DISCLAIMER: Dyansty Warriors bukan punyaku! Jadi, Zhao Yun, Ling Tong, Lu Xun, dan Cao Pi juga bukan punyaku juga. Trus kalo Xiahou Fang dkk itu bukan punyaku juga, kecuali Hui Na soalnya Hui Na itu aku sendiri!
Nah, ini menyambung FFnya Xiahou Fang yang SLCD itu... Nah, ini SLCD versi Alternate Universe alias jaman sekarang. Emang sih aku kurang berbakat nulis humor... moga2 ceritaku cukup gokil dan asyik buat kalian semua para pembaca...
Bagi yang sudah pernah baca catatanku di Facebook, kan ngerti apa artinya judul 'Orbital Speed' itu kan? Bagi yang belum... yah, silahkan nge-add aku di FB, trus jangan lupa lihat catatan yang judulnya "Ini BIKIN CERITA atau BELAJAR FISIKA?!" dan "PyroMystic's Next Story!: SLCD Alternate Universe (AU) Version!". Nah, untuk info selengkapnya, silahkan baca sampai puas! Dan tentang itu juga, jangan kaget... Mestinya dari trilogi itu urutannya: Aphelion, Midway, Perihelion. Tapi, aku ubah jadi Midway, Aphelion, terus Perihelion. Kenapa? Yah... sekali2 PyroMystic mau bikin perubahan getu...
Satu lagi. Bagi yang sudah baca cerita Xanthic Flower, pasti kaget deh baca cerita ini karena gaya bahasanya juga beda. Emang kali ini aku bikin bahasanya lebih tipe anak muda getu... bukan bahasa formal. Please enjoy, ya... ^-^
Maaf... hari ini lagi agak sibuk... jadi nggak bisa ngomong banyak... Baca n Review, ya...? Thnx!
Seperti hari-hari biasanya, Hui Na yang kutu kupret lagi-lagi mengurung diri di kamarnya. (Author note: Kutu kupret itu sama artinya kayak kutu buku, cuma lebih parah lagi...) Di depannya ada setumpuk buku fisika yang tebelnya kayak kamus. Di tengah tumpukan buku-buku itu, cewe yang sudah setengah stress itu masih nulis-nulis, mengetik, dan lain sebagainya.
Hari Selasa sore hari sepulang sekolah, seperti biasa Hui Na kerjaannya emang belajar, apalagi kalau ada ulangan. Dan celakanya, Jumat minggu depan bakal ada ujian fisika yang materinya tentang listrik statis. Huah! Kena itu materi semua murid langsung tepar (Authour Note (mulai sekarang disingkat AN): tepar artinya mati).
Di tengah kestressannya Hui Na, telepon rumahnya berdering kencang banget. Hui Na yang lagi cuek-cueknya sama sekali nggak peduli sama telepon yang terus-menerus membuat telinga sakit itu. Biarin aja, ntar pasti ada yang angkat... pikir Hui Na. Nyatanya, sampai telinga Hui Na tuli pun tetep nggak ada yang menjawab. Dan barulah dia teringat nggak ada satupun orang di rumahnya kecuali dia sendiri.
Setelah melepaskan teriakan karena stress, Hui Na mengangkat telepon.
"Halo?"
"Halo? Ini Hui Na, ya?" Tanya suara di seberang telepon.
Owalah... Xiahou Fang... "Kenapa, Fang?" Hui Na bertanya tanpa rasa antusias, lha wong yang ada di otaknya cuma listrik statis doank... By the way, Xiahou Fang itu teman sekelasnya Hui Na yang akrab banget.
"Begini, Na." Xiahou Fang memulai. "Beberapa hari yang lalu, aku ditawari untuk ikut acara kemping via SMS. Pertama aku kira cuma iseng, tapi kayaknya menarik, deh. Dan yang lebih seru, entah kenapa aku dikasih gratis, apalagi boleh mengajak tiga teman lagi."
"Terus?"
"Kamu mau ikut?"
"Kapan? Berapa hari?"
