A Story By Jinhwan [beginning]
By innochanuw
Main Cast iKON's Jinhwan-Hanbin/B.I Genre Romance Fluff Cheesy-Pick-Up-Lines AU OOC Duration Drabble Rating T
"Jinhwan yang hobi menulis fanfict kehabisan ide karena terlalu jenuh dengan keadaan yang itu itu aja dan dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan ide dengan hanbin, sekalipun dengan cara gila. Apakah itu sebuah keputusan yang salah jika jinhwan mengajak hanbin?"
"Semuanya aku pu-"
PRAK! BRAK!
TAP TAP TAP TAP!
Hanbin mengerutkan keningnya saat kedatangannya langsung disambut oleh suara-suara berisik.
Ia kan datang membawa kabar baik dan tidak marah-marah atau membawa garpu taman, kenapa malah disambut seperti anak geng sebelah siap membantainya?
Kemudian otak cemerlangnya mulai menerka-nerka.
Junhoe tadi sedang makan dengan Bobby di YG Cafetaria, Donghyuk dan Chanwoo baru saja keluar dari ruang latihan mungkin jajan? Berarti hanya-
"Oh? Kim Hanbin?"
"Ah hyung?" Hanbin menggaruk-garuk tengkuknya setelah melepaskan snapback terbaliknya. Orang yang baru saja ia pikirkan langsung muncul dari dapur.
Meski dengan penampilan pipi cemong sana-sini, celemek kotor, badan yang penuh dengan peluh, dan raut wajah kewalahan serta...apa? Panik?
"Hyung, ada a-"
"Hanbin-ah," panggil Yunhyeong pelan, terlihat penuh dengan harapan.
Alisnya naik sebelah, kira-kira menerka setelah tadi berperan sebagai leader iKON yang bertanggung jawab di hadapan para producer dan sajangnim sendiri, ia akan menjadi apa setelah ini.
Tidak, Hanbin tidak bisa menolak permintaan Yunhyeong sedikitpun karena hyung satunya ini tak pernah merepotkan atau meminta banyak hal padanya.
"Bisa kau bantu aku? Maaf aku tau kau baru saja bergulat pikiran dengan orang-orang YG tapi ini..."
"Yunhyeongie!" Ah, Hanbin akan berubah jadi tukang suruh-suruh, karma karena sering menyuruh Chanwoo yang aneh-aneh.
Warna wajah Yunhyeong berubah. Agak pucat dan itu cukup untuk membuat Hanbin bertanya lagi.
"Suara Jinhwanie hyung?"
Yunhyeong ingin menggeleng tapi suara melengking terdengar kembali, suara yang hanya dimiliki oleh seorang Kim Jinhwan.
Hanbin meringis, Yunhyeong sudah sweatdrop tanpa alasan jelas.
"Tak apa hyung," Masih dengan ringisannya. "Biar aku yang menanganinya oke? Hyung istirahat saja, terlihat lelah sekali."
Yunhyeong mengulas senyum tipis seraya duduk pasrah di atas kursi meja makan, terlihat mengkhawatirkan sampai bulu kuduk Hanbin bergidik.
Saat Hanbin hendak membuka kamar Jinhwan dan Donghyuk, Yunhyeong berkata, "Bin, pelan-pelan. Jangan marahi hyungmu. Dia sedang sensi-"
"Yunhyeongieeee!"
Kali ini terbalik, Yunhyeong meringis layaknya seorang ibu saat mendengar teriakkan anak perempuannya di hadapan tamu dan Hanbin sweatdrop, bukan seperti B.I atau Hanbin di hadapan para trainee.
Yunhyeong menyodorkan nampan yang berisi sepiring cheesecake dan secangkir hot chocolate. "Ini untuk Jinhwan hyung. Kita kehabisan stock apetilizer dan makanan manis, Chanwoo dan Donghyuk baru saja kusuruh untuk berbelanja jadi ya-aku membuatkannya?"
Pemuda manis ini tak pernah gagal dalam hal memasak meskipun itu percobaan pertama tapi mendengar kata 'makanan manis' 'apetilizer' dan nada ragu-ragu...tiba-tiba Hanbin merasa sangsi?
