" Saat kembang api menguraikan warnanya di langit malam yang gelap, saat itu harus kuakui kalau aku telah jatuh cinta kepadanya untuk selamanya…"
Sequel dari "The Truth is"
Warning : ooc, and many more.
Disclaimer : Hiro Mashima
Normal POV
"Ayo bersulang!" teriak semua anggota Fairy Tail kecuali Laxus, Reedus, Gray, Juvia, dan Levy. Kelima orang ini sudah bosan dengan pesta perayaan 'jadian' Natsu dan Lucy yang telah berlangsung selama lima hari berturut-turut.
"Kita ucapkan selamat kepada kedua anakku yang berbahagia! Natsu dan Lucy!" perintah Master Makarov dalam keadaan setengah mabuk akibat alkohol yang ditenggaknya yang merupakan master guild Fairy Tail.
Mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang paling berperan penting dalam guild Fairy Tail, gadis berambut pirang bernama Lucy hanya tertawa ringan dan memerah saat dragon slayer berambut pink memeluk erat tubuhnya.
"Selamat!" teriak semuanya dengan lantang (kecuali lima orang yang bosan yang telah disebutkan di atas) mengikuti perintah sang master.
"Kapan pesta ini selesai? Aku mulai bosan karena tidak bisa menjalankan misi." ucap cucu Master Makarov sambil menuangkan segelas alkohol ke tenggorokannya. Memang semenjak pesta ini diadakan, Master telah membuat ketetapan untuk menghentikan kegiatan misi agar semua bisa bersuka cita dan bersenang-senang. "Kapan guild ini bisa maju kalau terus begini." lanjut Laxus dengan tampang malas.
"Iya, aku juga sudah mulai bosan! Aku ingin menjalankan misi yang bisa memberiku imbalan berupa buku kuno yang langka." kata Levy sambil membolak-balik buku yang sudah dibacanya dan meletakkannya kembali karena sudah hafal isinya.
"Juvia juga mulai jenuh, Juvia ingin bisa menjalankan misi berdua dengan Gray-sama." kata Juvia dengan mata berbinar-binar.
Reedus yang mendengar tanggapan dan respon negatif dari ketiga nakamanya hanya diam. Bosan? Tentu saja, namun biarpun begitu, ia masih memiliki sesuatu untuk dikerjakan yaitu menggambar. Perlahan tapi pasti, goresan hasil tangannya membentuk gambaran tiap anggota Fairy Tail yang sedang bergembira.
"Huuh..." suara helaan nafas terdengar dari pojok bar Guild Fairy Tail. Sosok orang bertelanjang dada yang menghela nafasnya adalah seorang penyihir es laki-laki yang suka membuka pakaiannya tanpa sadar. Tentu saja orang itu tak lain dan tak bukan adalah Gray Fullbuster. Matanya yang biasanya terlihat semangat, kini terlihat sayu dan redup bagai seseorang yang telah kehilangan cahayanya. Apa kebosanan telah membuat seorang Gray menjadi lesu? Sepertinya tidak, pasti ada hal lain yang membuatnya seperti itu.
Mata lelaki berambut biru gelap itu menginvestigasi masing-masing anggota Fairy Tail hingga sepasang mata itu berhenti pada satu titik-lebih tepatnya satu orang gadis yang sedang dipeluk oleh laki-laki berambut pink. Gray terdiam sesaat. "Dipeluk?" teriaknya dalam hati. Gray menggosok kedua matanya perlahan dan apa yang dilihatnya memang benar. Fakta yang dilihat oleh alat indranya adalah Natsu memeluk Lucy. Raut wajahnya seolah berubah menjadi aneh. Antara malas, bosan, sedih, iri, marah, senang menjadi perasaan yang tercampur dengan rasio yang tidak jelas dalam hatinya.
"Apa mungkin aku-"
"Ada apa Gray-sama?" tanya Juvia yang memecah kebimbangan dan memotong pikiran Gray dengan muncul tepat di hadapan wajahnya.
"Tidak apa-apa." jawab Gray singkat sambil berusaha mengalihkan pandangannya ke arah gelas berisi bir dengan kadar alkohol yang cukup tinggi namun tidak pernah berhasil membuatnya mabuk.
"Benarkah?" tanya Juvia lagi.
Gray diam. Namun setelah beberapa detik, ia bangkit dari kursi tempat pantatnya bertumpu dan berjalan menuju pintu keluar guild. "Aku ada urusan." katanya samnil memakai pakaiannya. Ucapannya pelan, namun masih dapat didengar oleh Juvia dan anggota guild lainnya.