"Besok. Hari Kamis pulang."
Hening...
Hening...
Masih hening...
"YA AMPUN, FANG!!!" Teriak Hui Na nggak percaya. "Jumat itu kita ada ulangan fisika! Emang kamu sama sekali nggak belajar?!"
Untuk beberapa saat lamanya, Xiahou Fang di seberang telepon nggak menjawab. "Kamu kok niat banget, sih? Masih belum menyerah sama Lu Xun?"
Hui Na terdiam sejenak saat mendengar nama Lu Xun disebut-sebut. Rasanya adat kasarnya bakal balik lagi kalau mendengar nama rivalnya. Emang sejak SD, dia dan Lu Xun SELALU satu kelas, dan nggak tahu kenapa nilainya mereka nggak pernah berbeda. Kalau suatu saat Hui Na mendapat nilai 9, pasti Lu Xun juga dapat 9. Kalau ganti Lu Xun dapat nilai 10, Hui Na juga dapat nilai 10. Celakanya lagi, nilai mereka itu selalu yang paling bagus di kelas. Persaingan mereka itu akhirnya tetep bertahan sape bertahun-tahun! Dan selama tahun-tahun itu pula, nilai mereka SAMA SEKALI nggak pernah berbeda. Catet... NGGAK PERNAH BERBEDA BARANG SEKALIPUN!
"Tentu aja nggak!" Balas Hui Na yakin. "Sori, Fang. Demi mengalahkan Lu Xun, aku lebih milih nggak ikut kemping. Aku ini hidup hanya untuk mengalahkan Lu Xun!" Katanya dengan bersemangat.
Sampai di situ, tiba-tiba handphone Hui Na berdering. Dengan segera Hui Na menyambar HP itu dari mejanya dan menjawab. Ternyata dari Xiao Aling.
"Kenapa, Ling?"
"Eh, Na!" Belum-belum Xiao Aling sudah panik sendiri. "Kamu ngerti matrix, nggak? Tuh pelajaran susah banget? Bisa tolong ajari? Besok aku ujian, nih!" (AN: Matrix di sini bukan film matrix itu, tapi emang ada materi di matematika yang namanya matrix)
"Matrix?" Ulang Hui Na. "Itu sih nggak begitu susah dan..."
Sebelum Hui Na selesai berbicara, Xiahou Fang sudah manggil lagi. "Na! Siapa itu?"
"Aling." Jawab Hui Na pendek, kemudian balik ke Hpnya. "Matrix itu..."
"Xiao Aling!" Seru Xiahou Fang kaget. "Eh, Na! Aku mau ngomong sama Xiao Aling sebenatar!"
Jengkel karena kata-katanya disela terus, akhirnya Hui Na mendengus kesal, "Ling, Xiahou Fang mau ngomong sama kamu. Teleponnya di confrence aja, ya?"
"Yup!" Jawab Xiao Aling.
Nggak berapa lama, Xiao Aling masuk dalam pembicaraan Hui Na dan Xiahou Fang, dan seperti yang sudah disangka-sangka, ternyata memang Xiahou Fang ngajak Xiao Aling pergi jalan-jalan kemping itu. Anehnya, reaksi yang didapat dari Xiao Aling beda banget dari Hui Na.
"Mau! Mau!" Jawab Xiao Aling langsung tanpa banyak cing-cong (AN: Cing-cong itu ngomong-ngomong atau tanya-tanya). "Hore! Besok nggak perlu ikut ujian matematika! Yes!"
Hui Na memutar bola matanya tanpa rasa peduli secuilpun. "Yah, selamat bersenang-senang."
Baru aja Hui Na menutup telepon, Xiao Aling sudah teriak-teriak dulu. "Na! Nggak bisa getu, donk! Kamu juga harus ikut biar setia kawan!"
"Bener banget!" Xiahou Fang menambahkan. "Mana ada temen nggak ikut satu sama lain?"