"Ah ya hyung, baik," ucap Hanbin menurut –meskipun dia masih tidak mengerti untuk apa ini semua, hyungnya ini kan tidak terlalu suka hal-hal manis tak seperti wajahnya.
Jinhwan hyung juga tidak terlalu suka berteriak atau PMS seperti tadi, memperbudak Yunhyeong yang tidak tegaan pula.
Sebenarnya ada apa?
"Jinhwa-"
"Aaa! Kenapa masih tidak bisa huh?"
Hanbin menutup kembali pintu kamar Jinhwan dengan gugup. Seharusnya ia mengetuknya dulu dan bilang permisi bukan?
Ah.
Dia jadi benar-benar seperti pelayan. Dia kan leader, berhak untuk tau masalah yang menimpa bocah-bocah urusannya.
Sama sekali tak lucu kalau yang sedang bermasalah kepikiran terus dan tidak fokus saat latihan, justru itu bisa memancing kemarahannya.
Lebih baik dia marah sekarang kan?
Hanbin menarik nafas sebentar lalu menghembuskannya masih dengan gugupnya. Yang ia hadapi sekarang adalah 'teman'nya sendiri, lebih tua juga.
Ia membukanya sedikit, mengintip apa yang sedang hyungnya lakukan tersebut agar ia bisa mengira-ira haruskah ia marah, berteriak, atau menasihati saja.
Kasian Yunhyeong, kemarin kelelahan sekali dan sekarang jadi pesuruh.
"Kenapa masih tidak ada ide? Arghh!" Jinhwan –sesuai sudut pandangnya sedang melakukan aksi-yang-bukan-dia-sekali; memukuli lap-
Tunggu.
Jinhwan tidak mempunyai laptop, sekalipun ia begitu menginginkannya dan bisa membelinya ia lebih memilih untuk membeli makanan –menghidupi 2 bocah tak kenal kenyang yang mengelilinginya daripada memberi barang elektronik yang selalu jadi alasan dirinya dicuekkin.
Tapi itu bukan laptop Hanbin juga. Pagi-pagi niat bangunnya hanya untuk berolahraga mengitari daerah dorm saja –karena kalau siang, ia tidak mau menambah jasad wanita wanita muda yang langsung mati seketika di tempat karena serangan jantung– tapi ia 'ketahuan' oleh salah satu produser YG dan diminta untuk menghadap dadakkan, sebelum matahari muncul Hanbin sudah buru-buru kembali ke dorm –menghasilkan kerutan di dahi Chanwoo yang kelaparan di dapur dan membawa laptopnya.
Dengan mengikuti kata hatinya, Hanbin memilih untuk meninggalkan laptopnya begitu saja, lagipula ada Bob-
Shit. Ia mengumpat pelan. Berarti itu laptop si kelinci gila, batinnya menjerit.
Kalau boleh jujur, ia justru senang laptop hyungnya itu hanya kemungkinan kecil untuk bisa 'berkerja' normal kembali tapi masalahnya track andalan mereka setelah 'My Type' ada disana, Rhythm Ta. Lagu favoritnya yang sialnya sangat-kimbab sekali. Dan itu ada di sana. Di antara ribuan file laptop Bobby, yang masih jadi benda malang karena terus dipuku-
Dia harus cepat bertindak sekarang.
"E-eh hyung!" Tindak pencegahan yang benar-benar parah memang, merusak image kerennya di hadapan hyungnya tersebut. Tapi lagi-lagi Hanbin mengumpat, masa bodoh dengan nama baik masa depannya nyaris saja remuk!
Jinhwan –seperti yang bisa ditebak membelakkan mata minimalisnya, mungkin terkejut mendengar jeritan oktaf Hanbin yang benar-benar merdu. Merusak dunia maksudnya.
Dan ia melakukan sesuatu yang membuat Hanbin curiga secara tiba-tiba. Menutup keras laptop Bobby –Hanbin mau menangis rasanya– dan menyembunyikannya di balik bantal yaang buru-buru didekap –Jinhwan tidak berat tapi kalau sekali lagi Jinhwan bertindak, ia bisa menangis sekarang juga.
