Happy reading ~
Disclaimer Characters © Masashi Kishimoto
Disclaimer Story © Devi Namira AH
.
.
.
.
.
Pairing : Sasusakux
Rate : T
.
.
.
.
My Life After I Met You, Sasuke!
Chapter 1
Pengenalan Tokoh
~Sakura : 15 Tahun
~Sasuke : 15 Tahun
(Sakura POV)
Taman belakang Sekolah,
di situlah aku berada. Tempat yang kujadikan sebagai pelarian dari orangtua yang memaksaku untuk menikah dengan laki-laki yang tidak kukenal.
Orangtuaku adalah orang yang paling kusayangi. Mereka yang telah membesarkanku, mendidikku, mengasuhku penuh kasih sayang dengan segala fasilitas mewah ini. rasanya aku akan menjadi anak yang sangat durhaka jika terus saja membatah perintah mereka.
Akulah Haruno Sakura, anak tunggal dari Pasangan Kizashi dan Mebuki Haruno. Siapa yang tidak kenal mereka? salah satu pengusaha yang sangat sukses dalam dunia perbisnisan di Konoha.
Dan disinilah aku, di taman belakang sekolah,
Taman ini sangat damai. Karena jaraknya yang cukup jauh dari gedung sekolah, membuat siswa lain menjadi malas untuk mengunjunginya. Taman ini dihiasi dengan bunga-bunga indah dan kicauan burung yang terbang kesana-kemari. Ditambah suara air mancur buatan yang ukurannya lumayan besar. Cukup membuatku dilema dengan suasana. Di atas rerumputan hijau aku berbaring. Dan tiba-tiba,
"Sakuraaa!" Panggil Ino dari kejauhan.
Gadis berambut pirang pucat itu menghampiriku dengan nafas yang tidak karuan.
"Ada apa?" tanyaku datar.
"Itu, ada anak baru... Dan dia tampan sekali!". Tukas Ino sembari mengambil botol air minum milikku.
"Lalu, Tujuanmu apa memberi tahuku? Sejak kapan aku peduli dengan laki-laki di sekolah ini?" Jawabku tanpa menoleh kearah Ino.
"Mungkin saja kau butuh sandaran. hahaha... sudahlah Sakura, tidak ada gunanya kamu menunggu si Gaara anak kelas sebelah itu" Ino mencoba menyemangati.
"Ino, pertama, aku hanya suka dengan penampilannya, kedua, aku akan dijodohkan oleh orangtuaku, ketiga, AKU TIDAK BISA MENOLAK permintaan mereka". Jawabku lesu setelah mengingat perjodohan bodoh itu lagi.
"Dia begitu dingin kepadaku.. Kudengar dia sedang mendekati Uzumaki Karin teman sekelasnya". Ucapku mulai menahan tangis.
Namun apa dayaku? Akhirnya air mataku benar-benar menetes. Ino yang melihatnya langsung mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar tissue.
"Sakura! Kau ini perempuan yang tangguh. Tak akan ada orang yang percaya bila kau menangis" Ino mengusap air mataku perlahan.
"Ino, semua orang pernah menangis.." Aku nyengir.
"Saku, jangan mengharapkan orang yang mengharapkan oranglain" Ino memelukku, aku merasa tenang sekarang.
"Sudahlah Sakura, aku tau ini berat, tapi aku yakin kau pasti bisa melaluinya!" Ino menepuk-nepuk punggungku perlahan.
'terima kasih Ino. Kau yang terbaik!'
"Mari kita ke kelas, sudah hampir bel masuk" Ajak Ino.
"Ayo!"
Kita berjalan dengan bergandengan tangan dan mulai membicarakan pelajaran dan tugas kelompok.
.
.
.
.
7 AM
It's time to begin the 1st present,
teng tong tong teng~
.
.
.
Keadaan kelas gaduh.
Kakashi sensei belum juga datang. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bermain atau sekadar berbincang-bincang dengan yang lainnya.
