Note:

1. Ini ff pertama yang aku buat, EYD sudah diperbaiki sebaik mungkin, bila masih ada kesalahan mohon pengertiannya,

2. ff ini terinspirasi dari beberapa novel dan drama jadi ada beberapa dialog dan plot yang mungkin kalian tahu, jadi mohon pengertiannya lagi,

3. kritik dan saran sangat diperlukan, tapi tolong jangan menggunakan kalimat kasar. Selamat membaca.

.

Chapt 01. Soo &Kyungie

Buatlah permohonan dengan keinginan yang kuat, seorang dewa yang berhati lembut mungkin akan mengabulkan permohonanmu.

.

Bagi sebagian orang, salju hanya sekedar turunnya jutaan butiran es dari langit. Namun bagi sebagian yang lain, salju merupakan momen yang sangat ditunggu dimana rindu menjadi nyata, dimana kesejukan menenangkan jiwa, dan bagi Kyungsoo, salju hanyalah kenangan, iya hanya sekedar kenangan karena, setiap kali salju turun, maka seketika itu juga wajah-wajah orang yang ingin dia hapus muncul kembali diingatannya.

Sosok ibu yang seharusnya mengasihi dan menyayanginya adalah sosok yang tidak pernah dia dapatkan, begitupun sosok ayah yang seharusnya menjadi pahlawannya, membimbing dan melindungi dirinya dan keluarganya. Sosok yang dia punya hanya seorang ibu yang gila harta dan ayah yang kejam, demi menyelamatkan diri mereka sendiri, dengan teganya mereka menjual darah daging mereka sendiri.

Jadi tidak ada yang namanya kebahagiaan sejati, disaat kebahagiaan hanya datang dan pergi secepat jarum jam bergerak memutari porosnya. Hari ini dia tersenyum bahagia tapi mungkin besok pagi dia akan menangis, atau sebaliknya.

Samar-samar dibalik jendela sebuah ruangan dibagian loteng disebuah rumah. Salju yang telah membeku membuat engsel-engsel jendela tidak dapat dibuka, butiran demi butiran salju terlihat berjatuhan diatas ranting pohon sakura yang juga sudah memutih. Didalam ruangan yang gelap tersebut, seorang lelaki tengah menyandarkan dahinya yang hangat dijendela, setiap hembusan nafasnya yang bersuhu lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ruangan merubahnya menjadi kabut dihadapannya, sebagian lagi menjadi titik-titik embun yang menempel dikaca jendela yang tengah disandari-nya.

"Kyungsoo buka pintunya" Teriak seorang wanita yang dia panggil dengan sebutan ibu

"Buka Kyungsoo, cepat makan" Teriaknya lagi

"Aku malas… aku tidak lapar" Kyungsoo mendesah

"Jangan cari alasan kau, aku tahu kau sengaja ingin sakit agar bisa membuat kami kesusahan, cepat buka pintunya" Kyungsoo tercengang mendengar kata-kata ibunya

"Bu… bukan… begitu, bukan itu maksudku Omma"

"Sudah jangan banyak alasan, cepat buk…"

"Minggirlah" Sela seorang lelaki, 'brak' pintu kamar Kyungsoo didobrak, lelaki tersebut dengan cepat mendekat kearah Kyungsoo, lalu menjambak rambut Kyungsoo kemudian mendorongnya kedinding dengan keras. Lelaki tersebut langsung menampar wajah Kyungsoo bertubi-tubi, mulut dan hidungnya mengeluarkan darah, Kyungsoo meringis.

"Appa maafkan aku… ini sakit" Lelaki yang dipanggil ayah oleh Kyungsoo malah mencekik lehernya, "Kau makan atau lebih memilih mati" Air mata Kyungsoo menetes, hatinya sungguh terasa sakit, haruskah dia diperlakukan seperti ini hanya untuk membuatnya makan.

"Ba… baiklah Appa… aku… aku makan" mendengar perkataan Kyungsoo, lelaki yang dipanggil ayah olehnya langsung keluar tanpa menengok kebelakang, lalu ibunya meletakan makanan didepan Kyungsoo.

"Sudah bagus kami memberimu makan, tapi apa, kau menolaknya, cih, tidak tahu diri" Ibunya berkata sambil meludah, lalu pergi meninggalkan Kyungsoo yang terduduk menatap kosong kearah piring didepannya.