Ngomong-ngomong, aksi menyembunyikan laptop itu sama sekali tidak berguna kalau Jinhwan ingin tau dan kalau Hanbin tak lupa yang lebih tua ini meskipun terlihat garang tapi sensitif juga.
"A-ah Hanbin? Bin?" Ah, sungguh kalau saja mereka tidak ada di dorm atau suatu tempat yang bisa muncul 'penghancur momen' dari salah satu membernya, Hanbin rasanya ingin memeluk Jinhwan seerat yang ia bisa dan menciumnya dari pagi hingga pagi.
Menggemaskan sekali. Terutama caranya baru bersuara, begitu lembut. Dan Hanbin sangat suka cara Jinhwan memanggilnya 'Hanbin' atau 'Bin', sangat manis tanpa umbaran kata-kata sayang yang dulu sempat ia takutkan akan ditagih oleh Jinhwan –mengingat uke maupun anak gadis lain suka sekali hal semacam itu saat mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
Hanbin berdehem pelan, terlalu lambat untuk membangun image kerennya tersebut. "Maaf mengagetkanmu, hyung tapi...hyung sedang apa?"
Nah. Itu dia.
Gelagat aneh muncul lagi.
Hanbin bukanlah tipe orang yang begitu over sampai mengikat kekasihnya begitu erat –ia akui dirinya egois seperti lirik partnya di Apology tapi itu semata-mata hanya karena Hanbin tak mau kehilangan dan kalau kalian tidak lupa, Jinhwan adalah kekasih pertamanya.
"Ah tidak bisakah ini diskip saja dan langsung lanjut ke bagian dimana aku mencium Jinhwan sampai tak bisa bernafas?"
Hanbin berdehem pelan –agak membuat Jinhwan semakin was-was– berusaha untuk mengubur niat 'kotor'nya berkat terlalu lama bergaul dengan seorang Kim Jiwon alias Bobby Kim. Nanti saja, ini masih terlalu pagi.
Pertama-tama, ia harus mengamati Jinhwan dulu yang masih dalam mode 'mata minimnya memaksa terbelak'. Biasa, pengamatan fisik.
Rambut pink brown-nya yang masih berantakkan. Mata kuyu. Selimut dan seprai berantakkan. Dan piyama kusut. Definitaly, Jinhwannya baru bangun tidur.
Karena tidak mendapat jawaban, Hanbin lebih memilih mengulum senyum sehangat mungkin seraya berkata, "Baru bangun tidur hyung? Kenapa tidak langsung mandi dan bersiap? Memang jadwal kita hari ini kosong tapi yah..."
Jinhwan menelan air ludahnya lamat-lamat. Ia tidak takut dengan Hanbin, officialy not tapi Hanbinnya terbiasa untuk membiarkannya 'ngamuk' seharinya lalu keesokkannya, merangkulnya lembut dan langsung to the point bukan terbelit-belit begini.
Apa ia sudah keterlaluan dengan Yunhyeong ya?
Tapi masalahnya...Hanbin benar-benar tidak boleh tau apa yang ia lakukan di laptop –yang ternyata milik Bobby ini! Jinhwan...Jinhwan sedang memba-
Pipi yang selalu Hanbin gigit tiap pagi berubah warna, merona hebat dan sepasang mata kecilnya bergerak kesana-kemarin –terlihat gelisah, ingin berbohong tapi tak bisa.
Hanbin benar-benar gemas sekarang. Tidak bisa ya dia sekarang menggigit, melumat pipi, atau menelan Jinhwan begitu saja?
"Hyung?"
"Y-ya?" Membuka laptop Bobby. Menekan-nekan tombol disana tak tentu arah. Memukuli benda mati. Penampilan acak-acakkan. Wajah yang merona parah dan sekarang gugup. Hanbin langsung menarik kesimpulan. Kim Jinhwan sedang-
"Hyung," panggil Hanbin semakin melebar senyumnya. Ketimbang gugup (lagi), Jinhwan panik sekarang. Sial, dengan tubuh semungil itu dan luas kamar yang sempit ia mau kabur kemana lagi saat berhadapan dengan Kim Hanbin yang terasa seperti raksasa baginya?!