Naruto dan Shikamaru sibuk membuat pesawat kertas, Sai sibuk menggambar, Hinata sibuk merajut, Temari sibuk dengan filmnya bersama Tenten, Ino juga sibuk sendiri dengan proyeknya. Semua sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
.
.
.
.
"Hey Saku-Chan! Kau terlihat murung, kenapa?". Tanya Naruto masib melipat pesawat kertas dari sobekan bukunya.
"Aku hanya kelelahan Naruto!"
"Kukira kau kurang hiburan. Sbentar, aku punya sesuatu yang pasti menghiburmu".
"ini diaaa!" Naruto menaruh CD player lengkap dengan wadahnya ke atas mejaku.
"Wahhh, film! Terima kasih Naruto! aku sudah lama tidak menonton film"
"hahahaha sama-sama Saku-Chan!" Naruto memamerkan giginya yang rapi LAGI.
Hinata yang berada dibelakangku terkekeh geli.
Perlahan aku membukanya, dan melihat CD player yang sudah usang itu. namun, aku terbelalak dengan tulisan :
"Oni Chichi episode 1-End"
.
.
.
.
"Narutoo!"
Aku melempar sepatuku dan melayang tepat di jidatnya. Sekarang kau bisa melihat jidat Naruto kemerahan berbentuk alas sepatuku.
"Dasar kau. Sampai kapan otak mesum itu terus bekerja, huh?"
"Kukira kau suka saku-Chan! Melihat ekspresi awalmu yang terlihat gembira hahaha". Naruto mengusap jidatnya perlahan.
"sepertinya di otakmu saraf mesumnya sudah membengkak tingkat akut! Lebih baik kau periksakan ke Tsunade Sensei agar segera mendapat terapi".
"hahaha setidaknya kau tertawa Saku-Chan!"
Eh?
Tak kusangka, sahabatku satu ini selalu punya cara tersendiri untuk menghibur oranglain.
'terima kasih Naruto!' ucapku dalam hari.
7.20 AM
Kakashi sensei terlihat sedang berjalan menuju kelas 9H yaitu kelas Sakura dan diikuti dengan seorang anak berambut raven yang mencuat keatas di belakangnya. Aku tak pernah melihat model rambut seaneh itu di sekolah ini.
"Mungkin dia anak baru yang dimaksud Ino?" batinku dalam hati.
Kakashi sensei memasuki ruang kelasku.
"Baiklah anak-anak, maaf atas keterlambatanku. Ada beberapa tugas di kantor yang harus aku selesaikan".
"Hari ini kalian kedatangan teman baru, ia pindahan dari Suna. Silakan masuk!". Perintah Kakashi Sensei.
Dari pintu, si rambut raven itu memasuki ruang kelas, membuat beberapa anak perempuan ki kelasku tertegun.
Setelah kusadari ternyata rambutnya mirip pantat ayam. Mata onyxnya yang kelam melihat sekilas keadaan kelas dan kembali memalingkan wajahnya yang datar.
Dia berkaos biru muda ditutupi dengan hem biru tua. Bercelana krem selutut ditambah sepatu sportnya biru tua yang terlihat mahal bagiku.
Tiap geraknya membuat para perempuan di kelasku meleleh dan terbakar di wajah.
"Silakan memperkenalkan diri. Atau kau bisa menceritakan sedikit tentang dirimu!" perintah Kakashi Sensei.
"Namaku Uchiha Sasuke".
Banyak mata terbelalak. Inikah yang namanya Uchiha Sasuke,
anak dari pemilik Uchiha Corp, perusahaan terbesar yang ada di Konoha. Namun, satu hal yang kurang dari dia,
badannya pendek.
"Baiklah Sasuke. Kau bisa duduk di sebelah sana". Perintah Kakashi sensei sambil menunjuk kursi kosong paling depan yang ada di sebelahku.
"Apa?! Aku akan duduk sebangku dengan dia?" Batinku dalam hati.
Sebenarnya aku lebih suka duduk sendiri walaupun Ino sudah ratusan kali menawarkan diri untuk menemaniku.
