Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

Warning : AU, Abal, Gaje, typo(s), Garing, OOC (Maybe), Judul gak sesuai sama isi, don't like do't read

.

.

Hai, aku Eren. Aku akan berbagi cerita tentang kehidupanku 5 tahun lalu, saat aku masih berumur 12 tahun. Saat pertamakali aku bertemu dengan Rivaille – san.

Pertemuanku dengan Rivaille - san tidak seperti di drama – drama korea. Aku harap kalian tidak membayangkan adegan betapa romantisnya pertemuan kita.

5 tahun yang lalu aku adalah seorang pengamen. Aku mengamen bersama puluhan sahabatku yang lain. Saat aku sedang bernyanyi, aku melihat seseorang sedang berlari, mungkin mengejar seseorang.

"Oi! Copet! Berhenti!" teriaknya.

Aku terus saja memperhatikannya. Entah apa yang membuatku bergerak , ikut berlari. Aku mengambil jalan pintas, menjegal kaki copet itu. Aku merasa sangat keren. Namun, karena lengah, copet itu bangkit dan memukulku.

Sebelum pukulannya yang entah sudah keberapa kali, aku memejamkan mata. Mencoba melawan katakutanku. 1 detik. 2 detik. 3 detik. Eh? Aku tidak merasakan apa – apa. Aku membuka mataku, dan melihat laki – laki tadi memukuli copet itu. Tak sampai meninggal tentunya. Mengambil dompetnya, dan menghampiriku.

Aku merasa sangat lemah. Tenagaku sudah habis. Aku merasa tubuhku ringan. Melayang ke udara. Ah, aku masih belum mau mati.

"Oi, bangun bocah. Oi.. oi.." aku merasakan suaranya perlahan – lahan menghilang. Aku memejamkan mataku. Aku lelah.

Sebuah cahaya menyilaukan tertangkap pupilku. Kenapa semuanya putih? Apa aku sudah di surga?

"Oi, bocah? Apa kau sudah sadar?" Aku merasa suara ini tidak asing.

"A-aku dimana?"

"Dirumah sakit." Jawabnya singkat. Aku merasakan tangannya menggapai tembok. Entah apa yang dilakukannya. Yang aku tahu, setelah itu bapak – bapak berseragam putih datang memeriksaku.

Setelah kejadian itu, aku berkenalan dengannya. Namanya Rivaille. Dia pendiam, ketus, tapi aku rasa dia bukan orang jahat.

Dia mengantarku pulang dengan mobil mewahnya. Di mobil, dia ingin aku bercerita banyak tentang apa yang aku lakukan sehari – hari. Aku ingat ia hanya bergumam saja, tidak pernah menanggapiku dengan kalimat – kalimat panjang penuh belas kasihan seperti kebanyakan orang.

"Dimana kau bersekolah?" tanya Rivaille - san saat itu.

"Aku bersekolah di sekolah sosial, dibawah jembatan sana. Ada Mikasa-neechan, dan Armin –niichan yang biasanya mengajar. Tapi kadang ada sukarelawan lain yang kadang datang mengajari kami menggambar, bermain musik dan masih banyak lagi."

"Hm.."

"Rivaille - san pasti orang kaya ya?"

"Hm?"

"Mobilnya bagus, Rivaille - san kerja dimana? Pasti kerja di gedung yang tinggi itu. Suatu hari nanti Eren mau kerja disana. Katanya disana adem, nggak kaya di jalan."

Rivaille - san hanya tersenyum tipis. Sangat tipis.

"Eh? Rivaille - san senyum? Rivaille -san ganteng kalau senyum. Tapi lebih ganteng aku, sih. Hehehe. Eh sudah sampai, aku turun disini saja. Mobil Rivaille -san nggak bisa masuk."

Saat itu aku pikir Rivaille - san akan meninggalkanku. Tapi ternyata dia menepikan mobilnya dan turun.

"Aku ingin melihat tempat tinggalmu."

"Jangan, aku takut nanti Rivaille - san diajak berantem sama om Keith."

"Siapa dia?"

"Dia bosku."

Hampir setiap hari, Rivaille –san datang. Kadang ia membawa makanan, kadang juga mainan. Sampai suatu hari, ia bertanya tentang Keith Shadis.

"Aku mau bicara dengannya."

"Untuk apa?"

"Aku ingin mengangkatmu menjadi ehem, adikku, kau mau,kan?"

"Tapi teman-teman nanti?"

"Kau masih bisa mengunjunginya, kau boleh membawakan makanan untuk mereka, kau bisa sekolah di sekolah sungguhan. Kau mau?"

Itulah kalimat terpanjang yang pernah Rivaille - san ucapkan hari itu.

"Aku mau."

Dan sejak saat itu, aku menjadi adik dari Rivaille - san. Aku bersekolah di sekolah yang bagus.

Hampir setiap hari, Rivaille –san mengantar dan menjemputku ke sekolah. Aku pernah memintanya untuk membiarkanku berjalan kaki, atau naik bus antar jemput. Tapi entahlah, dia tidak mengabulkannya. "Aku tidak mau kau dikejar preman itu lagi, bocah."

Seharusnya Rivaille –san tau, aku kuat. Hei, aku sudah 12 tahun tinggal di jalanan waktu itu. Dan saat aku merajuk, mangatakan hal itu, jitakan keras mendarat di kepalaku. Harusnya Rivaille –san tau, itu sangat sakit.