"A-aku tidak melakukan apa-apa sungguh!" Sekarang, sepasang tangan mungilnya menutupi wajahnya yang masih panas. "A-aku hanya bosan! Ma-maksudku...Oh astaga, kimhanbinakutidaksedangmembacafanfickita! Akuhanyatidakadaide!"
Hanbin mengedip bingung. Kenapa hyungnya jadi ngerap begitu? Apa ada yang salah? Maksudnya kan, Kim Jinhwan sedang-
-nekat membuat (atau mungkin membantu) dirinya dan Bobby dalam menyelesaikan lagu seperti dulu, hanya saja selalu bernasib naas. Entah tracknya langsung lenyap , bersama track lain atau kalau beruntung tidak semuanya –yang ia maksud benar-benar semuanya, Bobby tak pernah marah langsung mengerang saat track acara rap shownya ikut lenyap.
Atau berakhir wajah Jinhwan memerah habis karena terlalu lama menahan amarah, sudah mengomel pada dinding, melempari barang, dan ini segala macam karena tidak dapat ide.
Atau kemungkinan terburuknya (dan paling kecil), Jinhwan sedang mencoba membuat lagu yang bisa melelehkan hati fans sejenis My Type, hanya saja dengan bahasa lebih frontal –tak lolos sensor, dewasa mungkin?
Tapi yang ia dapatkan ternyata pengakuan 'terterus terang' dari seorang Kim Jinhwan. Apa tadi? Fanfict? Jinhwan pasti sekarang salah pa-
Ah.
Di pagi hari, menggoda anak orang bukan perkara besar bukan?
"Apa tadi hyung barusan?" Hanbin dengan seringainya yang sedikit demi sedikit mulai terbit dan Jinhwan dengan jeritan tertahannya. Sekarang pria mungil ini jadi merasa seperti di film horror sebagai korban.
"Membaca apa? Fanfict? Fanfict siapa? Padahal tadi maksudku bukan membahas soal itu loh hyung," Jinhwan menutup mulut rapat-rapat seraya bergerak mundur. Dia salah bicara (lagi) dan ketahuan berbohong (lagi). Benar-benar tidak beruntung.
Hanbin sudah cekikikkan sendiri di dunianya. Jinhwan benar-benar mood-nya sekali; sedetik lalu ia berusaha untuk menyusun kata sehalus mungkin untuk ukuran membentak begitu memikirkan kemungkinan 'Rhythm Ta'-nya akan terhapus dan detik berikutnya, hormon pembangkit rasa stress di otaknya langsung lenyap begitu saja.
"A-aku," Hanbin tak bergerak sama sekali di tempatnya, hanya bibirnya yang terus naik dengan mengerikannya tapi Jinhwan masih terus bergerak mundur bersama laptopnya –apa gunanya ia menjauh kalau nanti laptopnya langsung diambil oleh yang bersangkutan?
"Hyung apa hm?"
Jinhwan memejamkan matanya erat. "AKU HANYA MEMBACA FANFICT PLUS KOK! AKU DENGAN JUNHOE BUKAN DENGANMU!"
Wow, keras sekali volume yang digunakan Jinhwan. Hanbin sampai terkejut. Hanya saja sayang, itu tidak cukup kuat untuk membuat seorang Chef Song kehilangan fokusnya saat bergulat di dapur.
Dan tak cukup keras juga untuk disamakan dengan suara hati retak milik seorang Kim Hanbin. Kenapa kau harus berbohong sih hyung? Aku juga tidak akan berbuat apa-apa padamu, kecuali sudah malam sih hehe.
Seringainya sudah sepenuhnya hilan, Jinhwan bernafas lega. Ekspresi datar muncul, Jinhwan merasa seperti tercekik daripada sebelumnya.
"Jangan berbohong deh hyung," Satu helaan nafas yang berat, satu tarikkan nafas keras oleh Jinhwan. "Jangan mulai lagi, sebenarnya ada apa huh?"
Jinhwan menunduk pelan, dengan berangsur-angsur kedua tangan pendeknya menyerahkan laptop di hadapan sang 'hakim' dengan wajah memerah lagi. Ia tidak mau Hanbin marah sekalipun kekasihnya tak pernah marah –bahkan membentak tidak pernah sekalipun.