.

Pukul 04:30.

Kyungsoo tengah disibukan dengan pekerjaan didapur, ya, disaat orang lain masih tertidur ditempat tidurnya yang nyaman Kyungsoo sudah melakukan semua pekerjaan rumah, seperti membuat sarapan, mencuci baju, menyapu dan bahkan mengepel, dia harus melakukan semua pekerjaan tersebut sebelum dia pergi bersekolah jika tidak pukulan dan tendangan akan bersarang ditubuhnya, Kyungsoo tidak ingin pergi bersekolah dengan keadaan babak belur, bukan karena takut seseorang akan bertanya darimana dia mendapatkan luka-luka tersebut, tapi dia tidak ingin merasa menjadi orang buangan, karena tidak akan ada yang menganggapnya ada. Guru, teman, dan tetangga, mereka hanya akan bersikap seperti tidak ada yang terjadi, hanya Baekhyun dan Kai atau Jongin yang memperdulikannya, Baekhyun adalah teman masa kecil Kyungsoo dan dia sudah dianggapnya saudara, Baekhyun yang selalu ada untuk menghiburnya, benar hanya menghibur karena hanya itu yang bisa dia lakukan untuk Kyungsoo, orangtuanya pernah berkata 'JIka kamu tidak bisa melindunginya selama 24 jam lebih baik kamu tidak ikut campur kedalam masalah internal keluarganya, karena kamu hanya akan memperburuk keadaannya, disaat kamu tidak ada untuk melindunginya, Kyungsoo akan mendapatkan perlakuan yang lebih kasar dari orangtuanya' maka dari itu Baekhyun pernah menyarankan kepada Kyungsoo untuk pergi dari rumah dan tinggal bersamanya, tetapi Kyungsoo menjawab tidak dengan tegas, Kyungsoo memikirkan bagaimana keadaan orangtuanya nanti jika dia pergi meninggalkan mereka, Baekhyun yang mendengar jawaban Kyungsoo hanya diam terkagum-kagum, jika dia yang berada diposisi Kyungsoo dia akan lebih memilih pergi meninggalkan orangtuanya, karena merekalah sumber penderitaannya, dan Kai, dia adalah orang yang sangat berarti bagi Kyungsoo, Kai bagai mentari disaat hidupnya tengah diselimuti oleh kegelapan. Dia sudah mendiami hati Kyungsoo yang terdalam, disaat orang lain tidak pernah menganggapnya ada, Kai selalu datang membantunya, Kai selalu memperhatikannya, Kyungsoo merasa aman dan tenang bila didekatnya, seolah dia dibentengi oleh sinar-sinar kebaikan, semakin Kai memperhatikannya, semakin Kyungsoo tenggelam kedalam perasaannya, Kyungsoo mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Kai, Kyungsoo sudah meminta Kai untuk menemuinya dimalam sehari sebelum natal, ditempat pertama kali mereka bertemu.

.

Kyungsoo tengah berdiri ditaman tempat pertemuannya dan Kai,

"Hyung, maaf aku telat" sapa Kai, Kyungsoo memalingkan pandangannya kearah Kai, dia termenung, nafasnya tertahan melihat penampilan Kai, cahaya lampu jalan yang berpendar dibelakangnya membuat Kai tampak bersinar, "Apa yang ingin kau katakan hyung, mengapa harus memanggilku kesini, kenapa tidak dibicarakan disekolah saja?" Tanya Kai saat dia sudah berdiri tepat dihadapan Kyungsoo, tubuh Kyungsoo gemetaran, dari jaraknya ini dia masih bisa mencium aroma parfum Kai, Kyungsoo menelan ludahnya yang entah mengapa terasa mengeras ditenggorokannya, saat setitik salju turun dihadapannya, dia mengutarakan perasaannya.

"Jongin-ah… aku… aku menyukaimu, sangat menyukaimu" Kyungsoo menundukan kepalanya, mencoba menyembunyikan semburat merah yang muncul diwajahnya. "Mau… maukah… maukah kau menjadi pacarku" Lanjutnya, Kai hanya berdiri mematung, wajah nya tidak menunjukan ekspresi apapun.

"Jongin…" Kyungsoo mengangkat wajahnya, dia ingin melihat wajah Kai.

"Menjijikan" Kai meludah tepat ke wajah Kyungsoo, Kyungsoo hanya termenung.