Dan hampir setiap minggu –saat Rivaille –san tidak sibuk tentunya- kami akan berkunjung. Mengunjungi teman – temanku. Rivaille –san sangat baik, kadang ia membeli pizza, katanya aku boleh berbagi pizza itu dengan teman – temanku. Hm, rasanya enak sekali.

Semakin lama aku tinggal bersama Rivaille –san, aku mulai tahu kebiasaan – kebiasaannya. Rivaille –san itu clean freak. Ia sering membersihkan (lagi) perabotannya, yah walaupun aku yakin, tidak ada setitikpun debu disana.

Rivaille –san itu suka kopi. Aku pernah sekali mencicipi aku lancang. Aku hanya ingin tahu, bagaimana rasa minuman yang sangat disukainya. Uh, pahit sekali. Aku yakin Rivaille –san tidak memasukkan gula sedikitpun.

Dan Rivaille –san berulang tahun tanggal 25 Desember. Usianya dan usiaku terpaut 10 tahun. Rivaille –san sangat hebat, aku rasa ia adalah orang yang jenius.

Aku tidak terlalu mengerti tentang pekerjaan Rivaille –san. Yang aku tahu, ia adalah orang kantoran. Rivaille –san sering mengajakku ke kantornya. Di ruangannya, aku biasanya menggambar, atau membaca buku – buku yang diberikan Rivaille –san. Kadang ada Hanji –san yang menemaniku. Namun, kata Rivaille –san aku harus berhati – hati dengan Hanji –san.

Well, sekarang aku tahu kenapa aku harus berhati – hati. Mungkin karena Hanji –san sedikit aneh. Dia bilang aku adalah anak yang bisa membuat Rivaille –san tertarik. Apa maksudnya?

Kadang ada juga Irvin –san yang bertanya – tanya tentang Armin –niichan. Aku baru tahu kalau ternyata Armin –niichan adalah kekasih Irvin –san.

Aku rasa sudah cukup cerita masa laluku. Ehem, bisakah aku menceritakan perasaanku sekarang kepada kalian?

Sudah 5 tahun aku tinggal bersama Rivaille –san. Aku rasa, aku mulai menyukainya.

Bukan menyukai sebagai kakak, aku rasa ini berbeda. Aku merasa jantungku akan copot saat Rivaille –san memanggil namaku dengan suara beratnya. Jangan mengejekku, karena wajahku terasa panas sekarang.

Aku bingung dengan apa yang aku rasakan sekarang. Apakah aku harus bertanya dengan Rivaille –san?

Haruskah?

Baiklah, aku akan bertanya padanya besok. Oyasumi.

.

.

.

Sekarang aku sedang sarapan dengan Rivaille –san. Apa harus? Ah, aku khawatir jika Rivaille –san akan marah.

"A-ano, Rivaille –san." Kataku memulai pembicaraan.

"Hm," dia hanya menggumam menanggapiku.

"Akhir – akhir ini jantungku terasa berdegup kencang, a-apakah aku sakit?" tanyaku. Rivaille –san berhenti menyesap kopinya. Apa aku salah bicara?

"Kapan kau merasa jantungmu berdegup cepat, bocah?"

"S-saat Rivaille –san memanggil namaku." Aku menunduk malu. Rasanya lantai lebih menarik sekarang.

"Uhuk.." Rivaille –san terbatuk. Mungkin tersedak dengan kopinya.

"E-eh, Rivaille –san tidak apa – apa?" tanyaku. Ia berdehem pelan.

"Berapa umurmu sekarang?" tanyanya. Apakah ini hal yang buruk?

"19 tahun."

"Kau menyatakan cinta, eh?"

"T-tidak, aku hanya bertanya. J-jadi, aku kenapa?" Menyatakan cinta? Menyatakan cinta apanya? Eh, apa iya?

"Kau jatuh cinta. Denganku."

"EEEHHH RIVAILLE –SAN BERCANDA?" pekikku.

"Kau ini polos atau apa?" tanyanya santai. Aku tidak mengerti. Mengapa ia bisa mempertahankan muka datarnya itu.

"K-kalau begitu. Bolehkah?"

"Ya. Boleh. Aku juga mencintaimu." Jawabnya. Ia menatapku intens. Aku balas menatapnya. Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar.

"Eh?"

"Aku serius, maukah kau menjadi kekasihku?" Aku benar – benar tidak menemukan kebohongan dari suaranya. Apalagi matanya.

Wajahku yang sedari tadi terasa panas, kini makin terasa panas. Apakah wajahku memerah?

"Y-ya Rivaille –san"

Ia mendekat dan berbisik di telingaku.

"Mulai sekarang. Panggil aku Rivaille."

"R-rivaille." Aku memejamkan mata, karena aku merasakan nafasnya berhembus di telingaku. Dan aku merasakan bibirnya bertemu dengan bibirku.


Hai~ saya bawa ff abal lagi hiks /pundung/

sebenernya ini cerpen lomba classmeeting kemaren, saya publish dengan perubahan disana sini tentunya. sebenernya kemaren mau dibikin kaya gini cerpen lombanya, tapi saya takut gurunya tau saya fujoshi/?. Sekian cuap - cuap dari saya.

Mind to Review?