Sasuke berjalan kearahku tanpa menjawab pernyataan Kakashi sensei. Sasuke duduk, menaruh tasnya dan langsung menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Hai, namaku Sakura Haruno" Ucapku mencoba ramah.
.
.
.
"Hn."
.
.
WTF!?
Tidak adakah jawaban lain yang bisa ia ucapkan? Protesku walau hanya kusimpan dalam hati.
"Anak-anak, keluarkan buku kumpulan soal kalian, kita akan membahas beberapa soal untuk ujian berikutnya". Kakashi sensei mulai menyalakan LCD proyektor.
"untuk Sasuke kau bisa berbagi dulu dengan Sakura sementara buku-buku pesananmu datang". lanjut Kakashi sensei.
Kami-san, ujian apalagi ini..
.
.
.
.
.
Kringggg... kringgggg...
Jeritan siswa berbunyi. Tanda waktu untuk kami semua istirahat, kecuali Sasuke.
"Akankah kau beranjak dari tempat duduk itu?" tanyaku sambil merapikan alat tulisku.
"Tidak." Jawabnya singkat.
"Mau ke kantin?"
"Tidak."
"Ingin menitip sesuatu untuk dibelikan?" tanyaku kesekian kalinya.
"Tidak."
Aku mulai kesal dengan sikap si pantat ayam itu. Langsung saja aku pergi sebelum aku benar-benar meledak dibuatnya.
Di Kantin aku melihat Ino dan Sai sudah melambaikan tangan mereka untuk memberi tahuku mereka disana.
.
.
.
.
.
.
.
.
12.50 PM
waktu untukku pulang sekolah.
Saat di depan gerbang, sudah kulihat Sasuke berjalan keluar sekolah dengan banyak perempuan mengekornya. Ibarat induk ayam yang diekori anaknya.
Sasuke bagaikan matahari, menjadi pusat magnet perhatian para gadis yang melihatnya. Para gadis yang mengelilingi sasuke, melihat Sasuke dari segala penjuru.
Namun, dengan wajahnya yang datar dan cuek, tidak memperdulikan para perempuan itu. Dasar Aneh~
Akhirnya kerumuman itu pudar. setelah aku menyadari bahwa Sasuke dijemput oleh mobilnya.
Seperti biasa, aku akan pulang bersama Ino dengan berjalan kaki. Jarak rumahku dengan sekolah memang jauh, namun aku memlih untuk menghemat uang dan mengurangi tumpukan lemak yang ada di tubuhku.
.
.
.
.
Di tengah perjalanan, aku melihat Sabaku no Gaara sedang membeli Ramen bersama Uzumaki Karin teman sekelasnya.
Ya Tuhan, hatiku terasa sakit mengingat diriku yang hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan. Senyum yang menghiasi wajahnya sangat menyejukan hatiku.
Namun kesejukan hati ini hilang, setelah melihat perempuan berambut merah dan berkacamata itu mulai menyuapi Gaara.
Hatiku tersayat, adakah luka yang lebih sakit dari ini?
"Sakuraa! Apa yang kau lakukan disini?"
Ino menghampiriku, aku tidak menyadari Ino yang terus berjalan lurus sedangkan aku masih memperhatikan Gaara.
"Sakura, bagaimana perasaanmu saat duduk dengan Uchiha itu?" Kata Ino memecah lamunanku.
"Biasa saja". jawabku malas.
"Ayolah, pasti ada yang spesial dari itu, ceritakan padaku". mohon Ino yang menampakan matanya yang bersinar-sinar.
"Ia sangat pendiam, eh, bukannya pendiam, tapi cuek. Dan menyebalkan! Aku tidak berbicara banyak dengannya". Jawabku sedikit jengkel mengingat jawaban yang selalu diucapkan pantat ayam itu.
"Hey, Jidat! kau berani mengatai Uchiha itu menyebalkan? Bahkan perempuan lain akan memberikan apapun hanya untuk bisa duduk disebelahnya". Jawab Ino yang terdengar membela si Pantat Ayam.