"Kau lelaki, aku pun juga lelaki, bagaimana… bagaimana bisa kau menyukaiku, hilangkan perasaan menjijikanmu itu" Kai pergi meninggalkan Kyungso yang terduduk ditanah, air mata Kyungsoo tidak berhenti mengalir, salju yang turun dilangit malam kota seoul menjadi kenangan menyakitkan yang tidak akan pernah bisa Kyungsoo lupakan.

.

Kyungsoo sekarang tengah berada digerbang sekolah, hari ini terdapat perayaan tukar hadiah disekolahnya dan hari ini Kyungsoo memutuskan untuk berbicara kembali dengan Kai. Saat dikoridor dia melihat Kai tengah menggandeng seorang gadis, Kyungsoo berlari kearahnya.

"Jongin-ah, dengarkan aku, kumohon" Pinta Kyungsoo, gadis disamping Kai terkejut melihat Kyungsoo yang tiba-tiba menghadang didepannya,

"Sudahlah Kyungsoo hyung, pergilah, aku tidak ingin berada didekatmu lagi" Kai mencoba menjauhi Kyungsoo, "Ayo kita pergi Krystal-ah" Lanjutnya kepada gadis disampingnya.

"Kai-ah lebih baik kau dengarkan dulu apa yang ingin dikatakan oleh Kyungsoo-ssi" ucap Krystal,

"Tidak usah sayang, tidak ada yang perlu aku dengar darinya." Kyungsoo tertegun mendengar panggilan Kai untuk Krystal 'Apa maksud dari panggilan Jongin untuk Krystal, apa mereka telah berpacaran, tapi mengapa Kai tidak pernah mengatakannya padaku,' Pikir Kyungsoo

"Lebih baik kau menjauh dariku hyung" Perkataan Kai menyentakkan Kyungsoo kekenyataan,

"Tapi Jongin-ah," Kyungsoo mencoba menarik lengan Kai akan tetapi Kai menepisnya

"YAK, JANGAN MENYENTUHKU." Krystal terkejut oleh teriakan Kai, semua orang yang berada dikoridor langsung menatap kearah Jongin, Kyungsoo dan Krystal,

"Kai-ah kau tidak seharusnya bersikap kasar" Krystal mendelik kearah Kai, "Kyungsoo-ssi kau tidak apa-apa" tanya Krystal, ekspresi Kai yang mengeras melembut saat melihat Kyungsoo yang tengah terduduk, kedua tangannya diangkat menyilang diatas kepalanya seakan melindungi kepalanya dari sebuah pukulan,

"Maafkan aku… maafkan aku… maafkan aku…" Isak Kyungsoo terus menerus, Baekhyun yang baru melihat keadaan Kyungsoo langsung berlari kearah Kyungsoo lalu memeluknya dengan erat, "Tenanglah Soo ini aku Baekhyun, tidak ada yang akan menyakitimu, orangtuamu tidak ada disini, tenanglah Soo, aku melindungimu" Baekhyun melihat kearah Kai, "Pergilah Kai, kumohon." Baekhyun berkata tanpa bersuara, Kai menarik lengan Krystal lalu berjalan menjauhi Kyungsoo dan Baekhyun.

.

"Soo-ah, Kau sudah tak apa?" tanya Baekhyun, Kyungsoo menganggukan kepalanya, Baekhyun pergi untuk mengambilkan segelas air untuk Kyungsoo,

"Baek, apa salahku?" Tanya Kyungsoo, saat Baekhyun baru akan memberikannya segelas air, "Apa salahku sampai aku harus mengalami semua ini, apa dosaku," Baekhyun termenung, baru kali ini dia melihat Kyungsoo seputus asa ini, "Apakah salah jika aku dilahirkan? Apakah sebuah dosa jika aku hidup?" Lanjut Kyungsoo, matanya yang berkaca-kaca langsung menatap ke mata Baekhyun. Baekhyun mengalihkan pandangannya, dia tidak kuat menyelami mata Kyungsoo lebih dalam karena, seakan-akan mata polos milik Kyungsoo semakin tercemar oleh penderitaan yang tak kunjung henti. Kyungsoo meneteskan kembali air matanya, melihat Baekhyun yang mengalihkan tatapannya membuat Kyungsoo merasa bahwa Baekhyun juga ingin meninggalkannya.