Hanbin dengan gaya bossynya –tangan di depan dada– menghela nafas lagi. Apa ia membuat Jinhwan termanisnya ketakutan lagi? Ia kan hanya bercanda, tak bermaksud, bahkan tak menyangka semudah itu Jinhwan menyerahkan 'apapun-itu-yang-sedang-ia-lakukan-tapi-pastinya-penting' di laptop Bobby.
"Maaf, Bin," lirihnya pelan membuat jantung Hanbin langsung berhentik berdetak, sedetik. "Aku tidak maksud apa-apa kok, hanya -maaf- aku tidak mengusik lagu kalian, hanya hal konyol saja."
Jinhwan tidak menangis, Hanbin tau itu. Jadi pemuda tanpa eyeslid ini lanjut membuka layar laptop teman satu rekannya –yang tak pernah memasang password disana padahal banyak 'aib'
Ketika matanya menangkap kata 'menggeram' pada 'dialog'nya dan 'mendesah' di dialog Jinhwan, itu sudah lebih dari cukup untuk menutup laptop Bobby yang sudah laknat semakin laknat dan benar-benar cukup membuat wajahnya memerah dan wajah Jinhwan lebih memerah lagi. Apalagi ini sudah di inti.
Sepasang matanya berkedip kembali. Daripada menyeringai untuk menggoda Jinhwan yang rentan saat ini, ia lebih memilih untuk berbicara pada dirinya sendiri.
Oh astaga, dia jujur. Manis sekali.
"Jinhwanie hyung," panggil Hanbin pelan, begitu lembut dan halus. Cukup menggetarkan hati Jinhwan.
Tak ada lagi cengiran atau seringaian di wajahnya. Hanya tatapan hangat yang tak bisa Jinhwan balas dan Hanbin yang mulai duduk di pinggir ranjang, membuatnya otomatis mundur beberapa 'seretan'
"Hwanie? Hwanie hyung?"
"Hmm...hmm..."
Senyum Hanbin merekah. Ia mendorong pelan laptop sampai menyentuh ujung lutut Jinhwan sambil memperhatikan kesayangannya tersebut.
"Hyung bilang apa tadi? Aku bertanya serius sekarang, sungguh."
Jinhwan kembali menunjukkan gelagat asing. Rupanya, salah tingkah.
"Um hm..." Kepalanya semakin tertunduk, jari-jarinya yang saling bertautan rasanya lebih mengasikkan ketimbang wajah tampan Hanbin. Tapi Hanbin tak marah sedikitpun, ia tetap tenang membiarkan aura menyenangkan Jinhwan menyelimutinya.
Mungkin Jinhwan gugup. Atau ragu-ragu. Pastinya bukan menahan tangis.
"Kau percaya padaku kan, Bin?"
"Tentu saja. Kalau begitu kenapa aku masih ada disisimu hm?"
Kepalanya manggut-manggut, seperti pajangan di atas dashboard mobil. Lucu sekali.
"Um...Yah...aku...kau tau kan, Bin aku tidak seperti Jiwon," Hanbin mengangguk pelan masih dengan senyuman understanding-boyfie tapi malah semakin lama ia menggaruk tengkuknya.
"Jadi yah..." Astaga, apa suhu udara di ruangan ini dinaikkan oleh Donghyuk? Di musim panas begini? Jinhwan menelan ludahnya gugup. "Aku hanya...kau tau kan...seperti writer block tapi-"
Hanbin tergelak parah di dalam hati (ia masih mau hidup). Benar-benar baca fanfict berate tinggi hanya karena kena writer block? Setelah menyerah menjadi songwriter, composser, atau minimal choreography Jinhwan lebih memilih untuk fokus dan terus menggeluti dunia fanfict-nya?
Jinhwan mengerucutkan bibirnya. Ia tau dirinya benar-benar memalukkan untuk ukuran pria, yang sudah memiliki kekasih yang lebih muda, sebagai member tua, dan sebagai member boyband tapi kan tidak perlu sampai ekspresi Hanbin rasanya menghina sekali.