"Eh, Ling, kamu memang asli gila." Komen Hui Na dengan nada nggak enak. "Besok itu ujian matematika dan kok bisa-bisanya kamu bolos? Kamu juga, deh, Fang. Kalau kamu ikut, adekmu mau ditaruh mana?" Tanya Hui Na.
"Justru adekku juga mau ikut." Jawab Xiahou Fang yang akhirnya memutuskan semua harapan Hui Na untuk tetap menahan teman-temannya supaya nggak jadi pergi.
"Bener banget, Na. Pokoknya kamu harus ikut!" Xiao Aling mengancam.
"Terus kalau sampai aku kalah dari Lu Xun, emang kamu bisa tanggung jawab?" Tanya Hui Na balik dengan nada setengah ngamuk.
"Urusan Lu Xun itu biarin aja..." Kata Xiahou Fang. "Sekarang yang penting, senang-senang dulu."
Hui Na menimbang-nimbang ajakan itu. Sebenarya emang nggak pernah sekalipun dia bisa senang-senang sejak ketemu sama satu makhluk yang disebut Lu Xun ini. Rasanya sudah dari kecil ada tanggung jawab dihatinya buat mengalahkan cowo sotoy nan sombong itu. Sayangnya, sampai sekarang kagak ada kesempatan. Entah emang takdir atau apa, nilai mereka sama sekali nggak pernah berbeda barang satu poin pun!
Pikir-pikir, senang-senang itu juga perlu... renung Hui Na dalam hati sebelum dia menjawab. "Okelah! Aku ikut, deh!"
Xiahou Fang dan Xiao Aling kontan berteriak kuat-kuat. "Yes!"
--
Pada jam yang sama, menit yang sama, detik yang sama, dan sebagainya, Lu Xun juga lagi belajar fisika di kamarnya sampai kepalanya mau pecah. Rasanya kepalanya sudah sarat rumus sampai kalau kepalanya bisa diangkat, pasti beratnya sudah tiga kali lebih berat daripada laptop di hadapannya itu.
Alasan kenapa dia belajar seperti itu sih bukan karena supaya dia dapet nilai bagus. Baginya, nilai bagus itu urusan nomor dua. Yang nomor satu adalah mengalahkan Hui Na. Sama seperti cewe itu, cowo satu inipun juga kutu kupret asli!
Nah, pas lagi enak-enakan, seorang pengganggu masuk tanpa ketuk, tanpa izn, dan nggak bawa oleh-oleh pula! (AN: Ealah... nggak penting!) Siapa lagi yang masuk kalau bukan Ling Tong, teman satu kos-kosannya yang juga sekaligus teman sekelasnya yang gokil abis! (AN: Kos itu tempat anak-anak, bisa kuliah atau masih sekolah, tinggal perbulannya kalau rumahnya jauh dari sekolah atau tempat kuliahnya. Gokil itu bisa disama artikan dengan gaul plus gila). Siapa yang nggak marah coba kalau pas serius-seriusnya belajar tiba-tiba seorang pengganggu masuk? Untung aja Lu Xun ini termasuk manusia sabar...
"Hoi! Lu Xun!" Panggil Ling Tong. Pas Lu Xun menoleh, dilihatnya si Ling Tong bawa buku fisika juga.
"Ngapain kamu?" Tanya Lu Xun cuek.
Ling Tong berjalan ke meja Lu Xun, kemudian menaruh buku itu di depannya. "Ajari aku, donk, Lu Xun!"
Lu Xun menghela nafas panjang. Rasanya dia nggak tega kalau harus mengecewakan temannya itu. Tapi kalau dia harus mengajari Ling Tong fisika, sampai besok pun nggak bakal selesai. "Tapi aku kan masih belajar..."
"Terus kenapa?" Potong Ling Tong. "Pasti buat mengalahkan Hui Na itu, kan? Kok bisa-bisanya demi menang sama seorang cewe sampai dibela-belain segala! Sampai-sampai teman sendiri nggak diperhatikan!" Ling Tong ngomel-ngomel.