"Brukk!" suara pintu ditutup.
"Ada apa dengannya?" tanya Jet.
"Natsuu, Gray terlihat aneh." kata Happy.
"Biarkan saja otak es itu! Mungkin dia kesal karna aku sudah punya pacar dan tidak mengajaknya bertarung lagi!" teriak Natsu dengan bangga.
"Mungkin dia juga ingin punya pacar." ucap Cana dalam keadaan sangat mabuk.
"HAH?!" teriak semuanya.
"DUK!" Cana tak sadarkan diri akibat terlalu mabuk.
"Dia sedang mabuk, maka itu omongannya kacau. ASAL KALIAN TAHU, GRAY INGIN BOXER BARU!" kata Master Makarov yang juga sedang mabuk.
"Kakek juga sedang mabuk! Omongannya juga kacau! " teriak Natsu.
"Jangan-jangan kau juga mabuk, Natsu!" ledek Lisanna.
"TENTU SAJA TIDAK! AKU MASIH KUAT MINUM!" teriak Natsu sambil meneguk segelas bir.
"HAHAHAHA!" Seluruh anggota guild tertawa mendengar teriakan Natsu dan melihat sang master Guild Fairy Tail dan Natsu juga ikut jatuh tersungkur tak sadarkan diri seperti Cana.
Namun, di balik tawa seluruh anggota guild, hanya Lucy yang tertawa dengan terpaksa. Entah mengapa, saat ia menyadari tingkah laku Gray yang aneh, ia jadi cemas. "Ada apa dengannya?" pikir Lucy dalam hati.
"Huuh, dasar Natsu! Happy, mengapa tidak kau saja yang membawanya? Kau kan bisa terbang!" teriak Lucy karena harus memapah Natsu yang tidak sadarkan diri akibat meminum alkohol terlalu banyak.
"Aku bukan tak mau, Lucy, tapi aku terlalu lelah. Karena terlalu banyak makan ikan, aku jadi lelah." ucap Happy dengan tampang malas sambil terbang dengan pelan. "Lagipula, Natsu itu pacarmu, Lucy, sudah seharusnya kamulah yang mengantarnya menuju rumah." lanjut Happy.
"Benar apa yang dikatakan Happy, namun tetap saja, aku perempuan dan Natsu laki-laki. Tenaga perempuan tidak sekuat laki-laki kecuali Erza." kata Lucy dalam hati.
"Eh, Lucy, mengapa diam saja?" tanya Happy bingung melihat Lucy yang diam saja.
"Dasar kau kucing menyebalkan!" teriak Lucy keras sambil berusaha memukul Happy.
"Aaah, Lucy mulai gila. " teriak Happy ketakutan sambil terbang cepat menuju rumah Natsu.
"Kembali kau, kucing bodoh!" teriak Lucy sambil menggerakkan kedua tangannya. Gadis pirang ini tampaknya lupa sesaat kalau ia sedang memapah kekasihnya.
"DUK!" Natsu jatuh ke tanah dan keningnya mencium tanah. Bertambahlah benjol di kening Natsu. Pertama, benjol akibat jatuh saat tak sadarkan diri setelah kebanyakan minum alkohol dan kedua, benjol akibat yang terjadi barusan.
"Waaa, Natsu!" teriak Lucy kaget. Buru-buru gadis pirang ini mengangkat dragon slayer api yang sedang tidur di tanah. "Maaf ya, Natsu. Ini gara-gara Happy." ucap Lucy kepada Natsu yang masih terlelap tidur.
Lucy memapah Natsu lagi perlahan-lahan menuju rumahnya. Sesekali, ia hadapkan kepalanya ke wajah Natsu, dan langsung saja senyum terukir di wajah Lucy karena melihat kepolosan wajah Natsu saat tidur.
"Manis." gumam Lucy pelan sambil terus memapah Natsu.
Tak sampai setengah jam, akhirnya Lucy berhasil sampai di rumah Natsu. Segera ia masuk ke dalam rumah Natsu dengan cepat karena tiupan angin malam makin dingin dan menusuk kulitnya.
Di dalam rumah Natsu, Lucy melihat Happy tertidur di atas meja makan. Tanpa membuang banyak waktu, Lucy membawa Happy dan Natsu dan membaringkannya di atas kasur. Ia pun berniat untuk segera pulang, namun igauan Natsu menghentikannya.