"Bahkan aku rela melakukan apapun hanya untuk pindah dari sisi si Uchiha mengebalkan itu!".
"Dasar jidat, tidak melihat kesempatan dalam kesempitan" Jawab Ino.
"Aku tidak melihat hal itu sebagai kesempatan Ino. Dia benar-benar menyebalkan".
"Oya Ino, kau kan sudah punya Sai, memang dia tidak marah denganmu? "Tanyaku.
"Hey Sakura, tidak ada hubungan antara laki-laki tampan dengan Sai".
Protes Ino menatap tajam diriku.
"terserah kau sajalah".
.
.
.
.
.
.
.
Rumah.
Aku langsung masuk ke rumahku yang bisa dibilang besar. Interior pilihan ayah yang didominasi unsur kayu dan banyak tanaman langka diletakan di sudut ruangan. Dinding rumah di cat dengan perpaduan warna coklat dan hijau kesukaan ayah. Aku pun menyukainya.
Selain aku dan orangtuaku, yang tinggal disini ada puluhan pelayan, beberapa sopir dan 2 orang tukang kebun yang dibayar ayahku untuk membersihkan rumah ini.
Banyak pelayan yang ayah siapkan untuk membantuku. Namun, aku menolak itu semua. Aku hanya mencoba mandiri tanpa harus mengandalkan mereka. Kalau hanya membersihkan kamarku dan memasak makanan aku juga masih sanggup.
Setelah mencuci kaki, dan berganti pakaian, aku turun ke dapur untuk memasak. membuka kulkas untuk melihat bahan-bahan yang bisa kumasak. tiba-tiba...
"Maaf Nona Haruno, sebaiknya Nona istirahat saja, biarkan saya yang memasak" Tawar seorang pelayan.
"Tidak usah Bi, terima kasih... Aku ingin memasak sendiri" Tolakku mencoba halus.
"Tapi saya ingin membantu Nona"
"Baiklah Bi.. tunggu sebentar ya"
Aku ke kamar mengambil secarik kertas dan menulis beberapa bahan makanan yang aku butuh.
"Ini Bi, tolong pergi ke pasar terdekat dan beli beberapa bahan ini" Aku menyodorkan kertas dan sejumlah uang.
"Maaf Nona Haruno, tapi uang ini terlalu banyak hanya untuk membeli bahan yang kau inginkan".
"Tak apa. sisanya bisa kau gunakan untuk membeli makananmu sendiri"
"Terima kasih, Nona". Aku melihat senyum dari bibi pelayan itu. Rasanya senang juga membuat oranglain tersenyum.
Aku langsung pergi memasak dengan bahan seadanya. Makan dalam keadaan memikirkan sosok bernama Sabaku no Gaara itu.
Juga bertanya-tanya, 'Bagaimana wajah calon suamiku nanti?'
Tampan? jelek? Tinggi? Pendek? Hitam? putih? atau?
Kemungkinan terburuk : Aku akan menikahi kolega ayah yang telah berumur sekitar setengah abad, berjalan menggunakan kursi roda menuju kearahku, tertawa dengan memamerkan gigi palsunya yang mengerikan, dan tinggal menghitung jari menuju hari sepeninggalnya. Lalu aku menjadi janda muda dan orang akan berpikir aku hanya mengincar harta warisan.
'Kyaaaa~ Aku tidak mau menikah!'
.
.
.
.
.
.
.
Selesai makan, aku mencuci piring yang kugunakan dan mengembalikannya ke rak.
aku langsung membaringkan tubuhku di atas kasur dengan sprei merah muda berukuran king size. Kamarku yang dominan dengan warna pink ini serasa amat sepi.
Aku menatap langit-langit kamarku yang dihiasi gambar bunga Sakura. Aku banyak memikirkan nasibku setelah ini, hidup yang akan jadi korban keinginan orangtuaku. Karena terlalu lama berpikir dan kelelahan aku akhirnya terlelap.
.
.
.
.
.
.