Bener juga akhirnya Lu Xun menyerah. Dasar emang orang baik yang nggak bisa nolak yang beginilah nasibnya, terpaksa berkorban untuk orang lain. Berbahagialah mereka yang nggak bisa nolak karena selamanya akan dijadikan pesuruh sama orang lain, dan berbahagialah juga mereka yang selalu menolak karena mereka akan ditolak juga (AN: Halah! Lagi-lagi nggak penting!). Jadilah Lu Xun mengajari si Ling Tong yang dari tadi nggak connect-connect.
Nggak berapa lama, seorang lagi masuk, dan bener-bener nyaris memecahkan kepala Lu Xun. Orang itu ternyata Zhao Yun. Zhao Yun itu juga temen satu kost sama-sama Lu Xun dan Ling Tong, bedanya Zhao Yun ini sudah kuliah semester tiga. Nah, masuk-masuk getu, Zhao Yun ternyata bawa pizza buat dimakan bertiga, beda dengan Ling Tong yang cuma bawa buku fisika. Kontan dua cowo yang sudah capek belajar itu menyambut pizza yang masih hangat itu dengan gembira banget kayak orang nggak makan sebulan.
Nggak hanya pizza, rupanya Zhao Yun juga bawa kabar. "Lu Xun, Ling Tong, ada berita bagus, nih!" Kata si Zhao Yun sambil mencomot sepotong pizza. "Nggak tahu kenapa, aku dapet undangan buat ikut kemping dan boleh mengajak tiga temen lagi. Kempingnya besok sampai hari kamis!"
"Aku! Aku! Aku!" Ling Tong mengacungkan jari sambil nyahut dengan mulut penuh pizza. "Kesempatan bagus buat bolos! Ini namanya cara bolos terhormat dengan ikut kemping! Hore!"
Zhao Yun tersenyum puas, terus mengalihkan pandangan ke Lu Xun yang masih kelihatan nggak donk (AN: Maksudnya nggak nyambung). "Kamu juga ikut, Lu Xun?"
"Aduh, maaf, kak." Balas Lu Xun. Sangking sopannya Lu Xun sampai manggil Zhao Yun aja pake 'kak', beda banget sama Ling Tong yang ngasal aja kayak orang SKSD, meski emang sudah kenal dan dekat, sih... (AN: SKSD itu singkatan dari Sok Kenal Sok Dekat). "Kayaknya aku nggak bisa ikut soalnya aku harus belajat fisika buat ulangan hari Jumat."
"Yah! Cupu kamu, Xun!" Ling Tong memukul punggung Lu Xun sampai Lu Xun keselek pizza yang masih dikunyahnya. (AN: Cupu singakatan dari Culun Punya). "Dapet kesempatan bagus begini malah disia-siakan!"
"Sudah nggak perlu ikut campur!" Balas Lu Xun sambil menjitak kepala Ling Tong. "Kamu sendiri emang nggak kerja? Setidaknya kalau aku ikut, paling cuma bolos sekolah aja! Kalau kamu yang ikut, kamu bakal bolos sekolah dan bolos kerja juga!"
Ling Tong memukul jidatnya. "Oh iya! Aduh! Harus izin bos dulu!"
Emang bener selama ini Ling Tong lagi kumpul-kumpul duit dengan cara kerja sambilan di sebuah perusahaan gede. Alasan kenapa Ling Tong mau kerja, nggak ada yang tahu. Kalau cuma buat sekolah sih sudah ada tabungan. Tapi katanya, alasannya kerja adalah buat kumpul-kumpul buat duit kawin! Masalahnya, setiap kali ditanya siapa cewe yang mau dilamar sama Ling Tong itu, Ling Tong cuma jawab 'rahasia'.
Seperti pepatah China mengatakan Shuo Cao Cao, Cao Cao Jiu Dao – berbicaralah tentang Cao Cao dan Cao Cao akan datang, ternyat terjadi betulan! Bedanya, kali ini yang datang bukan Cao Caonya tapi anaknya, yaitu Cao Pi (AN: Eh, ini cerita zaman kapan, sih? Huahaha...). Eksekutif muda yang juga masih mahasiswa semester satu ini entah kenapa dateng ke tempat kost mereka dengan mobil sportnya yang keluaran terbaru. Dasar anak tajir... (AN: Tajir itu kaya).