"Luce..." Lucy pun menengok ke belakang dan melihat sosok Natsu yang masih tertidur.
"Ai"
"Shi"
"Te"
"Ru..."
Mendengar kata terakhir yang diucapkan Natsu, wajah Lucy langsung saja memanas. Lucy pun berjalan menuju pinggir kasur Natsu.
"Aishiteru, Natsu." bisik Lucy pelan di telinga Natsu. Setelah membisikkan kalimat tersebut di telinga Natsu, Lucy mencium pelan kening Natsu yang benjol. "Semoga lekas sembuh." lanjutnya pelan kemudian melangkahkan kaki dari rumah Natsu karena hari sudah semakin malam.
"Di...diingiin!" kata Lucy sambil berlari cepat menuju rumahnya. Ia ingin memakai roh bintangnya, namun ia berpikir kalau roh bintangnya juga pasti ingin beristirahat, maka itu, Lucy segera mengurungkan niatnya untuk memanggil roh bintang.
"Tap! Tap! Tap!" Lucy berlari dengan kencang hingga ia menabrak seseorang.
"Ma..maaf." ucap Lucy sambil berusaha bangkit akibat tabrakan yang cukup keras untuk menjatuhkannya.
Sebuah tangan terulur di hadapannya untuk membantunya bangkit. Lucy meraih tangan tersebut dan bangkit dari tanah. Matanya pun menoleh ke wajah si pengulur tangan. Sontak, mata cokelat Lucy membulat karena sosok yang dilihat oleh matanya adalah penyihir es berambut biru gelap dari guild tercintanya, Fairy Tail.
"Gray!" kata Lucy dengan nada kaget.
"Lucy." balas Gray dengan nada datar. Wajah Gray masih sama seperti tadi siang saat di guild, namun lebih sayu dan pucat seperti kehilangan semangat hidup.
"Kau kenapa, Gray? Wajahmu pucat sekali!" ucap Lucy sambil memegang pipi Gray dengan kedua tangannya. Tentu saja, Lucy sangat mencemaskan teman-lebih tepatnya sahabat yang selalu membantu dan melindunginya.
Dengan cepat, Gray menepis kedua tangan Lucy yang berada di pipinya. "Aku baik-baik saja, kau tidak usah mencemaskanku." kata Gray dingin.
"Kurasa kau tidak baik-baik saja. Kau bisa cerita kepadaku kalau kau ada masalah, Gray. Kita kan sahabat." ucap Lucy sambil meletakkan kedua tangannya di pundak Gray.
"Kubilang, aku tidak apa-apa!" kata Gray dengan suara keras sambil mendorong Lucy. "Ice make! Wall!" teriak Gray dan langsung saja tembok tebal yang terbuat dari es muncul di hadapan Lucy dan memblokade jalan Lucy. Setelah itu, Gray langsung berlari meninggalkan Lucy yang terdiam di balik tembok. Setetes demi setetes, air mata Lucy jatuh membasahi tanah. Bukan dorongan dari Gray yang membuat menangis, tetapi melihat sikapnya yang aneh membuat ia merasa sedih. Sebagai sahabat yang tidak bisa membantu sahabatnya, tentu saja hati kecil Lucy menangis.
Perlahan, Lucy menghapus air matanya dan senyum menghiasi wajahnya. "Sebagai sahabat, aku akan membuat Gray bahagia dan semangat kembali!" teriak Lucy dalam hati. Lucy pun berlari melewati genangan air yang berasal dari tembok es buatan Gray. Dalam hatinya, Lucy percaya kalau Gray pasti membutuhkan bantuan dari sahabat-sahabatnya.
(Note : dalam cerita ini, anggap Gray punya kemampuan untuk mengatur ketahanan es yang dia buat. Jadi, Gray memang sempat membuat tembok es untuk menahan Lucy, tetapi ia tidak membuat tembok itu permanen. Tembok yang dibuat Gray dibuat dengan batas waktu singkat sehingga apabila batas waktu telah terlewat, esnya akan mencair dengan sendirinya. )
Chapter 1
End
A/N : Tampaknya cerita saya terlalu panjang untuk sebuah oneshot, maka itu saya akan memecahnya menjadi beberapa chapter. :) Mohon bantuan kalian untuk memberi review berisi kritik dan saran *bukan flame*. Saya akan senang hati menerima review dari kalian semua. Arigatou :D Bagi yang sudah membaca versi panjangnya, maaf ya membuat kalian membaca cerita ini lagi.
Thanks -hikaaxrii
Your review is my power! lol xD