05.45 PM
"Sakura sayang, ayo bangun"
suara itu terdengar familiar. Tidak
lain dan tidak bukan adalah ibuku yang sudah menerobos masuk ke dalam kamarku yang lupa kukunci.
"sebentar lagi, Bu". ucapku masih menutup mata sedikit menguap.
"Sakura, cepatlah bangun atau kau akan terlambat". lanjut ibuku sambil menaruh beberapa pakaian ke atas sofa besar berwarna pink muda milikku.
"untuk apa?"
"Pertemuan kita dengan keluarga Uchiha tentu saja". Ucap ibuku tersenyum sendiri.
"Uchiha?"
"Sudahlah, sebaiknya kau mandi dan segera berganti pakaian".
ibuku pergi meninggalkanku dengan raut wajah yang terlihat sangat gembira dan berjalan diiringi beberapa loncatan kecil.
Aneh.
Ibu tak pernah bersikap begitu. Aku pun tak tau sebabnya.
"Uchiha?" gumamku.
Eh?! Berarti?
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah mandi.
Aku memakai pakaian yang diberikan ibuku.
Yaitu gaun selutut tanpa lengan berwarna merah muda dengan corak bunga Sakura. dengan sedikit glitter di bagian bawahnya membuatnya bergemerlap bila terkena cahaya. menurutku indah.
rambut yang kusanggul dengan diberi hiasan bunga sakura kecil di dekatnya, cocok dengan gaunku. (menurutku)
baiklah. aku siap!
"Sakura, ayo sayang... Kita terlambat!"
Ibuku berteriak agar aku segera turun.
"Coming, Mom!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kediaman Uchiha~
07.03 PM
.
.
.
.
.
"Mansion yang menakjubkan". Gumamku.
Inikah rumah Uchiha Sasuke si Pantat ayam itu?
Rumah super besar ini memiliki gerbang yang sangat tinggi. Abu-abu menjadi dominan warna rumah ini. Taman indah penuh dengan bunga-bunga, juga dihiasi air mancur yang cukup besar. benar-benar suasana yang sempurna untuk relaksasi.
Setelah ayah memberhentikan mobilnya, kami turun. Pelayan yang bekerja di mansion ini membukakan pintu utama yang 2 kali lebih besar dari pintu utama di rumahku.
bisa kulihat ada 2 orang tengah berdiri dibalik pintu itu. Menunggu untuk menyambut kedatangan kami.
seorang wanita berambut hitam panjang, kulit putih sedikit pucat, dengan mata onyxnya yang indah tengah menatapku.
Dan laki-laki bertubuh gagah, berambut gelap juga menyeringai kearahku.
.
.
.
.
.
.
"Mikoto!"
"Mebuki!"
mereka saling berpelukan seperti sahabat yang telah lama tak bersua.
"Ahhhh, Kizashi! lama tak jumpa... bagaimana perusahaan? lancar?" Laki-laki yang bernama Fugaku itu merangkul ayahku. Mungkin dia adalah rekan kerja lama ayah.
"Tentu Fugaku! semoga setelah ini kerjasama kita akan terjalin lebih erat!" Ayahku membalas rangkulan.
Aku tak mengerti apa yang dibicarakan oleh para bapak itu dan memutuskan untuk tidak menggubrisnya.
"Inikah Sakura yang sering kau ceritakan Mebuki? Dia lebih cantik dari yang kuperkirakan" ucap wanita yang bernama Mikoto Uchiha itu.
"Iya, dialah putriku Mikoto". Jawab ibuku bersemangat.
"senang bertemu anda Nyonya Uchiha, nama saya Haruno Sakura". Ucapku berusaha sesopan mungkin.
"Senang sekali bertemu denganmu Sakura. dan kenapa kau memanggilku seperti itu? panggil saja aku dengan Ibu".
Mikoto merangkulku dan memberikan pelukan erat. Nyaman.
"eh? ibu?" batinku.
"Baik, I-ibu..." jawabku masih ragu-ragu.