Sebenarnya, tentu saja Ling Tong nggak bekerja sama Cao Pi, tapi sama ayahnya, cuma sekarang karena lebih dekat dengan Cao Pi, Ling Tong dengan asal aja manggil Cao Pi seenaknya, kadang pakai 'bos', kadang bisa 'choy', dan kadang langsung nama! Cao Pi sih tetep adem ayem aja... lagian memang Ling Tong cuma lebih muda satu tahun daripada Cao Pi, kok. (AN: Adem Ayem itu santai atau biasa aja)
"Waduh, bos!" Hari ini, moodnya Ling Tong manggil Cao Pi pakai bos. "Kebetulan banget kok di sini. Aku mau minta izin, bos! Besok dan besok lusa mau bolos kerja!"
Cao Pi cuma senyum-senyum aja. "Kenapa? Mau siap-siap kawin?"
"Ya nggak lah!" Balas Ling Tong. "Mau kemping. Diajak Zhao Yun. Mau ikutan?"
Kebetulan juga waktu itu Cao Pi juga kayaknya lagi stress-stressnya karena nggak cuma kuliah yang gila-gilaan dosen dan tugasnya, tapi juga berbagai macam kerjaan lain karena dia itu suatu saat bakal jadi PresDir alias Presiden Direktur dari perusahaan papanya. Cao Pi meski tampangnya jual mahal getu, tapi tetep ngangguk setuju juga. "Boleh juga, tuh. Kapan? Bayar berapa?"
Zhao Yun yang ternyata adalah kakak tingkat Cao Pi langsung nyeletuk. "Besok. Tenang aja, nggak perlu bayar, kok. Gratis! Aku dapet undangannya!"
"Boleh juga." Kata Cao Pi. "Jadi, siapa aja yang ikut?"
Ling Tong menjawab. "Aku, kamu, Zhao Yun, dan..." Dia menoleh ke arah Lu Xun yang pura-pura bego. "... kutu kupret nggak jelas ini..."
"Kutu kupret?!" Seru Lu Xun nggak terima. "Enak aja!"
Cao Pi yang sudah bisa menebak gelagat-gelagat Lu Xun kalau kayak getu, pasti sebentar lagi nolak. "Emang kenapa, sih? Ada urusan penting?"
Lagi-lagi Ling Tong yang jawab, padahal dia sama sekali nggak ditanyai. "Biasa, tuh. Mau ngalahin Hui Na."
"Ternyata cuma itu doank..." Cao Pi kelihatan cegek berat. (AN: Cegek itu hampir sama artinya kayak sweatdrop) "Urusan kayak getu aja dipikirin..." Komennya dengan agak sinis ala Cao Pi getu...
"Ini masalah harga diri..." Balas Lu Xun. "Gimana kalau sampai aku kalah dari Hui Na? Bisa-bisa aku malu seumur hidup!"
"Ya nggak, lah!" Kata Zhao Yun. "Kamu sama Hui Na itu sudah ditakdirkan untuk selalu sama. Dari SD sampai SMA nggak pernah beda nilainya barang satu kali pun, kok... Kalian itu sudah jodoh, Tuhan aja tahu!"
Lu Xun langsung melempar buku fisikanya yang tebel kayak kamus ke Zhao Yun, tapi dengan cepatnya Zhao Yun menghindar dan mengenai kepala Ling Tong, yang sesudah itu langsung benjol besar. Yah... harap-harap aja supaya otaknya Ling Tong tiba-tiba terisi sama ilmu di buku yang sudah kena kepalanya itu...
Untuk pertama sih no comment dulu... pembaca yang silahkan comment di review aja, ya... Ntar kalo ada kekurangan bakal aku perbaiki...
Thnx n bye!