"Apa… apa… apa kau… kau juga… ingin meninggalkanku Baek… apa… apa kau merasa jijik padaku" Kyungsoo terisak kembali, Kyungsoo mengira Baekhyun merasa jijik padanya karena dia menyukai Kai.

"Oh my god Soo, tentu saja tidak, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, kau sahabatku, kau saudaraku Soo, tenanglah dear" Baekhyun memeluk Kyungsoo dengan erat, dia mengelus kepala Kyungsoo dengan penuh kasih, Baekhyun benar-benar menyayangi Kyungsoo. "Soo bagaimana dengan saranku dulu, lebih baik kau pergi dari rumahmu, kau tinggallah denganku, kau harus memulai kembali kehidupanmu dari awal Soo, aku akan melindungimu Soo," Baekhyun menggenggam tangan Kyungsoo, dia mencoba meyakinkan kepada Kyungsoo bahwa dia benar-benar bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja dia katakan, Kyungsoo tertegun seperti sedang mempertimbangkannya,

"Terima kasih Baek, tetapi jawabanku tetap tidak, bagaimana jika aku pergi dan sesuatu yang buruk terjadi kepada orangtuaku, aku harus berada disamping mereka." Baekhyun merasa sedikit kesal. Dia ingin Kyungsoo merasa bahagia dan satu-satunya cara hanyalah dengan mengeluarkan Kyungsoo dari rumahnya, menjauhkannya dari orangtuanya, semua penderitaan Kyungsoo berasal dari orangtuanya.

"Soo, tolonglah kau jangan terlalu baik, untuk apa kau memikirkan orang yang telah menyakitimu, kau bilang kau ingin kebahagiaan, dan satu-satunya cara hanyalah pergi meninggalkan rumahmu, orangtuamu" Baekhyun meninggikan suaranya, Kyungsoo tersentak, tubuhnya gemetaran, Baekhyun yang melihatnya langsung memeluknya kembali, Kyungsoo tampak begitu tegar dan rapuh dimata Baekhyun, begitu tegar sampai penderitaan seberat gunung pun tidak akan membuat Kyungsoo bertekuk lutut tapi sangat rapuh sampai sebuah teriakan pun dapat menghancurkannya berkeping-keping, "Maafkan aku Soo, aku, aku hanya ingin kau bahagia" Lanjut Baekhyun,

"Aku tahu Baek, tapi bagaimanapun mereka orangtuaku, aku merasa aku tidak akan bahagia bila meninggalkan mereka" Kyungsoo selalu berpikir kebahagiaan harus didapat dengan menyelesaikan permasalahan dia dengan orangtuanya bukan melarikan diri, Baekhyun hanya mendesah,

"Baiklah kalau begitu, tapi Soo ingatlah, jika kau sudah tidak sanggup pergilah dari rumah itu, datanglah padaku, aku akan selalu ada untukmu Soo" Baekhyun menepuk pundak Kyungsoo, Kyungsoo tersenyum, hatinya terasa hangat mendengar perkataan Baekhyun.

.

Kyungsoo terbangun oleh dinginnya udara malam yang begitu menusuk kulitnya, dia beranjak dari kasurnya menuju dapur, berharap minuman hangat akan mengusir sedikit rasa dinginnya, dia berhenti tepat didepan pintu kamar orangtuanya, dia merasa seseorang tengah berbicara, rasa penasarannya timbul, ia mendekatkan telinganya kearah pintu.

"Jadi apa yang harus kita lakukan" Ibunya berkata dengan setengah berteriak, "Kau harus melakukan sesuatu, kau yang memulainya jadi kau yang harus bertanggung jawab" Lanjut ibunya. Kyungsoo tidak mengerti arah pembicaraan orangtuanya, apa yang telah ayahnya perbuat sampai harus dipertanggungjawabkan.

"Tenanglah, kita masih memiliki Kyungsoo, jika kita menyerahkannya, maka kita akan baik-baik saja." Kyungsoo tertegun mendengar apa yang dikatakan ayahnya, apa yang dimaksud oleh ayahnya, apa yang ingin ayahnya lakukan terhadap Kyungsoo.