"Sakura kau benar-benar menggemaskan. Eh, ayo silakan masuk!". Ajak Ibu Mikoto ke ruang tamu.
Rumah yang menakjubkan. interiornya rumah ala Jepang yang tergabung dengan interior kekinian sangat elegan untuk dilihat.
Kami semua duduk di ruang tamu, namun Ayah bersama laki-laki bernama Uchiha Fugaku itu berbincang-bincang sendiri, mungkin mengenai bisnis.
"Maaf ya Sakura, kedua anakku belum ada yang pulang, tidak biasanya mereka seperti ini"
"Tidak apa-apa, i-ibu". aku ragu.
apakah anak yang dimaksud adalah si Pantat ayam menyebalkan itu?
setelah 15 menit berlalu~
Klakson mobil terdengar dari luar. Mungkinkah itu?
derap langkah terdengar, gagang pintu terlihat bergerak, perlahan namun pasti, pintu besar itu mulai terbuka.
dan itu adalah...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Itachiiiii... Kemarilah nak". Panggil Mikoto.
"Ibu, maaf aku terlambat... Konoha terlalu macet bagiku dan aku mampir ke beberapa kedai Ramen di kota". Kata laki-laki itu.
secara fisik ia mirip sekali dengan Pantat Ayam, hanya lebih tinggi dan rambutnya tidak mencuat ke atas.
"Kau seharusnya menelpon ibu dulu jika pulang terlambat". Ibu Mikoto sedikit kesal.
"hehehe, maaf Bu..." Laki-laki bernama Itachi itu mulai memposisikan diri duduk di sofa dekat dengan ibunya.
"Mebuki, ini Itachi, anakku yang tertua".
"Senang bertemu anda Nyonya Haruno".
"Wah Itachi, tak kusangka kau sudah sebesar ini!" Ibuku menatap Itachi dari atas sampai bawah.
"Tentu saja Tante".
"Dan Itachi, inilah Sakura Haruno". Ibu Mikoto memperkenalkanku.
"Jadi kau yang namanya Sakura, senang bertemu denganmu, aku Itachi Uchiha". Kak Itachi ramah.
"hehehe, senang bertemu denganmu Kak Itachi". aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Maaf soal adikku, dia suka telat pulang ke rumah". lanjut kak Itachi.
Eh, adik?
"Mungkin dia akan menyebalkan awalnya, tapi sebenarnya ia sangat romantis dan perhatian, Sakura!"
Ucap kak Itachii mengambil cemilan yang disiapkan ibu Mikoto.
aku masih tidak mengerti apa yang diucapkan oleh kak Itachi. Romantis? perhatian?
"Oh ya Sakura, kau sudah lama ya tinggal di Konoha?" Kak Itachi mulai mengambil beberapa cemilan yang ada di meja.
"Iya kak, bukannya sudah lama tapi sejak lahir hehehe"
"Bagus. Berarti kau sudah menyusuri seluruh penjuru Kota Konoha ini..."
"Tentu saja".
"Apakah kau tahu kedai Ramen yang menurutmu paling enak?" Kak Itachi bertanya kepadaku.
"Tahu Kak! Kedai itu tidak jauh sekolahku".
Kedai yang kumaksud adalah kedai ramen yang sering dikunjungi Gaara dengan Karin.
"Bagus, jika ada waktu luang, ajaklah aku mengunjungi kedai itu. Dan juga agar aku tidak makan sendirian. hahahaha".
"Dengan senang hati kak Itachi hahaha". Aku benar-benar suka dengan keramahan kak Itachi.
"Kenapa kakak pergi sendiri? Kemana pacar Kak Itachi?" Aku penasaran dengannya.
"Soal itu... hehehe... Memang aku sudah punya pacar, tapi sekarang dia sedang berada di Jepang untuk mengurusi butik barunya". Kak Itachi menunjukan semburat merah di pipinya. Hal aneh yang terjadi di diri Uchiha itu.
"ahh Souka... Dia bekerja di bidang Fashion ya Kak" aku memperjelas.