"Aku tau aku tau," teriaknya keras. Definitely, sudah tak 'ngambek'. Ia lebih memilih 'ber-sok-menggelikkan-manis di depan Hanbin ketimbang marah-marah yang selain membuat hubungan mereka yang rasanya begitu rentan (karena terasa tak mungkin) juga membuat dirinya makin tua, makin tak dewasa, dan membuat Hanbin sendiri menguras tenaga hanya untuk marah.
"Aku bosan kau tau? Aku tak melakukan apa-apa selama menunggu keputusan Yang sajangnim jadi ayolah~wajar saja bukan aku 'kembali' lagi? Sudah berapa lama aku tidak menulis? Lebih dari 3 bulan!" Hanbin mengangguk mengerti dan membuat Jinhwan semakin terlihat idiot untuk ukuran lebih tua.
"Dan penggunaan kosakataku pasti sekarang benar-benar payah, dan cerita yang-"
"Tidak payah," potong Hanbin mantap. Jinhwan bukanlah anak kecil, seburuk-buruknya dalam hal mendongeng pasti menggunaan kata 'berat yang hanya bisa ditemukan di novel kuno dan kamus' masih ia selipkan tanpa sadar. "Cerita anak kecil bisa dijadikan bacaan dewasa –maksudku anak kecil mengerti dan orang dewasa fine fine saja membacanya. Semua tergantung gaya penulisan hyung."
Jinhwan sadar tak sadar mendengus. "Oh tulisan dewasaku mau disamakan dengan cerita anak ke-"
"Memangnya kau mau membuat cerita jenis apa hyung? Dewasa? Mengingat yang kau baca tadi-Oh hahahaha! Jangan bilang aku benar!"
Jinhwan yang sepenuhnya sudah tidak marah lagi –dan ngambek dan cengeng segala macam–langsung kembali ke Jinhwan biasanya, nekat menutup mulut Hanbin yang meledak tadi. Yang dimaksud nekat adalah jarak antara keduanya jauh. Satu-satunya cara hanyalah melompat dan Jinhwan bukanlah pelompat yang baik –mengingat betapa seringnya ia nekat menerjunkan diri untuk menyelamatkan diri dari melukai semakin banyak member, terutama saat WIN dance battle akhir. Hanbin sampai bingung mau marah atau meringis melihat kondisi naas dimana-mana.
Tapi dirinya cukup baik dalam hal pendaratan. Tumbling dan kawan-kawannya selalu mulus dibawanya, entah dari awal atau saat pendaratan. Ia sering terjatuh dan berakhir terluka karena takut member cedera atau semakin cedera bukan karena tak bisa mendarat.
Dan kali ini pendaratannya benar-benar mulus.
"Ti-tidak! Tentu saja tidak!" jerit Jinhwan seperti anak gadis yang ketangkap basah menyukai pemain baseball keren di sekolah sebelah. "Cerita dengan rating tinggi selalu menggunakan kosakata kelewat indah dan ide-ide luar biasa yang entah bagaimana bisa muncul blablablabla..."
Jinhwan masih terus mengoceh panjang kali lebar –benar-benar favorite Hanbin sekali tanpa menyadari pendaratan mulus yang kelewat mulus dengan Hanbin yang ditindih olehnya. Keduanya tidak tengkurap atau dalam posisi duduk, hanya Jinhwan yang duduk di perut berbentuk Hanbin. Dan itu benar-benar...
Cup.
Hanbin sudah tak tahan lagi. Jinhwan benar-benar menggemaskan sekali. Bagaimana bisa ia tidak jatuh cinta terus menerus padanya?
"Bibirmu sekarang seperti ikan koi, hyung," Hanbin mengusap sudut bibir Jinhwan yang baru saja ia kecup dengan ibu jarinya lalu menjilatnya santai sembari berpikir. "Ah, tidak buruk untuk ukuran baru bangun tidur. Kupikir kau terkena serangan lipbalm Yunhyeong."
Hanbin mengulas senyum yang begitu indah, senyum sama setiap Jinhwan membuka matanya dan melihat Hanbin di ranjangnya –entah mau menggerutu karena Donghyuk langsung menghilang begitu saja atau kelewat bahagia tapi...