"Kau benar, kita sudah cukup mengurusnya, sekarang kita harus memanfaatkannya" Mendengar perkataan ibunya, dunianya terasa runtuh seketika, kakinya melemas. Itukah alasan mereka melahirkan dan membesarkannya, hanya untuk dijual?. Kyungsoo merasa mual mendengar semua omong kosong yang dikatakan oleh kedua orangtuanya, kepalanya mendadak pusing, apa yang harus dilakukannya, haruskah dia pergi seperti perkataan Baekhyun, tanpa memikirkan orangtuanya? Atau dia harus pasrah menerima semua perlakuan orangtuanya? Dia memilih pilihan pertama. Kyungsoo lalu berjalan perlahan menjauhi kamar orangtuanya tapi saat dia memutar badannya tidak sengaja dia menjatuhkan vas yang disampingnya.

"Siapa itu" teriak ibunya dari dalam kamar. Pintu terbuka, Kyungsoo berkeringat dingin, tubuhnya gemetar.

"Kyungsoo? Apa kau menguping kami? Teriak ayahnya

"Ti… ti… tidak… a… aku… ti… tidak" Kyungsoo tergagap,

"Jalang, brengsek beraninya kau menguping" Ibunya mendekat langsung menampar pipi Kyungsoo dengan keras, air mata Kyungsoo mulai mengalir.

"Be… benarkah itu? Benarkah kalian ingin menjualku?" Kyungsoo melihat ayahnya yang hanya terdiam, tatapan matanya tidak bisa Kyungsoo artikan.

"Benar kami akan menjualmu. Kenapa? Kau mau marah? Dengar, sudah bagus selama ini kami mengurusmu, sekarang kau bisa membalas semua jasa kami dengan semua itu" Tatapan ibunya sungguh menusuk hati Kyungsoo.

"Kalian sungguh kejam, teganya…teganya kalian menjualku, anak kandung kalian sendiri" Isak Kyungsoo,

"Justru karena kau anak kandung kami, jadi kau harus berbakti dan menuruti semua keinginan kami." Ibunya berkata dengan santai. Hati Kyungsoo terbakar, amarah mendidih dikepalanya. Seorang ibu yang seharusnya selalu melindungi anaknya, menjadi perlindungan pertama bagi anaknya, tapi Kyungsoo, yang dia dapatkan adalah seorang ibu yang gila harta, tanpa belas kasih dan sayang.

"Aku… aku tidak akan mengakui kalian sebagai orangtuaku, aku mengutuk kalian, aku akan selalu berdoa agar kalian tidak akan pernah mendapatkan kedamaian" Teriak Kyungsoo kalap. Begitu mendengar perkataan Kyungsoo, ayahnya langsung menerjang dan menendangnya hingga Kyugsoo terjatuh, dengan membabi buta dia menghajar Kyungsoo. Harusnya Kyungsoo merasa sakit, tapi tidak, daging dan tulangnya sudah kebas dan lagi rasa sakitnya tidak sebanding dengan rasa sakit dihatinya.

"Beginikah perlakuan kalian terhadap anak kandung kalian," Kyungsoo tertawa kecil, dia menatap langsung kemata ayahnya dengan mata sinisnya, ayahnya tertegun, ada yang berbeda dari Kyungsoo, dia merasa Kyungsoo sudah berubah. Iya Kyungsoo berubah karena keputusan yang diambil oleh kedua orangtuanya, membuat dia menjadi orang yang menimbang-nimbang sesuatu tidak lagi berdasarkan ikatan. Kyungsoo berlari keluar rumah, dia ingin pergi menjauh dari neraka yang selalu mengekangnya.

"Kyungsoo… jangan lari kau," Sang ayah mengejar dibelakang, dengan sekuat tenaga Kyungsoo melarikan diri, akan tetapi dia terjatuh saat sebuah botol soju menimpa dikepalanya, mata ayahnya berapi-api, dia menarik kerah baju Kyungsoo,

"Lepaskan aku, Appa aku mohon… jangan seperti ini, aku mohon" Kyungsoo terisak sambil mencoba melepaskan diri, tetapi Kyungsoo dipukuli kembali oleh ayahnya,

"LEPASKAN AKU BAJINGAN, BIARKAN AKU PERGI" Kyungsoo berteriak

"Kau… kau sungguh tidak tahu diri, beraninya, beraninya kau memanggil Appamu bajingan" Dia mengambil botol soju lalu memukulkannya kekepala Kyungsoo, Kyungsoo tergeletak ditanah, darah mengalir dari kepalanya, samar-samar dia melihat ibunya berlari kearahnya,

"Omma" lirih Kyungsoo meringis,

"YAK… apa yang kau lakukan, kalau dia mati bagaimana kita menjualnya" Teriaknya kepada suaminya, Kyungsoo tidak merasakan apa-apa lagi ketika mendengar perkataan ibunya, semua yang ada didirinya telah hancur.