"Begitulah. Aku yakin jika kalian bertemu, pasti akan langsung akrab". Itachi senyum-senyum sendiri menceritakan mengenai pacarnya itu.
"Betulkah? aku jadi tidak sabar. Namanya siapa kak?"
"Kau akan tahu sendiri nanti saat ia pulang, hahahaha". Kak Itachi tertawa lebar.
"Baiklah. Aku benar-benar menunggu hari itu".
.
.
.
.
"kalau begitu aku masuk dulu, Bu". pamit Kak Itachi.
"Itachi jangan lupa mandi, dan pelayan akan mengantarkan makan malammu"
"Tentu Bu,".
"Sakura, anggaplah ini rumahmu, datanglah padaku jika ada masalah yaaa...". ucap kak Itachi menyeringai ke arahku.
"Terima kasih kak, tentu saja!" Aku malu-malu.
lagi, menunggu...
.
.
.
.
.
.
.
.
Tiba-tiba-
.
.
.
.
.
.
.
Pintu itu memberi tanda akan ada orang yang masuk. Dan aku tidak ragu lagi, orang yang akan datang adalah..
.
.
.
.
.
Uchiha Sasuke~
"Maaf. aku terlambat".
Singkat. jelas. padat.
Ia masih mengenakan baju yang aku liat di sekolah tadi.
"Sasuke, kemana saja kau? Kami semua menunggumu" Mikoto sedikit marah.
Menunggu dia? Untuk apa? aku terus bertanya-tanya.
Maaf, Bu" sasuke masih berdiri.
Berbeda sekali dengan kakaknya yang ramah dan perhatian. Pantat ayam ini menyebalkan.
"kemarilah". ibu Mikoto menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.
"Mebuki. Inilah Uchiha Sasuke. Sasuke ucapkan salam!"
"Senang bertemu anda. Saya Uchiha Sasuke".
"Ah Sasuke, kau benar-benar tampan, pasti dia banyak dikejar oleh para gadis di sekolahnya" Goda ibuku dengan mata berbinar-binar melihat pantat ayam itu.
"Sayang dia terlalu cuek, Mebuki". Ibu Mikoto memberi tahu.
Syukurlah, ibunya tahu bagaimana sikap anaknya.
Ayah, kemarilah" Lanjut Ibu Mikoto.
"mungkin sahamku akan naik sete-" Ucapan Fugaku terpotong.
"Ayo Kizashi, kita lanjutkan nanti".
"Tentu Fugaku." Mereka berjalan sambil tersenyum gembira menyimpan tangan mereka dibelakang.
"Baiklah. Kami ingin memberi tahukan sesuatu kepada kalian berdua". Ibu Mikoto terlihat aneh dengan seringaiannya.
"Siapa?" Tanya Sasuke singkat.
"Kau dan Sakura tentunya".
"Ada apa i-ibu?" Tanyaku. Sasuke melirikku dengan aneh.
"Kalian tahu, Haruno Corp dan Uchiha Corp telah lama bekerjasama, bahkan sebelum kalian lahir. Saling bahu membahu membangun perusahaan hingga sukses seperti sekarang ini" Paman Fugaku menjelaskan, mendahului Ibu Mikoto.
"Juga Persahabatan keluarga Uchiha dan Haruno yang sudah terjalin sejak kecil". Ibu Mikoto menambahi.
"Jadi?" Sasuke sedikit penasaran.
"Kami ingin kalian menikah!" Ibuku menjawab.
"Apa?!" Aku dan Sasuke bersamaan.
To be Continued
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 1 finished! menurut kalian? Kalo jelek gak akan aku lanjutin walaupun Chapter 2 is on the way atau mungkin malah udah jadi? Maaf ceritanya pasaran banget. Tapi memang perjodohan paksa sasusaku adalah cerita favorit author. hahaha... Semoga menghibur para readers.
Apdet kilatnya habis ujian.
Makasih for all readers
Review Please XD
Devi Namira,
Salatiga, 17 April 2016