"Astaga, kau lucu sekali hyung hahahaha!" Hanbin tertawa dengan tubuh mereka yang masih saling bertubrukkan. Dan Jinhwan masih melongo parah sejak kecupan ringan menyentuh bibir kecilnya. "Jangan banyak bicara lagi oke? Simpan nanti di perjalanan, aku akan mendengarkanmu terus. Hari ini libur jadi mandi dan bersiaplah, kita akan pergi kemanapun tepat pukul 10, arra?"
Jinhwan mengerjap lucu tapi semuanya terjadi dengan cepat. Tubuhnya rasanya diangkat begitu saja, kembali duduk di ranjang masih dengan ekspresi shock. Hanbin mencuri kecupan lagi di pipi Jinhwan sebelum melesat pergi.
Jadinya ajakkan kencan nih?
"Hyung, kalau kau mau 'itu' bilang saja tidak usah sungkan-sungkan! Aku tidak akan menolak kok!"
Jinhwan berteriak lagi dan Hanbin tertawa keras lagi.
Ia tentu saja kesal. Tapi hatinya tetap tidak bisa tak berbunga-bunga.
Jalan-jalan sepanjang hari dengan seorang Kim Hanbin? Siapa yang menolak!
Kepala Jinhwan sudah penuh dengan hayalan ini itu tanpa memikirkan baik-buruknya bersama seorang Kim Hanbin. Hanya berdua. Dan sepanjang hari.
Dan mereka sepasang kekasih baru dimabuk cinta.
Welcome Kim Jinhwan to Hanbin's 'danger' world; full of cheesy-iwh-pick-up-lines!
Gak tau apa lagi ini. Ini sengaja dibikin rated M tapi jangan mengharapkan bagian anu oke. Gak kuat, Jinhwan selalu tersakiti selalu sakit aduh, sayangku kamu satu-satunya biasku yang manis dan uke plis jangan. Bahasanya sih tersensor cuma ceritanya agak menjuru ke...sudahlah.
Ini isinya full pick-up-lines yang part pertama cuma awal-awal aja, sama sekali gak ada menggoda-godanya dengan kalimat sok-sokkan. Dan maaf Hanbin jadi begini, padahal orang fav untuk jadi tumbal cerita beginian adalah Kim Jiwon dengan mukanya yang parah dukung, umur apa lagi, badan yaudah gak usah dibahas, tapi anak Tuhan. Lucu gak sih? Bilang aja lucu ya, humor lagi rendah banget perlu Kim Jinhwan atau Song Yunhyeong sebagai pemanis hidup ((tapi serius loh, anak pikirannya yes yes berpredikat kelewat genius, pake kacamata tapi anak Tuhan lucu banget. Kaya jiwon banget kan))
Hanbin bener-bener gak pervert, jahat, atau apapun itu, mukanya emang gitu. Muka-muka cocok buat masuk trio b(u)ngsat-nya EXO kalo mereka menambahkan cabang sampe ke luar agensi. Karena perpaduan tablo (ini singkatan bukan nama orang), cupu gila, dan ganteng?! Gimana dong mas, kunaksir yang cupu-cupu gitu argh.
Lucu gak sih ada artis yang dulunya demen bikin cerita apapun (entah imagine atau cerita normal, fiksi remaja biasa, novel, atau ekstrimnya ff?) plis bukan goo hye sun, dia bikin setelah dia debut ya (masih cinta sama buku Tango-nya, masih ngagumi betapa wownya dia di bbf yang mempertemukan Jung pertama kalinya dan kecantol karena umur gak beda jauh sama Jung Chanwoo, tiba tiba aja ghs mau nikah sama ajh –samaran-) lucu gak sih? Pengen deh iKON doyan gitu baca ff kek EXO (ehe kok jadi bawa exo mulu, maaf masih ada yicing disana sih) kan ada mas-mas translate aka Jiwon. Udahlah ya, niatnya kalo ff selain Bad Blood dan sequel bacotnya gak panjang tapi ini malah kebablasan, aw.
((siapkan diri kalian aja buat super duper ew gombalan dari kim hanbin, sekarang kalian akan merasakan sensasinya seperti di fake text/?))