"Buatlah permohonan dengan keinginan yang kuat, seorang dewa yang berhati lembut mungkin akan mengabulkan permohonanmu." Kalimat tersebut entah kenapa bergema didalam pikirannya.

"Tolong… tolong aku… jika memang dewa benar-benar ada tolong aku… siapapun…" ucap Kyungsoo terengah, pandangan Kyungsoo mulai mengabur, disaat kedua orang tuanya berdebat, sepasang kaki mendekat kearahnya.

"Tolong, tolong aku, aku mohon" Kyungsoo tidak mengatakannya secara lisan tapi entah mengapa dia merasa bahwa seseorang yang berdiri dihadapannya tetap dapat mendengarnya, "Tolong aku, aku tidak boleh mati, aku mohon," lanjut Kyungsoo.

"Setiap makhluk hidup akan berakhir dengan kematian" ucap orang tersebut,

"Aku tidak boleh mati seperti ini, aku mohon," Kyungsoo melemah, "Masih ada yang harus aku lakukan" orang tersebut hanya menatap Kyungsoo lalu mendesah

"Baiklah, sepertinya aku sedang tidak ingin melihat siapapun mati malam ini," Orang tersebut menutup mata Kyungsoo dengan telapak tangannya, dalam sekejap Kyungsoo tidak sadarkan diri.

.

Kyungsoo tengah berdiri disuatu tempat terkurung jeruji besi dengan kegelapan menyelimutinya, seseorang mendekat kearahnya, lalu terlihatlah dirinya diluar jeruji besi dalam versi lain, dia dalam versi perempuan, seseorang lalu berkata, "Ini adalah penghargaan yang aku berikan padamu, sekaligus hukuman yang harus kau terima. Hanya disaat dirimu berubah menjadi dirimu yang dulu, kau akan menghilang bagai buih dan berada dalam kedamaian."

Kyungsoo terbangun dari mimpinya, dia merasa berbeda, perlahan dia berjalan mendekati cermin, terlihatlah Kyungsoo dalam versi perempuan dalam pantulan cermin, dia tersenyum kecil saat melihat dirinya dalam versi lelaki tengah berdiri disampingnya,

"Bantu aku, sadarkan kedua orangtuaku, dan katakan pada mereka bahwa aku mencintai mereka," Kyungsoo versi lelaki berkata dengan nada memohon, Kyungsoo versi perempuan hanya menatapnya dengan rasa jijik, dia berpikir mengapa dia harus melakukannya, mereka telah menyiksanya, bagaimanapun dia juga bagian dari seorang Kyungsoo, dia juga merasakan apa yang Kyungsoo versi lelaki rasakan dulu.

"Tidak, aku tidak akan melakukannya, mengapa aku harus mengatakan bahwa kita mencintai mereka, aku juga bagian dari dirimu, aku merasakan apa yang dulu kau rasakan Soo, aku akan membalaskan apa yang telah mereka lakukan" Kyungsoo versi perempuan mendidih dalam kemarahan.

"Jangan, aku mohon, mereka tetaplah orangtuaku, orangtua kita" Bela Kyungsoo versi lelaki, mereka saling bertatapan, mata polos milik Soo (Kyungsoo versi lelaki) dengan mata sinis penuh percaya diri milik Kyungie (Kyungsoo versi perempuan)

"Iya orangtua yang tega menjual anak kandungnya sendiri" Kyungie memutar tubuhnya, "Tapi…" belum selesai Soo berkata, Kyungie berteriak, "DENGARKAN SOO, apapun yang akan kau katakan, aku tidak akan berubah pikiran, mereka harus mendapatkan balasan atas apa yang telah mereka perbuat," Kyungie berjalan menjauhi Soo, "Pergilah Soo, kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau" lanjut Kyungie, Soo hanya melihatnya dengan tatapan memelas, lalu perlahan dia menghilang bagaikan asap.

"Maafkan aku Soo, mereka harus mendapatkan balasan atas apa yang telah mereka lakukan padamu, pada kita" Bisik Kyungie.