Malam ini Jinyoung menangis sejadi jadinya, meluapkan semua yang ia rasakan. Rasa sayang kepada Mark seniornya disekolah, hanya lah sia sia. Betapa tidak seniornya yang iya idamkan selama hampir satu tahun berciuman dengan teman satu angkatannya –siswi idaman para siswa disekolahnya- Jinyoung tidak melihat langsung tapi kabar itu membuat hati Jinyoung sakit, sadarlah Jinyoung kau bukan siapa-siapa Mark Tuan. Dan mulai malam ini Jinyoung bertekad untuk tidak lagi berurusan dengan segala hal yang namanya cinta. Ia akan fokus kepada sekolahnya, memperbaiki nilai-nilainya yang merosot.
Pagi datang dengan terik di ufuk timur Jinyoung mulai menjalankan tekadnya, ia mulai mengurangi simpatinya terhadap Mark idamannya sebelum tadi malam. Ia tidak lagi melihat ataupun memperhatikan Mark yang selalu lewat didepan kelasnya. Ia tidak lagi tertarik untuk memuji Mark TUAN bersama teman-temannya.
Setelah dua bulan berlalu pikirannya terhadap Mark sudah mulai hilang walau kadang kadang ia khilaf kemudian memperhatikan Mark dan Jinyoung benci itu. Dan Jinyoung akan mengalihkan pikiran dengan soal-soal matematika atau berkutat dengan buku-buku di perpustakaan.
Dan seperti biasa -hari setelah dia membuang Mark- setiap jam istirahat Jinyoung selalu menyempatkan diri ke perpustakaan yaitu untuk mengerjakan hobi barunya yaitu membaca buku. Dan mungkin hampir semua buku yang ada di perpustakaan sekolahnya sudah ia baca semuanya.
Berbanding terbalik dengan Mark Tuan yang sekarang. Mark sekarang selalu memperhatikan dan menyapa Jinyoung, hal yang dulu selalu diinginkan Jinyoung – perhatian Mark- dan Jinyoung tidak suka dengan itu, ohh Jinyoung tidak mau di cap sebagai perusak hubungan Mark dan kekasihnya.
Sepulang sekolah Mark melihat Jinyoung pulang sendirian menunggu bus dihalte.
Mark menghampirinya "Jinyoung kenapa berdiri diHalte ini sendiri?"
Jinyoung melihat Mark oh Jinyoung benar-benar malas berada ditempat yang sama dengan mark hanya berdua. Dengan cuek Jinyoung menjawab "Maaf sunbae aku tidak sendiri disini karena ada sunbae disini".
"maksudku dimana teman-temanmu Jinyoung?"
"aku tidak tau dimana mereka dan itu juga bukan urusanku" Jawab Jinyoung acuh.
Bus yang Jinyoung tunggu datang Jinyoung masuk tanpa memperdulikan Mark, ah Jinyoung tak mau hatinya yang sudah membaik porak poranda hatinya karena terlalu lama berada didekat Mark. Oh sepertinya hari tak berpihak pada Jinyoung Mark duduk disamping Jinyoung, Memberikan senyum tampan –yang jarang sekali terlihat-. Dn kenapa Mark menaiki bus yang sama dengan jinyoung? Bukan kah rumah mereka tidak searah?
"aku akan mengantarmu pulang. Tak baik pulang sendirian ini sudah malam. Mark seperti bisa membaca apa yang ada dikepala si manis.
"terimakasih atas kepedulian sunbae, tapi aku tidak mau kekasih sunbae mengamuk ku karena sunbae mengantarku pulang."
Mark tertawa mendengar jawaban Jinyoung, mengacak ramambut si manis. Setelah itu hening taka ada lagi yang berbicara. Mark sibuk menatap Jinyoung dan Jinyoung justru menutup mata – benar benar malas-.
Mark semakin gencar mendekati Jinyoung mengantar Jinyoung sepulang sekolah, menunggu didepan kelas Jinyoung saat jam istirahat untuk kekantin bersama. Teman-teman Jinyoung bertanya apakah dirinya sedang berkencan dengan si tamapan Mark Tuan, dan tentu saja hanya di jawab Jinyoung dengan "apa kalian gila".
"Jinyoung kenapa kau sekarang selalu acuh dengan ku?" Mark bertanya kepada jinyoung yang berjalan disampingnya, oh jarak rumah jinyoung dengan halte lumayan jauh dan Mark tak ingin keheningan diantara mereka berdua.
"ya memang begini sikapku"
"tidak-tidak dulu kau tidak seperti ini kau dulu orang yang ceria dan ramah, dan sekarang kau jadi sikutu buku yang jarang tersenyum."
"kenapa kau cerewet sekali, dan sejak kapan kau peduli dengan ku?"
"aku menyukaimu Jinyoung kenapa kau tak sadar?" mark berkata dengan jelas dan Jinyoung yakin dia tak salah dengar. Jinyoung berhenti memandang sitampan yang ada di sampingnya apa maksud sunbae-nya ini.
"Jangan bercanda, kekasihmu bisa mengamuk" jinyoung berkata dengan tawa canggungnya.
"aku tak punya kekasih Jinyoung, itu hanya gossip teman-temanku menyebarkannya mereka tau aku menyukaimu. Aku tidak berani mengatakan kepadamu karna takut kau tolak, dan mereka merencanakan menyebar gossip itu, dan kau malah menjauh dariku, dan mereka berkata kau sebenarnya menyukaiku makanya kau menjauh setelah gossip itu menyebar" mark menjelaskan semuanya dan mark benar-benar tak bohong dia tak pernah berciuman dengan siswi itu.
"atas dasar apa aku harus mempercayaimu? Dan apa mereka bilang aku menyukaimu?
" ayolah Jie kkau harus jujur dengan perasaanmu, dan jadilah kekasihku Jie"
"baiklah akan ku jawab dua minggu lagi, dulu aku memang menyukaimu tapi aku tak yakin dengan perassan ku sekarang"
Mark tersenyum "terimakasih Jie dan aku akan menunggu jawaban darimu"
.
.
Jinyoung akhirnya memutuskan untuk menemui Mark sepulang sekolah. Mark merasa senang atas kehadiran Jinyoung,"ada apa Jie?"
"apa pertanyaan sunbae dua minggu yang lalu masih berlaku?"
"pertanyaan yang mana Jie, aku benar-benar lupa"
" tentang perasaanku kepada sunbae" jawab Jinyoung dengan gugup.
"oh itu sepertinya sudah tidak Jie, maafkan aku…" mendengar itu Jinyoung merasa kembali seperti dulu, kekhawatirannya terulang lagi, luka dihatinya terbuka lagi, entah apa yang harus ia lakukan saat itu. Dengan mengumpulkan sisa keberanianya untuk bicara ia pun berbicara dengan suara yang sudah parau "kalau begitu aku pergi dulu sunbae, maaf mengganggumu" kemudian beranjak pergi, ia tak tau harus berbuat apa, kehancuran hatinya itu membuat Jinyoung hilang arah.
Mark menarik tangan Jinyoung, Mark belum selesai berbicara dan Jinyoung sudah pergi "Jie maksudku adalah aku tidak mungkin bisa menghilangkan rasa sayang dan cinta ku, aku tidak bisa kehilanganmu untuk kedua kalinya. aku hanya ingin tau seberapa besar rasa sayangmu dan teryata kau benar-benar membuatku semakin yakin kalau kau juga mencintaiku." Mark menarik Jinyoung kedalam pelukannya. Mengecup lama dahi Jinyoung.
Apa ini? Maaf ya jelek banget
Jangan lupa reviw nya ya. terimakasih
